Bila Ayah Tak Terlibat Pengasuhan Anak

 

Saat ayah tak terlibat dalam pengasuhan anak, dampaknya tak hanya saat ini, namun hingga kelak ia dewasa.

Kurang spontan dan tidak berani mengambil risiko.
Inilah yang akan dilihat anak jika hanya ibu yang terlibat dalam pengasuhan. Beda halnya dengan laki-laki yang terbiasa berpikir spontan dan cenderung lebih cepat dalam memutuskan masalah serta berani mengambil risiko. Misalnya, saat akan pergi camping seorang ibu akan menyiapkan bekal makanan. Sementara ayah lebih suka bereksperimen secara spontan untuk memasak menggunakan api unggun. Bagi ayah, yang terpenting adalah anak mendapat pengalaman baru dan belajar menghadapi risiko.

Lebih pendiam dan pemurung.
Anak yang tidak banyak berinteraksi dengan ayah dan lebih banyak beraktivitas bersama ibu cenderung kurang aktivitas fisik ataupun kegiatan luar ruang. Anak akan kehilangan sosok ayah yang dapat menjadikannya lebih berani dan aktif bergerak.

Salah memilih pasangan hidup.
Sosok ayah memberi pengaruh yang besar bagi seorang anak untuk dijadikan panutan. Saat anak laki-laki tahu bahwa ayahnya selalu ada untuknya, dan bersedia membantu sang bunda, maka anak akan menyerap hal-hal positif tersebut dan mengaplikasikannya saat berumah tangga kelak. Sebaliknya, jika ia tidak pernah melihat dan merasakan hal di atas, maka ia akan tumbuh menjadi pribadi yang acuh dan berisiko menjadi pelaku KDRT. Begitu pula dengan anak perempuan, jika ia melihat sang ayah menghargai dan menyayangi sang bunda, dan tidak gengsi terlibat untuk mengasuh anak, anak akan memahami bahwa sebagai wanita ia patut dihargai. Sebaliknya, jika anak perempuan tak merasakan kehadiran ayah dalam tumbuh kembangnya bisa jadi ia kerap merasa tidak aman, tumbuh sebagai individu dengan penghargaan yang rendah terhadap dirinya sendiri sehingga kelak rentan menjadi korban KDRT.

Rentan pergaulan bebas.
Pendampingan ayah pada anak, terutama anak perempuan akan membuat anak merasa aman dan nyaman serta menghargai dirinya dengan baik. Oleh karena itu, jika ayah tak telibat dalam pengasuhan, maka anak perempuan cenderung tidak memiliki pegangan serta gambaran yang kuat mengenai sosok laki-laki yang pantas baginya. Akibatnya, anak kerap dimanfaatkan oleh lawan jenis, cenderung tak dapat bersikap asertif dan tak berani berkata tidak.

Tidak tangguh akibat hanya mengenal pola asuh ibu yang cenderung overprotektif. Saat ayah terlibat dalam pengasuhan, anak akan lebih banyak merasakan kebebasan dan rasa ‘sakit’. Untuk menjadi tangguh, anak membutuhkan pengalaman akan rasa sakit. Sesederhana merasakan sakit akibat  terjatuh saat mengejar bola. Anak yang serba dilarang dan dilindungi akan tumbuh menjadi individu yang tidak tangguh saat dihadapkan oleh permasalahan hidup.

Disorientasi seksual.
Hal ini terjadi akibat anak tidak merasakan keterlibatan dan kehadiran ayah dalam masa tumbuh kembangnya. Anak akan merasa bahwa sang ayah tidak menghargai ibunya. Sehingga anak laki-laki akan tumbuh dengan membenci sosok laki-laki dan memilih berperilaku layaknya perempuan atau justeru berasumsi bahwa perempuan tidak perlu dihargai sehingga ia membenci perempuan dan memilih menjadi gay. Sementara pada anak perempuan yang tak kenal sosok ayah, kelak ia bisa tumbuh menjadi sosok pembenci laki-laki dan memilih untuk mencintai sesama perempuan dan menjadi lesbian.

 



Artikel Rekomendasi

post4

Intuisi Ibu: Natural atau Bisa Diasah?

Calon ibu terkadang dihinggapi rasa ketakutan akan kemampuan dirinya sendiri dalam merawat anak. Beberapa ibu pun meragukan dirinya memiliki intuisi. Benarkah intuisi terjadi alami atau harus diasah?... read more