Mudik ala Selebrita

 

Inez Tagor, ibu dari Adi (13), Nabila (7), Nadia (5) dan Adelia (5)
"Harus pakai dua mobil untuk mengangkut keluarga besar mudik ke Kuningan! Si Aa-Adi memilih naik mobil om dan tantenya, yang punya anak laki-laki. Alasannya karena dia punya teman bermain selama perjalanan. Saya selalu pilih berangkat mudik sewaktu malam takbiran, kondisi jalan lebih lancar, sehingga anak-anak tidak lelah di jalan. Di kampung halaman, saya lebih memilih tidak pergi ke mana-mana. Kalau pergi ke tempat wisata pasti penuh dan macet. Saya paling mengajak anak-anak naik kuda saja di dekat rumah."

Irgi Fahrezi, ayah dari Zian (7), Rafa (6) dan Gavin (3)
"Mudik pasti ramai kalau bersama tiga jagoan saya. Tapi, justru itu yang membuat saya senang saat mengendarai mobil. Suara anak-anak yang berisik itu menambah semangat. Satu yang paling dinanti adalah kebiasaan saweran di keluarga ibu saya. Kami meluangkan satu hari khusus untuk berkumpul bersama seluruh keluarga. Anggota keluarga yang sudah punya penghasilan sendiri harus memberi saweran. Seru melihat anak-anak rebutan permen dan uang."

Arzeti Bilbina, ibu dari Bagas (7), Dimas (6) dan Gendis (5)
"Mudik jadi kesempatan untuk anak-anak bebas bermain dan terlibat dengan acara-acara yang hanya ada saat lebaran. Kebetulan rumah eyang dari suami punya sawah yang luas. Saya biarkan anak-anak main di sawah, melihat kerbau dan main kotor. Anak-anak juga senang saat malam takbiran di Mlangi, Yogyakarta. Kebiasaan keliling kampung sambil membawa obor dan membaca takbir, menjadi sesuatu yang seru untuk anak-anak. Satu yang lucu, Bagas dan Dimas harus pakai baju yang sama untuk lebaran. Beda warna saja, saya langsung protes."

Hilbram Dunar, ayah dari Ranu (8) dan Via (4)
"Saya mencoba mengenalkan mudik pada anak-anak dengan berbagai cara. Misalnya mudik menginap di rumah saudara atau mudik tapi menginap di hotel. Saya merasa lebih nyaman kalau mudik menginap di hotel. Ranu juga terlihat lebih bahagia karena bisa berenang dan menikmati menu buffet sarapan di hotel, favoritnya. Kalau tahu kami akan menginap di hotel, Ranu juga cenderung lebih tenang selama dalam perjalanan. Ini penting sekali kalau kami terjebak macet. Kalau tidak, wah, saya tidak bisa membayangkan bagaimana situasi di dalam mobil.

Nadia Mulya, ibu dari Nadine (7) dan Nuala (3)
Mudik versi keluarga saya adalah singkat dan padat. Kami biasanya berangkat ke rumah kakek-nenek di Bandung pada sore atau malam hari. Kakek dan nenek saya termasuk orang yang dituakan di keluarga, sehingga anggota keluarga yang lain pasti berkunjung ke sana setiap Lebaran. Cukup berada pada satu tempat saja, kami sudah bisa bertemu dengan semua keluarga. Esok harinya, kami sudah kembali  lagi ke Jakarta dan melanjutkan silaturahmi ke keluarga mertua saya. Satu kebiasaan kami adalah membeli junk food untuk bekal perjalanan pulang. Wah, itu guilty pleasure setelah puasa.

Udjo "Project Pop", ayah dari Raia (4)
Saya kalau mudik ke Bandung, tidak jauh, ya? Hahaha...
Perjalanan yang hanya ditempuh dua jam itu tentu tidak membuat Raia terlalu rewel. Apalagi saya selalu pergi bersama istri dan Oma dari Raia. Kalau Raia sudah bosan, langsung bermain dengan ibunya atau Omanya. saya juga harus siap-siap memutar lagu "Project Pop" bolak-balik. Raia suka sekali Project Pop, tidak pernah bosan! Tujuan saya mengajak Raia ke Bandung agar bisa silaturahmi dengan keluarga dan berkumpul dengan sepupu-sepupunya. Saya kurang suka kalau ke Bandung hanya fokus untuk keluar-masuk factory outlet saja.

 



Artikel Rekomendasi