9 Gejala Stres pada Balita dan Penyebabnya

 


Usia tumbuh kembang balita merupakan masa-masa penuh tekanan. Keterbatasan  keterampilan dan kemampuan berpikir yang mereka miliki dan tuntutan lingkungan, membuat mereka kerap rewel dan mengamuk. Setiap anak unik, cara mereka mengatasi stres pun berbeda. Itu sebabnya gejalanya pun bisa berbeda.
 
Kenali tanda-tanda balita Anda stres dan bantu ia mengatasinya:

 
- Perubahan pola tidur.
- Gangguan pada selera makan.
- Perubahan emosi seperti rewel, mudah marah, sedih, dan menarik diri.
- Semakin sering menangis.
- Mimpi buruk dan ketakutan saat tidur malam.
- Sering merasa sakit perut atau sakit kepala.
- Timbul tics yaitu gerakan berulang, misalnya mengedipkan mata dengan cepat, batuk-batuk.
- Menarik-narik rambut dan mengisap jari.
- Pola buang air besar berubah.
 
Meski gejala-gejala tersebut tidak selalu merupakan indikator stres pada buah hati, tetapi perilaku buruk atau menyimpang dari yang biasanya bisa menjadi tanda adanya sesuatu pada emosinya.
 
Sama seperti kita, anak melihat  dunia tak selalu indah. Dalam kesehariannya ada saja yang ia jumpai, dan itu menuntut dirinya untuk selalu beradaptasi. Stres – tuntutan penyesuaian diri – akan dihadapi setiap orang kapan pun dan di mana pun. Toleransi stres yang pendek pada anak bisa membuatnya memunculkan masalah pada perilakunya.
 

PEMICU STRES


Takut berpisah. Bunda bekerja, ayah juga bekerja. Tumbuhnya kesadaran pada dirinya bahwa ia berada di rumah hanya dengan pengasuhnya, bisa membuatnya cemas. "Apakah Bunda dan ayah akan pulang?"

Meski kecemasan ini normal, dan merupakan reaksi wajar terhadap keberpisahan, kecemasan ini bisa menjadi sumber stresnya. Ketika toleransi anak terhadap rasa frustrasinya ini menurun, ia akan menjadi rewel dan semakin sulit ditinggal.

Perubahan pada kondisi keluarga. Misalnya nenek yang selama ini tinggal bersama, meninggal dunia, atau ada adik bayi yang menguras perhatian bunda dan ayah.

Toilet training. Masa transisi dari masa bayi ke toddler dan batita menuntut penyesuaian. Anak Anda yang selama ini mengenakan popok dan bisa pipis dan pup kapan saja, sudah harus meninggalkan kebiasaan itu. Anak-anak lazimnya punya kesiapannya masing-masing, kapan ia akan menggunakan kloset di kamar mandi. Toilet training menjadi stressor (sumber stress) apabila Bunda memaksa anak melakukannya dengan segera dan menerapkan hukuman bila anak gagal.
 
Bingung jadwal hariannya. Bila selama ini anak menjalani rutinitasnya yang sudah terjadwal, perubahan pada salah satunya bisa membuatnya bingung. Misalnya, bila si kecil biasa mandi sore pada jam 4 sore, meniadakan jam mandinya akan membuat anak bingung.. Mengapa perubahan terjadi? Ada apa sebenarnya? Ketidakmampuan anak memahami kondisi ini yang memicu stresnya.
 
Peristiwa besar yang tidak diharapkan seperti gempa bumi, banjir, atau kebakaran. Menonton berita tentang kejahatan, berita tsunami dan peristiwa menakutkan lainnya bisa membuat anak mimpi buruk dan rewel. Perhatikan hal-hal seperti ini di sekitar Anda, hindari berita-berita buruk saat Anda menonton TV. (IR)

 



Artikel Rekomendasi

post4

Balita Takut Bertamu

Ketakutannya balita pada orang asing, hewan, suara gaduh, situasi baru, sesungguhnya bertujuan melindungi diri. Buat situasi bertamu bersama anak menjadi lebih nyaman bagi si kecil dengan mengikuti ki... read more