Balita Susah Difoto

 

Fotosearch


Hampir di setiap kesempatan, Rania menerima penolakan dari putranya, Kenzo (3), kala diminta berpose bagus untuk difoto. Padahal, sebagai orangtua, Rania juga ingin mengabadikan banyak kenangan balita dalam foto agar bisa dipajang pada spot-spot tertentu.
Tapi apa daya? Balita kerap menghindar atau bahkan ‘merusak’ momen foto, walaupun untuk keperluan serius. Anda mungkin dibuat sedikit gemas, tapi cari tahu dulu alasannya sebelum (kembali) mengajaknya berfoto!
 
a. Bukan si ‘hobi difoto’
Kenali kepribadian, kebiasaan, kesukaan, sekaligus yang tidak disukainya. Mungkin, anak Anda memang bukan tipe yang senang difoto, sehingga Anda kerap dibuat sia-sia saat memintanya bergaya di depan kamera. Justru, antusiasme anak muncul saat ia bermain bongkar pasang lego. Bila seperti ini, sebaiknya tidak perlu dipaksa, karena setiap anak memang memiliki ketertarikan berbeda. Sebagai alternatif, Anda dapat mengambil foto bagus secara candid, saat anak sedang beraktivitas. Biarkan posenya terbangun secara natural. Setelah itu, tunjukkan padanya bahwa Anda berhasil membuat foto bagus dengan model yang kece pula, sehingga ada kemungkinan, ia jadi tertarik foto diri, setelah ia melihatnya.
 
b. Sengaja pasang wajah jelek.
Anak kerap memasang pose duck face setiap kali difoto. Amati dengan baik, bila selalu seperti itu, mungkin itu memang pose andalannya! Saatnya mengenalkan dan memperkaya pose baru agar koleksi fotonya lebih berwarna. Ajak ia ke depan cermin dan, bersama Bunda, ciptakan pose-pose baru. Katakan juga padanya, bila foto resmi sebaiknya senyum agar menambah kecantikan atau ketampanannya. Peran fotografer pun juga krusial untuk mengajak anak berpose dengan menarik. Sebaiknya pilih fotografer yang cerdik ‘mengambil hati’ anak.
 
c. Bergerak terus.
Wajahnya sudah tersenyum manis, tapi tubuhnya tidak bisa diam, sehingga sering menghasilkan foto bergerak. Ia juga tidak sabar duduk atau berpose dalam waktu yang lama karena tidak tahan ingin berjalan, berlari, bahkan memanjat! Bukan hanya saat sesi foto, segala kegiatan yang mengharuskannya duduk dalam waktu lama, ia selalu gelisah. Kenali lebih lanjut cirinya, sebab hal tersebut mengarah pada anak dengan tipe hiperaktif. Bunda musti bersikap tegas dan terus-menerus mengajarkan disiplin pada anak. Selain itu ajak ia berolahraga agar energinya dapat tersalurkan dengan hal yang sehat dan positif.
 
d. Merem melulu
Sebelum buru-buru kesal akibat balita cepat memejamkan mata ketika kamera sudah siap, perhatikan hal yang tengah menjadi pengganggunya. Ya, flash kamera. Bagi sebagian orang, ada yang merasa kurang nyaman saat lampu kilat digunakan sebab dapat membuat sensasi kaget dan silau. Memang, anak musti bisa dan terbiasa, terutama untuk pengambilan foto resmi semisal keperluan sekolah atau foto keluarga. Anda dapat menggunakan pendekatan agar anak mau berusaha terbiasa, misalnya lontarkan pujian bahwa hasil foto akan lebih bagus saat menggunakan flash, sehingga ia musti sabar dan tahan sebentar saja saat pemakaian flash. Sementara itu, untuk foto santai, siasati dengan mengambil foto pada lokasi yang bercahaya cukup, sehingga tidak perlu lampu kilat.
 
e. Not in a good mood
Jeli melihat suasana hati anak pada hari itu dapat menjadi kunci keberhasilan foto Anda –kecuali memang Anda sedang ingin membuat foto anak sedang cemberut atau kesal–. Pastikan ia berada dalam posisi cukup makan dan tidur. Juga amati waktu, serta bangun suasana yang bersahabat dengan anak, agar ia semakin antusias. Bila perlu, pakaikan kostum keren yang bukan pakaian sehari-harinya, menyasar ‘idolanya’ misalnya, princess Elsa. Momen keren dan lucu memang tidak bisa diulang tapi sering terjadi. Siapkan waktu dan kamera Anda saat waktu bermain balita tiba, foto secara candid, dan lihat hasilnya!

(FIN/ERN)

 



Artikel Rekomendasi