Psikologi: Tersenyum Sejak Janin

 

Kita sering tak sadar bahwa senyum sebenarnya merupakan respons unik manusia. Keterampilan ini tak pernah diajarkan; seolah-olah lahir begitu saja.

Menurut Prof. Ray Birdwhistell dari University of Pensylvania, Amerika Serikat, dalam bukunya "Kinesics and Context", senyum bahkan  juga dilontarkan oleh bayi-bayi yang lahir buta, tuli, atau mengalami berbagai cacat lainnya. Bayi-bayi yang sulit untuk melihat atau mendengar orang tertawa, ternyata masih bisa tersenyum ketika mengomunikasikan sesuatu yang membuat mereka merasa senang. Entah mereka belajar dari mana.

Yang jelas, menurut Prof. Stuart Campbell, dokter ahli kandungan dari London, Inggris, dari pemeriksaan USG bisa terlihat bahwa sejak janin berumur 6 bulan, mereka sudah bisa tersenyum. “Apa arti di balik senyum janin, memang belum diketahui. Tapi, ujung bibir yang naik ke atas dan pipi yang menggembung, itu mungkin merupakan indikasi bahwa janin merasakan lingkungan yang bebas dan membuatnya bahagia,” ujar Prof. Campbell. 

Senyum janin waktu itu diduga merupakan refleks otot janin. Seperti yang diungkapkan oleh Lise Eliot, neurobiologis dari Inggris, bahwa senyum pada bayi baru lahir biasanya terlihat ketika ia tidur. Hal ini dimungkinkan terjadi, karena bagian otak yang mengontrol gerakan wajah letaknya berdekatan dengan bagian yang mengatur pusat tidur. Senyum seperti itu, hanya terlihat di mulut dan  tidak melibatkan penglihatannya.

 



Artikel Rekomendasi