Bebas Masalah di Kehamilan Kedua

 

1. Bisakah saya membagi perhatian?
Tentu saja bisa! Caranya, berikan cinta dan kasih sayang pada anak secara alami. Beberapa penelitian menunjukkan,  kasih sayang yang diungkapan dengan alami  akan mudah ditangkap oleh penerimanya dan akan membuat orang tersebut bahagia. Konsep ini bisa Anda terapkan pada kedua buah hati Anda. Keseimbangan perhatian ini dapat lebih mudah dibangun jika relasi Anda dengan pasangan juga dibangun. Sebab, terbukti setiap kesulitan membagi perhatian pada anak, salah satu aspeknya adalah relasi suami-istri yang terhambat.

2. Kehamilan pertama saya bermasalah, bisakah kehamilan kedua saya bebas masalah?

Menurut dr. Rino Bonti, SpOG, gangguan kehamilan pertama tidak selalu berulang di kehamilan kedua. Namun, sangat memungkinkan juga bisa berulang gangguannya. Banyak faktor yang membuat gangguan kehamilan terulang,  salah satunya adalah preeklampsia dan diabetes mellitus gestasionis. Tak ada salahnya jika Anda menceritakan riwayat kehamilan kedua Anda pada dokter kandungan.  Beberapa ahli juga ada yang mengatakan, jika naluri Anda mengatakan “ada yang salah” segera ke dokter kandungan Anda untuk mendapatkan jawaban atas kecurigaan Anda.

3. Apakah saya tidak terlalu tua untuk hamil lagi?
Secara fisik, usia 20-an merupakan usia yang tepat untuk hamil. Usia 30-an dan 40-an, kondisi fisik dan hormonal memang tidak sebagus dan sesehat usia 20-an. Tapi, secara psikologis dan finansial,  usia ini jelas memiliki keunggulan. Hamil di usia 40 memang dituntut perlu persiapan karena berisiko melahirkan anak dengan cacat fisik atau mental akan lebih besar, elastisitas panggul makin berkurang sehingga menyebabkan kesulitan saat proses persalinan, rongga panggul dan otot-ototnya melemah sehingga tidak mudah lagi menghadapi komplikasi yang berat seperti perdarahan dan lelah fisik ketika mengasuh anak karena kondisi fisik  menurun seiring bertambahnya usia. Namun, bukan berarti Anda tidak boleh untuk hamil kedua, karena tidak sedikit calon Bunda yang ‘berhasil’ melahirkan di usia 40-an.

4. Bisakah saya melahirkan normal, setelah kehamilan pertama sesar?
Kelahiran pertama sesar, yang kedua belum tentu sesar. American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) mengungkapkan, sekitar 60%-80% wanita yang pernah melakukan sesar  bisa melahirkan normal pada kehamilan setelahnya.  Syarat yang perlu diperhatikan antara lain;
•  Umumnya 6 bulan setelah melahirkan, luka operasi telah kering. Namun, kondisi kehamilan dari masing-masing wanita berbeda, sehingga jarak antar kehamilan yang dianjurkan pun bisa berbeda, menurut Dr. Ivan Sini, dalam acara Ketemu Komunitas ayahbunda.
•  Sesar pertama bukan karena indikasi yang akan menetap/berulang, seperti panggul sempit dan riwayat operasi pengangkatan mioma uteri. Misalnya jika riwayat sesar sebelumnya karena posisi anak sungsang, gawat janin atau plasenta previa (ari-ari di bawah) dan hal ini tidak berulang.
•  Panggul tidak sempit.
•  Tebal rahim berada dalam batas aman –memiliki 0% risiko terjadinya ruptur uteri-, yaitu 4,5 mm. Meski, ketebalan rahim ini masih menjadi perdebatan, sebab ada penelitian lain yang menyatakan ketebalan di atas 2,5 mm cukup aman, ada pula yang menyatakan di atas 3,5 mm.
•  Tidak terjadi komplikasi pada kehamilan.

