Sindrom Ibu Over-competitive

 

Setiap ibu ingin anaknya tumbuh sehat, cerdas dan membanggakan. Namun, tidak lantas menjadi obsesi yang berlebihan sehingga terus membanggakan kepintaran anak, sesumbar dan membual. Ini namanya, sindrom over-competitive!

Sifat alami bunda.  Doktor Alvin Rosenfeld, psikiater anak dari Harvard University Medical School dan penulis buku Hyper-Parenting, mengakui bahwa sifat bunda yang senang memamerkan anak tidak hanya ditemui di Barat, tetapi dapat ditemukan pada bunda di seluruh dunia.  Menurutnya,  sindrom bersaing di antara para bunda itu memiliki tingkatan dari rendah sampai sangat ekstrem. “Jika sudah sampai di titik ekstrem, maka akan sulit berhadapan dengan ibu-ibu over-competitive ini, karena  apa pun topik bahasannya, mereka tidak pernah mau kalah dan sulit direm kalau sudah mulai pamer anak, “ ujar Alvin.

Fase transisi menjadi orangtua. Ahli perkembangan anak meyakini, over-competitive merupakan sindrom yang terjadi dalam fase transisi menjadi orangtua, ketika seorang bunda sebenarnya belum yakin bahwa dirinya akan menjadi orangtua yang baik bagi anaknya. Dra. Roslina Verauli, M.Psi, psikolog anak dan keluarga, mengatakan, “Secara umum ketika seseorang melewati fase transisi menjadi orang tua, masalah yang sering dihadapi adalah apakah mereka akan sanggup menjadi orang tua yang baik. Namun, ketika ada beberapa faktor pencetus, kondisi itu berubah menjadi ekstrim hingga seorang bunda mengembangkan sindrom over-competitive.”

Roslina menyebutkan faktor-faktor pemicu sindrom over-competitive seorang bunda, yaitu:
  • Bunda memiliki eskpektasi tinggi pada diri sendiri dan anaknya. Bila harapan itu tidak tercapai, maka bunda akan membangun persepsi sendiri dengan “meninggi-ninggikan” kondisi anak atau kehebatannya sebagai seorang bunda, padahal tidak sesuai dengan kenyataan. Biasanya bunda tipe ini dikenal dengan istilah Alpha mom.
  • Bunda datang dari lingkungan sosial yang memiliki tuntutan tinggi, sehingga seolah-olah kemampuannya sebagai orangtua kerap diragukan. Alhasil, ia terbiasa bluffing atau berbohong tentang kemampuan anaknya.
  • Bunda cemas terhadap kemampuan anaknya yang lebih rendah dari harapan. Alhasil, ia terbiasa bercerita dengan meninggikan kemampuan anak dari yang sebenarnya.
Ketika seorang bunda sampai berbohong tentang kemampuan dan pencapaian anaknya, Roslina menyebutkan akar masalahnya justru  adalah perasaan rendah diri bunda tersebut pada kemampuannya menjalankan peran dalam pengasuhan anak. (me)

Baca juga:
Menyikapi Bunda Over Competitive
Menjadi Orang Tua yang Percaya Diri
5 Kesalahan Pola Asuh
Anak Bukan Duplikat Orang tua!

 



Artikel Rekomendasi

post4

Intuisi Ibu: Natural atau Bisa Diasah?

Calon ibu terkadang dihinggapi rasa ketakutan akan kemampuan dirinya sendiri dalam merawat anak. Beberapa ibu pun meragukan dirinya memiliki intuisi. Benarkah intuisi terjadi alami atau harus diasah?... read more