Cerita Ayah - Dipa Pramaharta Ramsay

 

Dipa Pramaharta Ramsay, strategic media director, ayah dari Abyaziya Nabigha Ragah Ramsay (7), Mahya Khalila Ramsay (2 tahun 10 bulan), Aksa Ahsan Syauqi Ramsay (1 tahun 10 bulan).

Membahas tentang Generasi C, saya ingin fokus pada “kedekatan” generasi ini sebuah gadget karena kebetulan ketiga buah hati saya sangat akrab dengan games (karena bapaknya nggak jauh beda). Saya bukan tipe ayah yang melarang anak-anaknya bermain gadget. Menurut saya, masih banyak manfaat yang mereka peroleh dari aneka permainan yang selama ini mereka mainkan. Intinya, asalkan kita sebagai orangtua cermat memilih dan mengawasi, kenapa harus takut dengan perkembangan zaman?

Saya sengaja memilih game edukasi untuk ketiga anak saya. Mulai dari permainan memory game (permainan ingatan menemukan pasangan gambar) hingga game petualangan yang menuntut pemainnya memutar otak mencari cara untuk maju ke level berikutnya. Hasilnya? Otak mereka terlatih untuk memecahkan masalah dan mencari jawabannya sendiri. Asli bikin saya terkagum-kagum.

Selain itu, jiwa kreatifitas mereka yang selalu ingin mencoba yang baru, membuat mereka cenderung jadi pembosan. Selama itu mendorong kreativitas, rasanya tidak masalah untuk jadi pembosan.Tinggal kita orangtuanya yang harus selalu bisa menfasilitasi. Si sulung misalnya, hari ini suka superhero A, besok sudah ganti jadi superhero B. Tapi kebosanan ini membuat dia menciptakan tokoh sendiri dan menggambarnya sebagai komik. Bagus, kan!

Tentu saja saya juga sangat sadar akan bahayanya jika anak terlalu hebih dengan games. Oleh karena itu, saya dan isteri cukup disiplin soal pengendalian waktu. Main PS/X-box hanya boleh hari sabtu. Bermain dengan tablet hanya 1 jam di siang hari dan 1 jam di malam hari. Jadi anak-anak masih punya banyak waktu untuk mencoba permainan lain. Saya pernah mengajak mereka bermain mencari harta karun di taman kota. Wuih, excited-nya. Memang harus diajak dan diajarkan, biar mereka tahu betapa serunya main diluar rumah, tanpa gadget.

Buku juga jadi senjata kami lainnya untuk mengalihkan perhatian anak-anak dari gadget. Saya paling senang membacakan buku dengan gaya yang heboh. Mungkin itu yang bikin sampai sekarang dirumah kami, buku vs gadget masih menang buku hehehe...

Dan, setuju dengan apa yang dikatakan oleh ayahbunda, agar anak-anak tetap memiliki kemampuan bersosialisasi dengan baik, acara kumpul keluarga sudah pasti menjadi ajang yang tak mungkin saya lewatkan. Bagi saya, teknologi pasti punya plus minusnya. Kalau anak-anak benar-benar dipisahkan dari teknologi rasanya sudah tidak mungkin. Rasanya mundur kalo mereka dihalang-halangi dari teknologi.

Teknologi membantu meningkatkan kepercayaan diri anak-anak bahwa mereka BISA melakukan sesuatu yang sebelumnya belum pernah mereka lakukan. Walaupun sekarang baru mengenai BISA menelepon ayah diluar kota, BISA mengutak atik gambar di android ibu, namun hal-hal kecil ini menjadi modal untuk kedepannya. Kami selalu menyemangati mereka, jika mereka BISA melakukan itu, mereka juga BISA melakukan hal yang lainnya.

 



Artikel Rekomendasi