Bayi Perlu Belajar Sabar Menunggu

 

Meski bayi sulit untuk menunggu, nantinya dia harus bisa. Sehingga Anda perlu mengajarkannya sejak dini. Agar tidak mudah menangis atau menjadi penuntut bak diktator cilik.  

Bayi yang masih mendapat ASI Eksklusif, memang tidak dapat menunggu. Pada semester awal hidupnya, situasinya sudah jelas, yaitu “sekarang, saat ini, dan segera”.  Sebenarnya sifat tak sabaran itu bukan sepenuhnya kehendak bayi. Bayi kecil belum bisa mengatur kapan ia harus menangis. Instink-nyalah yang mengendalikan. Begitu bayi butuh sesuatu,  tangisnya secara otomatis bergema. Itu di luar kontrol bayi.

Setelah bayi mulai mendapat makanan tambahan atau di usia 6 bulan, barulah orang dewasa bisa mulai memberi reaksi yang tepat dan sebagaimana mustinya terhadap tangis bayi. Artinya ketika bayi mulai menangis,  harus ada orang yang mendekati bayi. Tidak perlu berlari-lari, tapi penting bagi bayi bahwa orang tuanya bereaksi menghampiri dan menunjukkan bahwa “Saya mendengarmu, untuk itu saya menghampirimu.”

Pada akhir bulan ke-6,  bayi membuat langkah besar dalam perkembangannya. Di usia itu ia belajar bahwa bunda dan ayah masih tetap ada meski pun tidak terlihat. Bayi juga belajar bahwa ia bisa memanggil bunda dan ayah begitu butuh sesuatu. Ketika hubungan antara dua hal itu sudah dimengerti bayi, barulah  kita dapat mengajarkannya untuk  sedikit lebih sabar.

Jadi, bila pada bayi kecil kebutuhan yang belum terpenuhi lebih pada tuntutan eksistensi dan instink, maka bagi bayi yang sudah agak besar, kebutuhannya dapat ditahan sejenak. Jika bayi besar tahu kalau bunda dan ayah cepat atau lambat pasti mengabulkan kebutuhannya, maka ia tak akan keberatan untuk menunggu sejenak. Untuk alasan pendidikan,  mulai usia 6 bulan ajarkan bayi Anda kesabaran dan menunggu sebentar sebelum keinginannya dipenuhi. Dengan begitu kita berharap ia tidak mudah menangis atau menjadi penuntut bak diktator cilik.  (me)

Baca juga:
Mengajarkan Bayi Sabar Menunggu

 



Artikel Rekomendasi