Keliling Bali Lewat Darat

 

Bukan gagasan buruk memilih bermobil untuk menjelajahi pulau Dewata. Pun ketika si balita ikut dalam perjalanan tersebut. Pengalaman saya berlibur ke Bali akhir tahun 2007 lalu, menunjukkan ternyata kita bisa melakukan petualangan "gila" juga bersama anak umur 2 tahun!

Setelah beberapa hari berlibur di pantai Kuta, kami ingin mencoba berlibur di sisi lain dari pulau Bali, yaitu pantai Lovina di bagian utara. Hari memang lebih banyak mendung ketimbang cerah. Tapi ini tak menyurutkan semangat kami menjelajah ke utara lewat darat.

Tentu perjalanan bermedan cukup berat dan memakan waktu 4 - 6 jam jika melalui pegunungan Kintamani harus diimbangi dengan persiapan matang. Jadilah kebutuhan logistik kami beli sebelum menuju Utara. Kudapan buat anak, air mineral dalam botol kemasan untuk saya, ibu saya dan suami plus yang paling penting peta Bali! Sebelum berangkat ke utara, kami mampir di Ubud untuk makan siang. Pilihan jatuh pada resto Bebek Tepi Sawah yang "bergandengan" dengan galeri lukisan bernama sama. 

Pengalaman makan di sini sungguh mengesankan! Bebek gorengnya gurih renyah, suasana sawah dengan semilir anginnya pun membuat kami sulit beranjak dari sini. Saya senang memilih tempat duduk lesehan karena membuat kami semua lebih rileks. Keya, yang saat itu masih berumur 2,5 tahun, pun serasa diberi kesempatan emas untuk streching. Sambil meluruskan kaki, ia menikmati Milk Shake Strawberry segar. Ia pun makan Bebek plus Plecing Kangkung tanpa cabe dengan lahap.

Pilihan untuk berangkat setelah makan siang ternyata memang tepat. Setelah makan siang, balita biasanya lebih tenang dan lebih mudah tidur. Saat balita lebih tenang dan dalam waktu 1,5 jam mulai tidur, perjalanan rasanya lebih mudah. Apalagi saya harus jadi navigator yang membacakan peta, sementara suami mengemudikan kendaraan.

Cukup melelahkan memang tapi pengalaman menghayati beragam pemandangan indah dalam perjalanan: danau, gunung, sawah dan perkebunan hening dan damai. Membuat kami sekeluarga jadi rileks dan merasa lebih segar.

Meskipun semua sudah sesuai rencana (pengkondisian anak dan jadwal keberangkatan), tetap saja, tak semua hal bisa dikendalikan. Dalam hal ini, cuaca di penghujung tahun, yang sarat hujan! Menjelang petang, kabut dan rinai hujan menghalangi pandangan. Akhirnya beberapa kali, mobil harus re-orientasi untuk memastikan arah dan jalani yang dipilih sudah tepat. Beberapa kali, si kecil sempat terbangun, tapi tak lama tertidur kembali. 

Beruntung, suami sudah pernah melakukan perjalanan bermobil dari selatan ke utara sekitar 6 tahun lalu. Jadi rasa percaya dirinya adalah modal utama perjalanan kami, padahal saya deg-degan dan sempat tidak yakin bisa sampai ke hotel di tepi pantai Lovina yang beberapa kali telah menghubungi kami via telepon. Mereka tentu mau memastikan, apakah kami jadi menginap di sana. Untuk pelayanannya, saya benar-benar salut!

Pukul 19.00 WITA kami akhirnya sampai juga di Hotel Melkior, Lovina. Anak saya pun dengan penuh semangat bangun dan makan sebelum kami sampai di kamar. Pengalaman tegang mencekam yang sempat saya rasakan dalam perjalanan menembus kabut Kintamani ternyata tak menyurutkan semangat saya untuk mengarungi laut esok pagi. Tentu untuk menyapa seluruh lumba-lumba di Pantai Lovina dengan berperahu di pukul 6 pagi!

Baca: Berlibur ke Bali Bareng Balita, Mengapa Tidak?


Foto/P Hardi Subiantoro - Ayahbunda


 



Artikel Rekomendasi