Balita Hobi Teriak, Harus Bagaimana?

 



Teriakan anak kadang bisa menyangi lengkingan suara penyanyi rock! Di usia 2 tahun ini, anak yang mulai lancar berbicara menunjukkan salah satu kemampuannya dengan berteriak. Ia melakukannya untuk menarik perhatian orang lain saat ingin menyampaikan perasaan dan pikirannya.

Ini terjadi karena dia belum tahu cara menarik perhatian orang lain dengan berbicara baik-baik. Balita menggunakan teriakan itu sebagai sarana bereksperimen,  sejauh mana suaranya dapat didengar orang lain. Dan tentunya kegiatan berteriak merupakan hal yang menyenangkan dan menghibur baginya.

Namun, Anda tak perlu khawatir, karena hal tersebut masih wajar. Seiring bertambahnya usia, kemampuan komunikasi anak meningkat dan kebiasannya berteriak-teriak pun akan berkurang. Bantu anak melewati fase hobi berteriak melalui hal-hal berikut:

1. Kenali anak. Apakah ia tipe penjerit atau teriak seperti apa. Dengan  cara ini, Anda akan memahami bagaimana cara meresponnya. Jika ia  berteriak ketika sedang bermain dan bercanda dengan teman-temannya sambil berlari ke sana ke mari, berarti ia termasuk ke dalam golongan ‘The Happy Shrieker’. Meskipun pertanda senang, jika sudah mengganggu, coba, hentikan teriakannya dengan memegang tangannya dan tarik secara perlahan. Lalu,  minta ia untuk memelankan suaranya.

Jika Anda sedang menelepon teman atau sedang melakukan suatu pekerjaan dan anak berteriak, berarti ia termasuk dalam golongan ’The Attention Seeker’. Atasi dengan menariknya  pelan, lalu ajak ia duduk di samping Anda. Beri ia senyum atau kedipan mata agar ia merasa Anda memerhatikannya.

Berbeda ‘The Angry Screamer’. Ia selalu berteriak ketika merasa marah atau keinginannya tidak tercapai. Atasi dengan membawanya ke tempat sepi dan minta ia berhenti berteriak. Setelah itu, tanyanya  apa yang membuatnya marah  atau jelaskan padanya alasan Anda tidak mengabulkan keinginannya.




2. Beri  anak kesempatan untuk berbicara. Pasalnya, salah satu pemicu anak suka berteriak adalah karena ia jarang diberi kesempatan untuk bicara. Tanpa sadar, orangtua kerap memotong perkataan anak atau menyuruh anak diam saat tak henti berbicara dan bertanya.

Ia akan berpikir bahwa dengan berteriak, perkataannya akan lebih didengar dan dianggap oleh Anda. Melalui teriakan-teriakannya, anak juga ingin menarik perhatian Anda dan menunjukkan kemampuan bicaranya yang berkembang pesat. Solusinya, saat anak sedang berbicara,  beri ia  tanggapan yang serius. 



3.  Ajarkan anak berekspresi dengan tepat. Kemampuan untuk mengelola emosi setiap anak berbeda-beda tergantung usia, penyebab, latar belakang keluarga, serta kondisi psikologis saat stimulasi terjadi. Kemampuan mengelola emosi ini perlu dilatih.

Hal utama yang harus dipelajarinya adalah mengenali berbagai jenis emosi. Anda bisa menggunakan alat bantu berupa stiker atau gambar sederhana yang mewakili emosi tertentu, seperti gambar orang tertawa, sedih  dan takut. Setiap kali anak merasakan salah satu emosi tersebut, minta ia menunjuk gambar pada stiker.

Latih  anak agar ia selalu memberitahu Anda tentang apa yang ia iinginkan dengan cara bicara secara perlahan dan jelas. Katakan padanya jika Anda tidak mengerti keinginannya,  jika disampaikan dengan  berteriak-teriak.




4. Hindari keinginan untuk balas berteriak. Mendengar balita berteriak bisa mendorong Anda untuk ikut berteriak. Ini tentu saja reaksi wajar namun, kurang bijaksana. Berteriak dalam rangka menghentikan teriakan anak justru memicu kompetisi dan mengilhami anak untuk meningkatkan volume teriakannya. Anak juga akan menganggap tindakan tersebut sebagai pembenaran, "Kalau ayah dan ibu saja bisa berteriak, mengapa aku tidak?".

5. Saat anak berteriak di tempat umum, tetaplah bersikap tenang. Jika Anda sulit  untuk tetap tenang, beri waktu sebentar untuk menarik napas dan menenangkan diri, tapi pastikan dirinya tetap terpantau oleh Anda. Kemudian jaga suara tetap pelan dan nada suara datar ketika Anda meminta anak menghentikan teriakannya.

Jika anak tak juga berhenti berteriak, segera ajak ia meninggalkan  tempat tersebut dan beritahu bahwa tindakannya  mengganggu orang lain. Jelaskan padanya,  “Kamu hanya boleh berteriak di dalam kamar dan ruang bermainmu!”.

Menentukan batasan pada anak biasanya lebih berhasil daripada melarang total suatu perilaku, karena peraturan biasanya malah lebih menggoda untuk dilanggar.



Selain itu, salurkan skspresinya  agar lebih bermanfaat dan terarah melalui aktivitas berikut ini:

•  Pasang musik yang ceria dengan volume yang tidak terlalu keras, beri microphone lalu ajak ia menyanyi bersama.

•  Ajak ia bermain dengan menggunakan suaranya untuk menirukan berbagai suara hewan seperti sapi, kucing atau suara mobil dan motor.

•  Buat sebuah drama sederhana, lalu ajak dirinya memerankan tokoh yang disukainya. Biarkan ia mengekspresikan diri sesuai kreativitas dan imajinasinya. Ajarkan anak mengatur volume suaranya beserta intonasi yang tepat saat melafalkan dialog.

(CA/ERN)

 



Artikel Rekomendasi