5. Bisakah saya menyusui tandem?
Tentu saja bisa. Menurut Kellymom Parenting Breastfeeding, Anda memang butuh trik khusus, yaitu mengatur posisi bayi  untuk menyusu terlebih dahulu, baru  si sulung untuk menemukan posisi yang ia suka. Pastikan posisi balita Anda tidak menyulitkan adiknya. Anda memang diminta untuk mengutamakan si bungsu untuk mengisap ASI, baik posisi dan jumlahnya  karena ia lebih membutuhkan ASI untuk tumbuh dan berkembang. Sedangkan si sulung lebih memanfaatkan kegiatan menyusui untuk mendapatkan ‘kedekatan’ dengan Anda.  Manfaat dari menyusui tandem:
-    Mengatsi masalah payudara penuh,  terutama pada hari-hari pertama setelah melahirkan, karena bayi Anda belum lancar mengisap ASI.
-    Mengurangi rasa iri si sulung terhadap adiknya.
-    Si sulung tetap menerima asupan ASI hingga genap dua tahun atau lebih, dan si kakak turut mendapatkan manfaat ASI.
Kelemahannya, Anda akan merasa lebih cepat haus, lapar dan cukup lelah karena posisi duduk harus menyangga dua anak.

6. Mampukah kami mencukupi keuangan untuk 2 anak?

“Harus sanggup,” ujar Prita H. Ghozie, SE, MCOM, Certfinplanning, CEO and Chief Planner di ZAP Finance. Kuncinya, cek anggaran baru setelah Anda memiliki anak kedua. Selama arus kas tidak minus, Anda dapat menghela napas lega, karena Anda tidak terbelit masalah keuangan. Namun, bila kas Anda minus, Anda perlu cek ulang ‘pos’ mana yang persentasenya berlebihan. Pos yang berlebihan itu perlu penanganan khusus, yaitu penghematan. Pastikan daftar  yang ada di dalam anggaran keuangan Anda adalah kebutuhan kedua buah hati Anda dan keluarga bukan keinginan Anda semata.

7. Apakah saya bisa tetap bekerja?
Tentu saja bisa, meski dilematis kerap menghantui para Bunda kerena ‘meninggalkan’ anak di rumah. Namun,  jika Anda memiliki support system yang baik untuk memantau tumbuh kembang anak, Anda bisa bekerja dengan tenang. Apalagi jika Anda sudah berusaha mengurangi perasaan bersalah dengan membuat berbagai kompensasi, seperti membuat sendiri makanan untuk anak dan suami dan menjahit baju untuk pesta kostum anak di sekolah.  Bekerja juga memberi  Anda banyak manfaat, seperti turut mendukung perekonomian rumah tangga  dan membuat Anda menjadi orang yang lebih berharga atau menjaga eksistensi Anda, lanjutkan bekerja, Bunda!

8. Apakah gangguan kesehatan anak pertama akan dialami oleh anak kedua?
Tidak selamanya penyakit atau gangguan kesehatan yang terjadi pada anak sulung akan dialami oleh anak bungsu. Namun, anak kemungkinan  memiliki risiko mewarisi  penyakit turunan.  Dokter Rino Bonti, SpOG  memaparkan,  bahwa penyakit keturunan tergantung dari jenis penyakitnya, sebab   ada yang diturunkan pada jenis kelamin tertentu (misalnya laki-laki), namun anak perempuan tidak,  tapi hanya sebagai carrier – seseorang yang tidak menunjukkan gejala atau memiliki penyakit aktif, tapi membawa organism  menular dan dapat menularkan kepada orang lain-.

9. Normalkah saya tidak semangat pada kehamilan kedua?

Menurut beberapa ahli dan website kehamilan ternama, calon Bunda seringkali merasa begitu karena beberapa hal:
- Perhatian terbagi.  Anda disibukan dengan tugas mengasuh si sulung. Hal ini membuat Anda hanya punya sedikit waktu untuk menikmati perubahan fisik selama kehamilan kedua.
- Lebih lelah karena waktu tidur yang kurang. Saat kehamilan pertama, waktu tidur Anda bisa normal. Berbeda dengan kehamilan kedua, karena waktu Anda cukup ‘tersita’ untuk mengurus si sulung.
- Rasa nyeri lebih terasa di beberapa bagian tubuh Anda. Ini umum terjadi karena kondisi fisik Anda tidak se-bugar ketika hamil pertama.

10. Apakah saya bisa mendapat anak dengan jenis kelamin berbeda?
Bisa saja, Bunda. Sebenarnya, tidak ada penelitian yang mengatakan bahwa kehamilan kedua memiliki peluang besar untuk mendapatkan jenis kelamin yang berbeda dari kehamilan pertama. Bahkan, anggapan bahwa asupan makanan mampu ‘merancang’ jenis kelamin anak, kebenarannya belum bisa dipastikan. Meski banyak penelitian yang sudah membuktikannya, namun banyak juga penelitian yang menyangkalnya. 

(NAT/ERN)

 



Artikel Rekomendasi