Mempersiapkan Dana Pendidikan

 

Idealnya, dana pendidikan anak sudah direncanakan dan dialokasikan sejak Anda dan pasangan berencana punya anak. Terlalu cepat? Tidak juga. Karena realitanya, biaya pendidikan memang makin menjulang setiap tahunnya. Apalagi bila Anda berencana menyekolahkan anak di sekolah yang kurikulum dan fasilitasnya “plus”, berstandar internasional, lalu melanjutkan kuliah ke luar negeri.

Bila saat ini Anda belum memprioritaskan dana pendidikan anak –mungkin berpikir bisa ditunda, karena umurnya baru dua tahun– sebaiknya kaji ulang. “Karena, kita tentu ingin membekali anak dengan pendidikan yang terbaik, dan biaya pendidikan makin mahal,” ujar perencana keuangan Mike Rini Sutikno. Jadi, mari kita hitung biaya pendidikan balita Anda dan trik mendanainya.
Biaya apa saja?
  • Uang pangkal. Dibayarkan hanya sekali saat anak masuk suatu tahapan pendidikan, misalnya TK, SD, SMP, SMA. Meski hanya dibayarkan satu kali, tapi dana yang dikeluarkan cukup besar. Bisa belasan sampai puluhan juta, bahkan mencapai ratusan juta bila Anda menghitung uang pangkal di fakultas kedokteran saat si kecil kuliah kelak.
  • Uang SPP . Dibayarkan rutin setiap bulan atau setiap semester selama anak bersekolah. Biaya yang dikeluarkan mulai ratusan ribu rupiah hingga jutaan.
  • Biaya pendukung. Biaya sehari-hari untuk mendukung kegiatan sekolah anak, seperti membeli buku, seragam, termasuk uang saku. Besarnya anggaran berubah-ubah setiap bulannya, tergantung kebutuhan.
  • Biaya ekstra kulikuler. Untuk membiayai aneka kegiatan anak di luar pendidikan formalnya. Misalnya, membayar kursus bahasa asing, menari, ikut karya wisata sekolah, dan lain-lain.
Dari mana dananya?
Selama satu bulan, pengeluaran keluarga terbagi menjadi empat: Menabung, membayar cicilan utang, membayar premi asuransi, dan membayar biaya hidup (biaya listrik, ledeng, makan, dan lain-lain). Lalu, masuk ke mana biaya pendidikan balita?
Untuk biaya yang cukup besar, yakni uang pangkal, didapat dengan cara menabung. Sebaiknya dilakukan sejak dini, misalnya sejak balita  lahir atau paling tidak saat berusia setahun. Jangka waktu yang lebih panjang akan meringankan besarnya uang yang harus Anda tabung tiap bulannya. Sedangkan untuk biaya-biaya seperti uang SPP, biaya pendukung dan biaya ekstra kulikuler, termasuk dalam kategori biaya hidup karena besarnya selalu berubah-ubah setiap bulan.
Besarnya tiap pos-pos pengeluaran ditentukan dari pemasukan Anda dan pasangan tiap bulan. Idealnya, Anda sisihkan 10% - 30% pendapatan untuk tabungan dana pendidikan anak.

Bagaimana mencapainya?
Menabung! Menabung di sini bukan berarti Anda memasukkan uang ke tabungan di bank. Uang di tabungan bank tidak akan memenuhi uang pangkal yang dibutuhkan saat balita sekolah nanti, karena suku bunga bank jauh lebih rendah dibanding kenaikan biaya pendidikan. Jadi, tak ada salahnya Anda cermati laju inflasi biaya pendidikan setiap tahunnya. Sebagai gambaran, uang pangkal masuk SD sekarang, saat balita berusia satu tahun, misalnya Rp. 10 juta. Ketika si kecil masuk SD 5 tahun lagi, uang pangkalnya bisa naik menjadi Rp. 25 juta! Menabung di sini berarti mengumpulkan sejumlah dana untuk memenuhi kebutuhan di masa depan lewat berbagai instrumen keuangan seperti tabungan, deposito, reksadana, saham, atau obligasi. Lewat instrumen keuangan tersebut Anda bisa memenuhi target keuangan Anda.

Mengenal Instrumen Keuangan

Foto/Dok.Ayahbunda

 



Artikel Rekomendasi