Tepati Janjimu

 

Janji harus ditepati, itulah salah satu pemahaman positif yang harus ditanamkan pada anak. Tidak perlu pikir panjang, ayo ajari anak bagaimana cara menepati janji!

1. Buat peraturan. Buatlah beberapa peraturan kepada anak: mencuci kaki dan tangan sepulang dari bermain di luar,  menyikat gigi sebelum tidur, mengembalikan barang ke tempat semula, atau menepati waktu makan. Peraturan sederhana semacam itu, selain membuat anak paham dan bersedia menjalankan perintah, juga dapat memupuk rasa tanggung jawab dan komitmen dari anak. Pasalnya, menepati janji adalah bentuk dari tanggung jawab dan komitmen seseorang. Ketika anak sudah sadar untuk menjadi anak yang bertanggung jawab dan berkomitmen, akan lebih mudah baginya untuk menepati sebuah janji.  

2. Berikan tugas ringan. Memberi anak tugas-tugas ringan seperti membereskan tempat tidurnya setiap bangun tidur, menyiapkan sendok dan garpu untuk makan malam atau menyiram tanaman di sore hari, dapat Anda lakukan sejak usia 3-4 tahun.  Tugas tersebut secara tidak langsung mengembangkan rasa tanggung jawab. Tidak perlu melihat hasil kerja anak, tetapi lihatlah kebiasaan baik yang terbentuk. Ketika anak berhasil memenuhi tugasnya setiap hari, berilah hadiah, berupa pujian atau pelukan.

3. Pemahaman logika terbalik. Ceritakan beberapa contoh perilaku ingkar janji dan gunakan si kecil sebagai "korbannya".  Misalnya, Tante A yang berjanji akan membelikan es krim jika anak membantu memberi makan kelinci, ternyata meski tugas sudah dilakukan, tidak kunjung membelikan es krim!  Atau, Sepupu B yang berjanji akan meminjamkan mainan helikopter, tidak kunjung membawa mainan helikopter tersebut  saat berkunjung. Lalu, katakan kepada anak, "Kamu tentu kecewa dan kesal karena sudah membayangkan enaknya makan es krim atau bermain helikopter". Pemahaman logika terbalik, menempatkan anak sebagai korban ingkar janji, sehingga secara tidak langsung membuatnya mengerti, betapa tidak enak perasaan kecewa atau marah yang dialami orang bila anak ingkar janji terhadapnya.

4. Berkata sungguh-sungguh.  "Setiap perkataan yang diucapkan, harus diucapkan sungguh-sungguh". Menanamkan nilai itu kepada anak, baik untuk membuatnya konsisten terhadap  perkataannya. Misalnya, ketika anak berkata sanggup melakukan suatu tugas, maka dia harus menepatinya. Kalau perlu, bantu anak menepati perkataannya tersebut.  Contoh berikut terjadi sehari-hari:  ketika anak minta dibelikan cheese cake dan roti gandum serta  berjanji akan menghabiskan semuanya, ingatkan bahwa makanan itu terlalu banyak untuk perutnya yang kecil. Ketika ternyata anak memang tidak bisa menghabiskan makanan tersebut, katakan padanya Anda sudah mengingatkan, namun ia bersikeras. Tetapi,  kata-kata yang diucapkan, tetap harus ditepati. Untuk membantu anak menepati kata-katanya,  usulkan, misalnya "Bagaimana kalau kue yang tidak habis dimakan disimpan di kulkas untuk dimakan nanti sore?"  

Untuk mengingatkan janji-janji yang diucapkan di rumah Anda, buatlah papan bertuliskan daftar, misalnya  "janji Kevin",  "Janji Ibu" , "Janji Ayah", lalu tempel di kamar anak. Beri check list bila suatu janji telah dipenuhi.

5. Tunjukkan sikap tegas dan konsisten. Hari ini Anda meminta anak menepati janjinya untuk membereskan mainan yang berserakan di lantai. Tetapi esok harinya, Anda membiarkan dia lolos,  tidak membereskan mainan karena lelah - bahkan Anda minta tolong bibi untuk bantu membereskan mainan. Ayo, Bunda, tunjukkan sikap tegas dan konsisten jika ingin anak konsisten juga dalam mematuhi janji!  Itu karena, anak masih berada dalam tahap belajar membiasakan diri untuk menepati janji. Ketika Anda membolehkan dia ingkar janji atau mangkir, ia akan menangkap pesan bahwa sesekali boleh, kok, ingkar janji!  

6. Beri kesempatan. Lagi-lagi  melanggar janjinya pada Anda. Anda pun bergumam, "Ah, namanya juga anak-anak". Ya, benar, anak memang masih membutuhkan waktu untuk belajar dan terbiasa dengan nilai-nilai yang Anda terapkan. Namun, bukan berarti Anda membiarkan dia mangkir janji begitu saja tanpa menunjukkan sikap apa pun. Tetap berikan anak peringatan dengan mengatakan, “Bunda tahu kamu lupa pada janjimu. Tadi, kan, kamu berjanji akan membereskan mainan itu. Yuk, kita bereskan sama-sama. Besok jangan lupa lagi¸ ya, kalau  berjanji sama Bunda.”  Percayalah, anak sebenarnya tidak bermaksud sengaja mengikari janji. Ia hanya butuh diingatkan dan dibiasakan dengan perilalku baik yang masih baru baginya.

Baca juga:

 



Artikel Rekomendasi

post4

Intuisi Ibu: Natural atau Bisa Diasah?

Calon ibu terkadang dihinggapi rasa ketakutan akan kemampuan dirinya sendiri dalam merawat anak. Beberapa ibu pun meragukan dirinya memiliki intuisi. Benarkah intuisi terjadi alami atau harus diasah?... read more