Ibu Alergi Akankah Menurun Pada Bayi?

 

Teori genetiknya, anak dari orang tua dengan riwayat alergi dapat membawa bakat alergi juga. Bahkan, sejumlah ahli alergi munologi percaya bila salah satu orang tua penderita alergi, maka risiko alergi pada bayinya sebanyak 30%. Sedangkan bila kedua orang tua penderita alergi, risiko alergi pada bayi meningkat 60%. Ada atau tidak pemberian ASI, tidak mempengaruhi besarnya risiko tersebut. Karenanya, ASI bukan perantara penularan (genetik) untuk alergi. Jadi, selama kahamilan, ibu harus tahu persis, apakah ia sendiri atau suaminya mengidap alergi, karena bayi yang lahir berisiko tinggi untuk menderita alergi.

Bila tidak ingin bayi mengidap alergi, lakukan pencegahan sejak masa kehamilan. Ibu hamil harus menghindari perokok aktif (menjadi perokok pasif), selain juga harus hidup sehat. Setelah bayi lahir, berikan ASI eksklusif pada bayi karena ASI eksklusif dapat mencegah munculnya penyakit alergi pada usia sangat muda. Sementara pemberian susu formula pada bayi dilaporkan bersisiko menimbulkan reaksi alergi.

Beberapa penelitian memperlihatkan pemberian ASI eksklusif 6 bulan berhubungan dengan rendahnya kejadian alergi di usia dini. Penelitian di Australia pada 2187 anak selama 6 tahun menyimpulkan, risiko terkadinya asam (salah satu gejala alergi) lebih sedikit pada bayi yang mendapat ASI eksklusif.
Pencegahan dan pengontrolan pada bayi dengan riwayat alergi makanan, justru tak munkin dilakukan bila pada bulan-bulan pertama kelahirannya tidak mendapat ASI eksklusif dan minum susu formula.

Sayangnya, apapun yang dimakan ibu, berpotensi ikut di ASI. Misalnya, kalau ibu makan tenggiri, maka di ASI ada protein tenggiri. Tetapi bukan berarti ASI untuk bayi langsung harus dihentikan. Kuncinya, kenali dulu bahan makanan yang pasti menimbulkan reaksi alergi pada ibu atau bayi.
 

 



Artikel Rekomendasi