Ayah Generasi C

 

Teknologi telah menjadi sahabat baru bagi nyaris sebagian besar orang, baik dewasa maupun anak-anak (atau bahkan balita Anda!) Hampir di semua sudut, terutama di kota besar, orang-orang menggunakan smart phone atau gadget terbaru. Dan, berkat teknologi, dunia pun seolah berada di dalam genggaman tangan, karena segala informasi bisa diakses kapan pun dan di mana pun.

Inilah asyiknya menjadi orangtua di era teknologi seperti saat ini. Ayah dan bunda seperti diberi dibanjiri informasi. Mudahnya mencari informasi semestinya menjadikan orangtua ‘masa kini’ lebih cerdas, peka dan cermat dalam mengasuh anak-anaknya. Namun ternyata, tidak hanya Anda para orangtua yang merasakan dampak dari kemajuan ini, ada mahluk lain yang juga terkena dampaknya. Mereka adalah miniatur Anda, alias anak-anak Anda.

Jika ayah dan bunda disebut dengan  generasidigital immigrant, maka generasi anak-anak kita inilah yang dinamakan digital native atau generasi C – connected, communicating, content-centric, computerized, community-oriented, always clicking, yang lahir setelah tahun 1990.


Agar tak gagap dalam berinteraksi dengan buah hati sendiri, ketahui ciri-ciri Generasi C dan apa yang dapat dilakukanoleh orangtua masa kini agar hubungan dengan si Generasi C berjalan mulus dan sukses.

1.    Melek Teknologi.
Generasi ini hidup di dunia yang memang sudah dibanjiri dengan teknologi dan kemudahan mendapatkan informasi. Mereka canggih mengoperasikan gadget.
Yang perlu orangtua lakukan…
Buatlah diri Anda familiar dengan internet dan gadget, namun bukan berarti Anda harus selalu memiliki gadget terbaru. Yang penting adalah mengenal dan memahami fungsi dari perangkat teknologi.Tak perlu juga terlalu memproteksi anak dari teknologi. Perlindungan berlebih hanya akan membuat dia ‘terisolasi’ dari perkembangan zaman. Hasilnya, saat nanti ia bersosialisasi di dalam lingkungan pergaulan yang lebih luas, anak akan merasa minder karena menganggap dirinya tidak tahu apa-apa. Biarkan ia mengenalnya namun tetap lakukan pengawasan.

2.    Serba Instan.
Generasi C cenderung tumbuh menjadi generasi instan karena mudahnya mengakses informasi membuat dunianya berubah menjadi cepat dan berorientasi kepada hasil.
Yang perlu orangtua lakukan…
Anda perlu menanamkan pentingnya proses untuk mencapai sesuatu. Misalnya ketika ia minta dibelikan mainan baru, minta ia berusaha melakukan sesuatu dan jadikan mainan itu sebagai sebuah reward.


3.    Terancam Obesitas.

Gempuran teknologi memang membuat hidup si kecil menjadi lebih mudah. Segala sesuatu bisa diperoleh hanya dengan menunjuk atau sekadar memencet sebuah tombol. Hasilnya, tubuh pun kurang aktivitas dan obesitas siap mengancam.
Yang perlu orangtua lakukan…

Beri batasan waktu saat ia bermain games dan ajak anak untuk melakukan aktivitas luar ruang. Aktivitas fisik sangat penting untuk perkembangan motorik kasar, motorik halus serta kesehatan anak. Aktivitas fisik tidak dapat digantikan oleh teknologi.

4.    Kurang Ketrampilan Sosial.

Terlalu asik berinteraksi dengan mesin membuat Generasi C pun tak luwes dalam bersosialisasi. Jangan biarkan serunya teknologi membuat si kecil menjadi lupa akan pentingnya bersosialisasi yang sesungguhnya.
Yang perlu orangtua lakukan…

Tetap sediakan waktu untuk kumpul keluarga, karena di sinilah balita Anda dapat melihat nilai-nilai luhur yang ada di keluarga. Waktu makan bisa menjadi momen paling mudah. Atau ajak ia pergi ke kumpul keluarga besar.

5.    Sangat bergantung pada teknologi.
Jika anak Anda pada akhirnya sangat piawai memainkan jari jemarinya di layar komputer, ponsel atau tab, siapa yang paling tepat ‘disalahkan?’ Tentu saja Anda sebagai orangtua yang memberikan kemudahan akses untuknya. Terbiasa dengan teknologi membuat ia merasa kesulitan ketika teknologi tak lagi dapat diandalkan, misalnya seperti saat mati lampu.
Yang perlu orangtua lakukan…
Sekali-sekali ajak anak berkenalan dengan alam dan biarkan ia maupun Anda terbebas dari teknologi untuk beberapa jam misalnya. Perlihatkan bahwa tanpa teknologi ia tetap baik-baik saja.


6.    Kurang memahami prinsip loyalitas.

Terlalu banyak pengetahuan yang mereka terima dan terlalu cepat perubahan terjadi di sekitar mereka membuat pola piker mereka terbiasa menerima sebuah perubahan. Mereka pun menjadi pribadi yang terlalu mudah beradaptasi.
Yang perlu orangtua lakukan…
Sesungguhnya tak salah jika anak Anda menjadi pribadi yang mudah beradaptasi, namun tetap jelaskan apa pentingnya loyalitas. Misalnya, berkaitan dengan agama dan tradisi yang bagus, maka itu adalah hal yang perlu dipegang teguh.

7.    Hubungan dengan orangtua cukup dekat.
Berbeda dengan zaman Anda kecil ketika hubungan Anda dengan orangtua Anda cenderung berjalan satu arah dan Anda harus mematuhi apapun yang orangtua Anda berikan, kini hubungan Anda dengan Generasi C lebih fleksibel. Anak bebas mengungkapkan pendapat dan antara Anda dengan anak terjalin komunikasi dan ‘diskusi.’
Yang perlu orangtua lakukan…
Tak salah menjalin komunikasi terbuka dan dua arah. Jadilah sosok orangtua yang lebih bisa menerima kritik dan saran, namun tetap berikan batasan jelas, mana aturan yang masih dapat ditarik ulur, mana aturan Anda yang wajib dipatuhi apapun kondisinya,misalnya yang berhubungan dengan keselamatan anak.

8.    Percaya Diri Tinggi.
Merasa bahwa mereka bisa melakukan nyaris apa saja berkat bantuan teknologi membuat Generasi C percaya diri. Terlebih pola pengasuhan orangtua saat ini yang cenderung lebih terbuka pada anak dan selalu melibatkan anak membuat anak pun merasa bahwa ia juga memiliki peranan penting dalam ‘mengambil’ keputusan.
Yang perlu orangtua lakukan…

Cerma dalam melihat sejauh mana kadar percaya diri dalam diri anak. Asalkan percaya diri tidak berubah menjadi arogan maka semua akan baik-baik saja. Namun, jika Anda melihat kecenderungan arogan pada diri anak, jelaskan bahwa apa yang dapat ia lakukan tetap memiliki keterbatasan-keterbatasan.


 



Artikel Rekomendasi