Placenta Previa Pada Kehamilan

 

Sekitar 0,5 % ibu hamil mengalami plasenta previa. Peluang kembali mengalaminya di kehamilan selanjutnya 4-8%.

Plasenta atau ari-ari bertugas menyalurkan makanan dan oksigen, memproduksi hormon-hormon kehamilan, dan mengangkut bahan-bahan tidak berguna dari tubuh bayi untuk dibuang melalui urine dan feses ibu. Normalnya plasenta tumbuh di bagian atas rahim. Namun kadang tumbuh di lokasi lain yang disebut plasenta previa. Menurut dr.Irham Suheimi, SpOG, dari RSIA Bunda, Jakarta, lantaran dinding atas rahim kurang baik kondisinya, maka plasenta mencari tempat tumbuh lain, kebanyakan di bawah rahim.

Placenta previa biasanya terdeteksi lewat pemeriksaan USG. Lebih akurat lagi dengan USG transvaginal melalui vagina. Bila terdeteksi tumbuh di bawah rahim pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu, maka ibu hamil dinyatrakan posisitif mengalami placenta previa. “Ibu hamil tersebut harus rutin ke dokter untuk menjalani pemeriksaan lanjutan dan diberi tindakan untuk mengatasinya,” jelas dr Irham. Karena, jika ibu tidak melakukan pemeriksaan USG, plasenta previa tidak terdeteksi. Apalagi jika kehamilan lancar-lancar saja, misalnya, tidak mengalami pendarahan.

Painless bleeding atau pendarahan tanpa nyeri adalah salah satu tanda plasenta previa. Tetapi bisa juga ibu tidak mengalami pendarahan, sehingga normal saja. Baru ketahuan plasenta previa saat bayi akan dilahirkan, sehingga terpaksa melahirkan secara caesar. Jika ditangani dengan cepat dan tepat, plasenta previa tidak berakibat fatal bagi ibu dan janin. “Yang lebih bagus lagi, ada kemungkinan plasenta bergeser ke tempat seharusnya. Bisa diketahui melalui USG pada trisemester ketiga. Jika plasenta memang bergeser ke bagian atas rahim seiring bertambahnya usia kehamilan, ibu boleh lega karena bebas dari ancaman plasenta previa,” terang dr.Irham.

Resiko pada ibu: pendarahan hebat, mengancam keselamatan ibu dan meningkatkan resiko pendarahan paska bersalin.

Resiko pada janin: selain bahaya akibat pendarahan, janin berisiko lahir prematur atau lahir meninggal karena terpaksa dilahirkan.

Gejalanya:
  • Pendarahan tanpa sakit (painless bleeding). Warna darah merah terang, volume sedikit atau banyak, keluar terus menerus, atau berhenti-keluar.
  • Bagian terbawah janin tidak kunjung masuk rongga panggul.
  • Posisi janin melintang atau sungsang.
  • Kadang-kadang ukuran janin lebih kecil dari usia kehamilan disebabkan sirkulasi darah. 
 Solusinya, cegah terjadinya perdarahan, karena hingga kini belum ada cara untuk mencegah terjadinya plasenta previa, dengan selalu memantau kondisi kandungan secara rutin dan teratur, juga istirahat cukup. Konsultasikan pada dokter mengenai langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan jika terjadi kontraksi atau perdarahan. 
         

 



Artikel Rekomendasi