Sehat Dengan Rawfood

 

FOTO: DOKUMENTASI PRIBADI

Jangan buru-buru membayangkan kalau yang kami makan itu aneka daging mentah ala sashimi Jepang. Makanan mentah disini adalah plant based diet, yaitu makanan yang terdiri dari sayuran, buah, kacang-kacangan dan biji-biji mentah.


Dimulai dari sayuran yang enak dulu kalau dimakan mentah, misalnya ketimun, wortel, alpukat dan selada. Saya sengaja pilih selada roman – roman salad. Selada yang menurut saya paling enak sedunia. Baru kemudian mencoba sayuran mentah lain. Untunglah, anak-anak tidak menolak. Pada awalnya mereka hanya bertanya kenapa kami harus makan sayur mentah. Lama-kelamaan setelah saya jelaskan anak-anak semakin memahami dan justru menjadi terbiasa.

70 % makanan yang kami konsumsi sehari-hari terdiri dari rawfood, sayur dan buah mentah serta kacang-kacangan - kecuali kacang tanah yang sangat mudah berbakteri karena kulitnya berpori – juga biji-bijian seperti wijen, chia seeds, flax seeds sampai
kuaci mentah. Kami sekeluarga sarapan pagi hanya dengan keluarga buah-buahan segar.

Makan siang, kami baru mengonsumsi lauk pauk, itupun tidak dimasak dengan minyak panas, serta masing-masing semangkuk besar lalapan atau salad. Tujuannya adalah agar
enzim di dalam makanan masih tetap hidup ketika masuk ke dalam tubuh sehingga memperingan kerja tubuh. Jika tidak, tubuh bisa terus-terusan memproduksi enzim akibat menerima makanan yang enzim nya sudah mati karena diolah terlalu masak dan lama.

Padahal tugas organ-organ tubuh kita masih banyak, termasuk di dalamnya kemampuan untuk dapat menyembuhkan diri sendiri tanpa bantuan obat-obatan. Tapi jika tubuh terus menerus diberi PR menghasilkan enzim serta sibuk membuang toksin yang diakibatkan
makanan yang kita santap, kemampuan menyembuhkan diri sendiri pun akan merosot.

Bahan-bahan makanan juga saya usahakan yang sehat dan murni. Saya tidak pakai garam sembarangan di rumah, yang saya pakai adalah garam murni, Himalaya Rock Salt, karena garam meja kita sehari-hari sudah terlalu banyak pemrosesan termasuk pemutihan.

Pemanis pun saya gunakan yang memiliki indeks glikemi rendah, seperti kurma, madu atau agave nectar. Hasilnya, energi saya selalu ada, tidak mudah lelah. Kolesterol suami saya, Pongki Barata (34) pun turun drastis. Bukan hanya itu saja, beberapa kilo pun menghilang dari tubuh kami.  

Anak-anak selalu saya bekali dengan rawfood buatan saya. Tentunya dengan beraneka ragam menu. Saat ini, saya sudah bisa mengolah pancake, pizza, biscotti dan sebagainya dalam bentuk mentah. Mentah karena saya hanya menggunakan biji-bijian yang saya olah jadi adonan, lalu saya keringkan dalam sebuah dehydrator. sebuah mesin yang tidak memanggang tapi hanya memanaskan dibawah 47 Celcius, sehingga enzim nya masih hidup. Sebelumnya, saya memasak dengan oven biasa dengan suhu paling rendah lalu
pintu oven saya buka.

Mengonsumsi rawfood, bukan berarti kami harus ‘bermusuhan’ dengan restoran. Ada kalanya, meskipun sangat jarang, saya, suami, dan anak-anak  keluar makan di restoran tapi saya tetap membawa sayuran mentah untuk dikonsumsi di sana. Saya bersyukur karena anak-anak lebih memilih restoran seperti misalnya shabu-shabu. Kalau ada undangan ulang tahun teman mereka, anak-anak boleh kok makan coklat atau kue-kue. Saya tidak perlu khawatir karena saya tahu apa yang mereka makan di rumah.

Saya hanya ingin apa yang disiapkan di meja makan untuk anak-anak dan suami, merupakan yang terbaik dari alam dalam bentuk sedekat mungkin dengan aslinya. Ini adalah komitmen kami sebagai keluarga, untuk hidup sehat bersama-sama. Sudah saatnya kami mulai memperhatikan apa yang masuk ke dalam tubuh, karena dengan kesibukan sekarang kita mudah terbuai dengan makanan yang mudah dibeli,yang kita tidak tahu asalnya darimana, yang penting enak dan praktis.

Rasanya tidak ada salahnya kita mulai mengimbangi makanan mentah berserat dengan makanan matang. Indahnya hidup bila dapat seimbang. Saya yakin jika kita makan sesuai dengan juklak sistem cerna manusia aslinya, akan membawa kebaikan. Tidak perlu fanatik, nikmati dan syukuri makanan yang anda dapatkan, serta pahami konsekuensinya. Karena makanan sesehat apapun tidak akan banyak manfaat, jika anda makan terburu-buru tanpa rasa syukur.

Ditulis oleh Sophie Navita (36), ibu dari Rangga Namora Putra Barata (8) dan Radya Tuaro Putra Barata (4), presenter, aktris dan penyanyi.

 



Artikel Rekomendasi