Cerita Ayah: Erdian Aji

 

Erdian Aji, musicpreneur, ayah dari Salvaditya Tama (10 tahun), Sultan Saladyne Tama (7 tahun), Saga Omar Nagata(9,5 bulan).

“It's easier for a father to have children than for children to have a real father." – Paus Yohanes XXIII.

Kutipan di atas selalu terngiang-ngiang di pikiran saya semenjak saya menjadi bapak dari 3 anak laki-laki. Tidak mudah dan tidak akan pernah ada kata mudah menjadi orangtua, karena saya tahu bahwa saya bertanggung jawab dan harus berperan dalam tahap pertumbuhan serta pembentukan mereka sebagai seorang pribadi nantinya.
 
Dan anak-anak saya memang lahir serta bertumbuh dalam lingkungan yang kental tekhnologi. Ketakutan, bahwa mereka akan terlalu ‘dekat’ dengan tv, games, internet, smartphone, Ipad dan lainnya dibanding dengan kami orangtuanya sempat saya rasakan. Saya takut itu terjadi. Tapi setelah saya pikir-pikir lagi, mungkin sebenarnya saya lebih takut kalau saya yang akan terlalu sibuk dengan gadget dan melupakan komunikasi verbal dengan anak-anak.

Mengapa saya merasakan ketakutan seperti itu? Harus diakui bahwa dunia saya dan isteri adalah dunia yang sangat akrab dengan dunia digitalD i rumah, 'pekerjaan wajib' kami adalah mencari hal-hal baru di internet untuk menunjang pekerjaan utama kami. Dan itu terjadi setiap hari. Maka, agar saya tidak menjadi sosok bapak yang asing di mata anak-anak saya sendiri, saya berusaha supaya tetap 'bersentuhan' secara emosional dengan anak-anak.

Dan semua saya mulai dengan komunikasi yang intens. Saya biasanya meminta mereka untuk bercerita mengenai apa saja. Mulai dari pelajaran apa yang mereka dapat di sekolah hingga apa yang mereka beli dengan uang jajan mereka. Saya juga tidak menutup akses mereka pada teknologi, namun sebisa mungkin saya ikutan nimbrung ketika mereka sedang asyik bersentuhan dengan dunia maya. Dari sini saya jadi dapat melihat apa yang mereka temukan di dunia maya.  Tak jarang bahkan sering, saya malah mendapat pengetahuan baru dari mereka, misalnya tentang betapa kerennya legoland atau adaupdate terbaru apa di youtube. Saya juga mengizinkan anak-anak memiliki akun youtube yang isi video upload-annya kami awasi. Saya dan isteri juga belajar bahwa tidak ada yang perlu ditakuti dari dunia digital selama kita cerdas memanfaatkannya.

Hal penting lain yang juga sering saya lakukan adalah memeluk,mencium atau mengusap kepala mereka. Kadang sambil lewat saja.Tak ada waktu khusus yang penting mereka tahu bahwa saya menyayangi mereka.
Ada sebuah hal baru yang khusus sedang saya coba untuk anak saya yang masih bayi, Saga Omar Nagata (disingkat SON). Saya memanfaatkan media sosial dan dunia maya untuk membuatkannya clothing line. Bekal usaha untuk dia besar nanti. Selain bisnis, semua itu adalah rekam jejak dia. Hal yang saya dan istri siapkan, jika suatu hari nanti dia menjadi orang sukses yang akan dipelajari kisah hidupnya sebagai motivasi generasi setelahnya.

 



Artikel Rekomendasi