Hyper-parenting

 

Hyper-parenting atau dikenal juga dengan intensive parenting atau hyper-vigilance mengacu pada pola asuh anak dimana orangtuamemiliki derajat kontrol tinggi terhadap anak. Intinya, orangtua berusaha keras untuk mencermati apapun yang dilakukan oleh anak dan segala hal yang diberikan kepada anak, dalam usaha untuk mengantisipasi berbagai permasalahan yang mungkin bisa terjadi sekarang atau yang akan datang.

Alasan utama orangtua melakukan hal tersebut tentunya didasari oleh rasa sayang terhadap anak dan keinginan agar sang anak atau balita, tumbuh menjadi generasi yang lebih baik, terutama dibandingkan dengan keadaan dirinya dahulu. Hanya saja, orangtua macam ini memiliki tingkat kecemasan yang terlalu tinggi, sehingga cenderung mengejar hal tersebut dengan alasan emosional.

Selain itu, hyper-parenting terjadi karena orangtua merasa tidak puas dengan pola asuh yang mereka dapatkan semasa kecil. Bisa jadi mereka tidak puas dengan karir atau kehidupan mereka secara keseluruhan. Akibatnya, semua obsesi ditambah ketidakberuntungan itu dibebankan kepada anak. Orangtua berharap anak-anak bisa mendapatkan apa yang mereka tidak dapatkan. Padahal belum tentu hal ini sesuai dengan kebutuhan, keinginan, minat bahkan bakat anak. Apakah Anda termasuk
kedalam orangtua jenis ini?

Batas toleransi
Pada dasarnya, orangtua memang harus memberi stimulasi untuk mendukung tumbuh kembang anak secara optimal. Namun Anda perlu memerhatikan apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh anak. Bukan hanya apa yang penting atau baik untuk anak menurut pandangan kita. Selain itu, Anda juga harus paham bahwa semua yang dilakukan ada prosesnya. Akan membutuhkan waktu yang panjang untuk mencapai hasil yang maksimal dan seringkali yang disebut waktu panjang itu tahunan bahkan belasan tahun.

Oleh karena itu, jangan terlalu memaksakan anak untuk mendapatkan target-target luar biasa dalam waktu singkat. Jika anak tumbuh menjadi individu yang terlalu luar biasa, perhatikan pula hal apa yang hilang dari dirinya. Coba lihat perkembangan emosionalnya, apakah masih dalam tahapan sesuai usianya? Jika perkembangan emosionalnya tidak sesuai, maka Anda perlu mencemaskannya.

Apapun keinginan atau mimpi orangtua yang berkaitan dengan anak, sebaiknya murni berlandaskan rasa kasih sayang dan alasan ingin melihat anak balita tumbuh kembang dengan maksimal. Bukan berdasarkan kecemasan diri sendiri atau ambisi yang berlebihan, apalagi karena ego semata. Tidak apa-apa jika Anda mengikutsertakan anak kursus berenang dengan tujuan agar ia dapat menikmati liburan di pantai atau waterpark, bukan karena bertujuan agar anak lebih unggul dari anak lain.

Tidak hanya itu, memberikan kesempatan pada anak atau balita untuk belajar mengambil keputusan sendiri, memberi kesempatan bagi anak untuk beristirahat yang cukup ditengah kegiatan yang Anda jadwalkan dan membiarkan anak mengekspresikan
perasaannya tanpa diatur orangtua juga merupakan hal yang perlu Anda perhatikan saat Anda memiliki rencana-rencana untuk anak.


KONSULTASI Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Si., Psi, Psikolog anak dan keluarga Klinik Terpadu Fakultas Psikologi UI

 



Artikel Rekomendasi

post4

Intuisi Ibu: Natural atau Bisa Diasah?

Calon ibu terkadang dihinggapi rasa ketakutan akan kemampuan dirinya sendiri dalam merawat anak. Beberapa ibu pun meragukan dirinya memiliki intuisi. Benarkah intuisi terjadi alami atau harus diasah?... read more