Roti Sebagai Sumber Karbohidrat

 

Jika dulu orang menganggap harga roti mahal, kini anggapan itu sudah berbalik. Sekarang makin banyak orang yang memanfaatkan roti sebagai sumber karbohidrat bukan nasi.

Salah satu akibat konsumsi roti yang kian merakyat itu adalah penambahan berbagai zat gizi ke dalam roti. Serat, misalnya. Dedak dalam gandum yang dulu disingkirkan dalam roti putih karena dianggap sebagai pakan ternak, kini dijadikan sebagai bagian penting dari terigu yang perlu dipertahankan. Dengan begitu, sifat dan nilai gizi roti putih mendekati roti yang terbuat dari tepung gandum utuh ( whole wheat bread ), khusunya dalam meningkatkan kadar serat pangan dan mineralnya.

Selain serat, roti juga dapat difortifikasi dengan berbagai macam zat gizi. Beberapa zat gizi yang banyak ditambahkan ke dalam roti adalah vitamin, seperti thiamin (vitamin B1), riboflavin (vitamin B2) dan niasin, serta sejumlah mineral berupa zat besi, iodium, kalsium, dan lain-lain.

Belakangan ini, untuk meningkatkan mutu protein bagi tubuh, roti juga diperkaya dengan asam lemak tidak jenuh ganda (PUFA), terutama kelompok omega-3 seperti EPA ( asam eikosapentaenoat ) dan DHA ( asam dokosaheksaenoat ). Roti isi tuna adalah salah satu contoh roti yang diperkaya omega-3.

Penelitian telah membuktikan betapa pentingnya penambahan PUFA ke dalam makanan formula untuk mendukung perkembangan bayi dan balita. PUFA dapat meningkatkan kemampuan anak untuk memusatkan perhatian, memecahkan masalah, dan penglihatan (visual).

Dari nilai plus roti, apalagi yang difortifikasi berbagai zat gizi, jelas roti merupakan hidangan alternatif yang baik bagi menu keluarga. Jadi, kelebihan menghidangkan roti karena mudah didapat akan bertambah berkat nilai gizinya. *

*Prof. Dr. Made Astawan (Guru Besar pada Departemen Teknologi Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor)

 



Artikel Rekomendasi