7 Kalimat Sakti dalam Dunia Pengasuhan Balita yang Orangtua Wajib Tahu

 

Fotosearch


Tujuh kalimat sakti dalam dunia pengasuhan anak balita. Sudahkah Anda mengucapkannya?

1. Bunda Sayang Kamu
Mengapa penting? Kalimat sederhana yang mudah diucapkan, tetapi besar manfaatnya bagi anak balita. Perasaan sayang musti diungkapkan lewat kata-kata dan tak cukup dengan perbuatan, sebab anak balita memerlukan penekanan kuat dan berulang dalam segala hal. Ini penting bagi jiwanya, agar ia merasa berharga, disayang dan diperhatikan.
Kapan diucapkan?  Saat mengantar anak pergi tidur, saat berpisah di sekolah atau ketika menghiburnya dari sakit atau sedih. Ucapkan dengan tulus sambil menatap mata,  memeluk atau menciumnya. Jangan katakan “I love you” tapi ekspresi Anda marah atau tak peduli, ya.

2. Bunda Bangga Padamu
Mengapa penting? Kalimat ini merupakan penghargaan  paling bermakna bagi anak. Itu karena, setiap anak ingin merasa bunda atau ayah bangga terhadap dirinya. Membuat ayah bunda bangga, dapat menjadi motivasi bagi anak untuk mempertahankan perilaku yang baik, dan mengubah atau meninggalkan  perilaku yang salah.
Kapan diucapkan? Setelah anak melakukan hal yang Anda minta atau larang, disertai penjalasan mengapa Anda bangga padanya. Misalnya,   “Hebat, anak Bunda sudah pandai membereskan mainannya sendiri. Bunda bangga padamu.”  

3. Maafkan Bunda
Mengapa penting? Orangtua tidak selalu benar.  Tak jarang Anda  melakukan kesalahan terhadap anak, walau tak disengaja. Jika itu terjadi, jangan ragu minta maaf padanya. Dari pengalaman ini, si kecil akan belajar banyak;  belajar untuk berani meminta maaf saat bersalah kepada orang lain - tidak peduli orang itu lebih tua atau lebih muda- belajar meminta maaf dengan tulus, selain itu ia pun akan merasa lebih dekat dengan Anda sebab ayah dan bunda memperlakukannya setara, dengan pola  hubungan yang tidak kaku.
Kapan diucapkan? Langsung ketika Anda menyadari kesalahan, katakan dengan tulus  disertai penjelasan. “Maafkan Bunda, Nak. Bunda salah karena tadi berteriak saat kamu memecahkan gelas, padahal kamu tidak sengaja.”

4. Bunda Maafkan
Mengapa penting? Melakukan kesalahan seperti tidak menghabiskan makanan, tidak tidur siang, susah mandi, dan banyak lagi, adalah beberapa “kenakalan” balita. Saat Anda menegurnya,  lalu dia meminta maaf, Anda musti merespon dengan mengatakan bahwa Anda memaafkan anak.  Ini untuk mengajarkannya merespon orang lain,  dan belajar memaafkan orang lain. Tapi, bagaimana  ya kalau ternyata kenakalannya itu diulanginya lagi esok hari? Bila ia minta maaf lagi, apakah   langsung dimaafkan? Jelaskan, anak tidak boleh mempermainkan kata “minta maaf”, karena permintaan maaf harus diiringi dengan janji tidak akan mengulang lagi perbuatan itu, dan upaya itu harus dilakukan sungguh-sungguh.
 
5. Bunda Mendengar Kamu
Mengapa penting? Ada kalanya anak ingin ikut berpartisipasi dalam obrolan dengan cara berpendapat, atau sekedar ingin bunda atau ayah mendengar ceritanya. Kalau tampaknya ayah bunda tidak menyimak, ia pun akan protes, seperti berteriak, “Bunda, dengarkan aku, dong!”  Nah, sebelum ini terjadi, biasakan untuk mendengarkan anak ketika ia berbicara atau berpendapat, meski terdengar lucu dan makan waktu agak lama sekali pun.
Kapan diucapkan: Saat anak berpendapat, curhat atau  bercerita, yakinkan ia dengan mengatakan,  “Okey, ibu mendengar. Jadi bagaimana?” Tunjukan bahasa tubuh menyimak: diam, dengarkan, tatap matanya dan beri respon positif seperti tersenyum atau mengangguk.  
 
6. Ini Tanggung Jawabmu
Mengapa penting? Bisa digunakan ketika mengajarkan balita tentang tanggung jawab dan life skill yang harus dimiliki dalam hidupnya. Mengajarkan balita tanggung jawab tentu harus disesuaikan dengan usianya. Untuk anak balita usia 3-4 tahun, ajarkan ia tanggung jawab ringan, yang berhubungan dengan diri sendiri, dan ia sanggup menanggung risiko jika melalaikan  tanggung jawab. Misalnya, tanggung jawab merapikan mainan, bila lalai, risikonya adalah mainannya bisa hilang.
Kapan diucapkan?  Bila ia melalaikan tanggung jawabnya, misalnya sehabis main mainannya ditinggal berantakan, maka ingatkan dia untuk merapikan mainan sambil mengatakan. “Merapikan mainanmu sendiri adalah tanggung jawabmu, Sayang”.
 
7. Begitulah Adanya
Mengapa penting? Ungkapan yang berhubungan dengan risiko dalam kehidupan atau  sesuatu yang terjadi berdasarkan hukum sebab akibat dan  konsekuensi perbuatan. Misalnya, kalau tidak makan, maka anak akan lapar. Kalau tidak mandi, maka tubuhnya bisa gatal-gatal. Kalau sakit, maka ia harus minum obat.   Bahkan Anda sebagai orangtua pun tidak kuasa mencegah atau menghalangi terjadinya konsekuensi ini. Dengan kata lain, dalam hidup, anak musti menerima konkuensi perbuatan, meski pun ia tidak menyukainya.
Kapan diucapkan?  Kalimat ini perlu disampaikan ketika Anda ingin anak melakukan sesuatu yang tidak ia sukai namun harus ia lakukan. Misalnya. “Kamu kan sakit gigi, jadi kita musti ke dokter gigi. Meskipun kamu tidak suka, tapi begitulah adanya, Nak.” (RIS, BDH/ PAS)
 
 

 




 

 



Artikel Rekomendasi