Berbagai Wajah Kelompok "School Mom"

 

Komunitas sekolah bukan cuma milik anak, tetapi juga milik orangtuanya. Tidak selalu harus serius duduk di komite, kelompok School Mom alias aktifis di sekolah  bisa dalam berbagai wajah, bahkan hanya kesedar ngerumpi- dan itu penting!  

1. Kelompok Penunggu. Mereka school moms yang setiap hari mengantar dan menunggui anak di prasekolahnya. Berdasar pengamatan Ayahbunda, ada tiga karakter school moms tipe ini.
  • Bunda yang menunggu anak atas pilihan dan kemauan sendiri, dan sambil  menunggu ia melakukan aktivitas cerdas seperti membaca atau browsing internet.
  • Bunda yang menjadikan kesempatan menunggu anak di sekolah karena tak ingin melakukan tugas domestik. Kegiatannya antara mengobrol, arisan atau bersama-sama makan di restoran.  
  • Bunda yang ketika menunggu bersikap over protective terhadap anak, dengan sedikit-sedikit menengok ke kelas atau melindungi anak di playground. 
2. Kelompok Penggugat. Dengan pemikiran kritis demi kebaikan, Miriam (bukan nama sebenarnya), seorang ibu murid di sebuah sekolah internasional di Jakarta Selatan, mengedarkan petisi di kalangan orangtua murid.  Isinya, tuntutan agar sekolah menyediakan fasilitas tambahan untuk murid. Petisi tersebut ia edarkan di berbagai kesempatan temu orangtua juga melalui surat elektronik. “School mom ‘penggugat’ memang selalu ada di tiap sekolah,” kata Nina Estianto, Direktur Sekolah Putik di Jakarta. Ia menyebut orangtua murid yang seperti itu dengan istilah ibu-ibu vokal. “Tetapi, justru dari mereka kami mendapat masukan pada hal-hal yang masih kurang di sekolah, atau yang harus ditingkatkan oleh guru.” ujarnya. Karenanya, Nina malah mewajibkan guru-guru Sekolah Putik untuk berani mengobrol dengan school mom galak. “Sekolah juga harus membuka  jalur komunikasi, baik  melalui telpon, sms, pertemuan dan laporan tertulis, supaya unek-unek ibu-ibu kritis  itu tersalurkan dan tidak meledak,”  ujar Nina.

3. Aktifis BPK. Badan Pengurus Kelas (BPK) merupakan sebuah wadah sebagai media komunikasi secara intens dengan guru, misalnya mencari tahu kebutuhan peralatan penunjang belajar yang belum terpenuhi dan kegiatan sekolah seperti perayaan hari Kartini dan 17 Agustus.

4. Online Moms. Ibarat di dunia nyata, di dunia maya juga ada school moms yang eksis. Mereka rajin mem-posting kabar, komentar-komentar, foto-foto dan seterusnya. BlackBerry Messenger Group school moms di Planet Kidz Preschool, misalnya. BBm group ini  membuat hubungan antar ibu menjadi mesra dan saling membantu, mulai dari berbagi cerita soal perkembangan anak, masalah pengasuh, bagaimana bermain bersama anak di luar sekolah, sampai melontarkan ide-ide untuk sekolah.  

5. Kelompok Mompreneur. Ketika puterinya, Lea (4), mulai prasekolah di Phoenix Kids Preschool, sebagai pengusaha batik, Anastasia Katianda atau Tasya tidak langsung memanfaatkan para orangtua murid menjadi pasarnya. Sampai suatu ketika ada usulan dari para orangtua agar sekolah membuat seragam batik untuk murid. Tasya pun berani tampil. “Kebetulan, teman-teman Lea sering memuji baju batik yang dipakainya. Pihak sekolah pun kemudian menyetujui saya berjualan baju batik anak,” cerita Tasya. Selain baju, sisa kain diolah lagi oleh Tasya menjadi tempat pensil, wadah krayon dan sampul buku dan dijual pula di toko sekolah.  Menurut Herlina Dole, Kepala Sekolah Phoenix Kids, sekolah mendukung bunda muridnya berjualan, asalkan produknya berkaitan dengan kebutuhan dan perkembangan anak. “Prosentasi penjualan untuk sekolah kemudian kami gunakan untuk subsidi silang murid yang kurang mampu,” jelas Herlina.  

Termasuk kelompok manakah Anda? sejauh itu positif dan bermanfaat bagi pendidikan anak, Anda bisa masuk ke dalam kelompok manapun.

Baca juga:
Bunda Ikut Sekolah 

 



 



Artikel Rekomendasi