Stop Makanan Pendamping ASI Terlalu Dini

 

Sudah terbukti, makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang diberikan terlalu dini menyebabkan gangguan pertambahan berat dan panjang badan pada bayi.

Hasil penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan, Departemen Kesehatan yang digawangi Anies Irawati, menyingkap tentang pengaruh makanan pendamping ASI yang diberikan terlalu dini, terhadap tumbuh-kembang bayi. Penelitian melibatkan 1696 orang ibu hamil di kawasan Sukaraja, Bogor, yang dipantau sampai bayinya lahir dan berusia 4 bulan.

Susahnya ASI eksklusif. Sekalipun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Departemen Kesehatan sudah lama mencanangkan anjuran bagi para ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya, tapi pelaksanaan anjuran tersebut masih jauh dari harapan.

Masih banyak ibu yang memberikan ASI kepada bayinya secara tidak benar. Lebih dari 50% bayi di Indonesia sudah mendapat MP-ASI pada umur kurang dari satu bulan. Bahkan, pada umur 2-3 bulan, bayi ada yang sudah mendapat makanan padat!

Bayi yang mendapat ASI dan MP-ASI berupa cairan, termasuk vitamin, mineral, dan obat-obatan, digolongkan sebagai predominant breast-feeding baby (bayi ASI predominan) . Sedangkan bayi yang mendapat ASI dan makanan pendamping ASI (MP-ASI) berupa makanan padat, semi padat, atau cairan, termasuk vitamin, mineral, dan obat-obatan, didefinisikan sebagai partial breast-feeding baby (bayi ASI parsial) .

Tingkat pendidikan ibu yang rendah, wawasan dan pengetahuan yang terbatas, merupakan beberapa faktor yang mendukung timbulnya anggapan bahwa ASI saja tidak cukup sebagai makanan bayi. Akibatnya, para ibu memberikan aneka bentuk cairan sebagai makanan pendamping ASI sebelum bayinya mencapai umur 4 bulan. Jadilah anjuran pemberian ASI eksklusif minimal 4 bulan masih jauh dari harapan.

Dari penelitian Anies diketahui cairan yang banyak digunakan sebagai MP-ASI adalah air putih, air gula, madu, dan air teh. Ditemukan juga, hanya 2,6% bayi yang mendapat ASI eksklusif sesuai definisi WHO. Sementara itu, persentasi bayi ASI parsial yang mendapat ASI pada hari pertama lebih banyak ketimbang persentasi bayi ASI predominan. ASI belum keluar pada hari pertama, merupakan alasan utamanya.

Dampak negatif. Dari riset yang dilakukan selama 21 bulan ini diketahui, bayi ASI parsial lebih banyak yang terserang diare, batuk-pilek, dan panas ketimbang bayi ASI predominan. Semakin bertambah umur bayi, frekuensi terserang diare, batuk-pilek, dan panas semakin meningkat.

Kondisi itu ternyata disebabkan oleh MP-ASI yang tidak terjaga kebersihannya, sehingga mudah terkontaminasi mikroba patogen penyebab diare. Hal ini diperkuat dengan kenyataan sebagian besar bayi ASI parsial dan bayi ASI predominan tidak mendapat kolostrum. Padahal kita tahu dalam kolostrum terkandung zat antibodi.

Berbagai penyakit infeksi yang diderita kedua kelompok bayi tersebut menyebabkan mereka menderita kekurangan zat gizi (malnutrisi). Dampaknya terlihat pada gangguan pertambahan berat dan panjang tubuh bayi. Ini sudah mulai tampak sejak bayi berumur satu bulan dan berlanjut sampai bayi berumur 4 bulan. Namun, bayi ASI predominan menunjukkan peningkatan berat badan yang sedikit lebih baik daripada bayi ASI parsial.

Hasil penelitian ini merupakan bukti lain yang menunjukkan bahwa ASI tetap merupakan makanan terbaik bayi selama 6 bulan pertama kehidupannya.

 



Artikel Rekomendasi