Gambar Natural Picu Respons Batita

 

Siapa bilang membacakan buku bergambar kepada bayi dan batita hanya ritual pengantar tidur? Balita belajar meniru dari media ini.

Mau tahu cara berpikir si batita? Yuk, simak studi berikut ini. Studi yang dilakukan duo peneliti asal Australia yang dirilis APA (American Psychologist Association) Oktober 2006 silam, memperlihatkan bagaimana buku bergambar bisa membantu balita belajar meniru.   

Bisa memperagakan. Psikolog Gabrielle Simcock, PhD., dari Universitas Queensland, Australia, dan Judy DeLoache, PhD., dari Universitas Virginia, Australia, menghimpun data 132 anak yang dibagi dalam tiga kelompok usia, yakni 18, 24 dan 30 bulan.

Seluruhnya berpartisipasi dalam dua studi, yang dilakukan untuk mengetahui, apakah bentuk dan warna gambar buku, serta usia anak, menentukan kemampuan mereka menangkap dan memeragakan gerakan bermain rattle  (kerincingan) sederhana.

Pada studi pertama, dibentuk dua kelompok. Satu kelompok diberi buku cerita bergambar yang terdiri dari foto-foto dengan 6 macam warna, dan kelompok lain diberi buku cerita bergambar reproduksi foto buku pertama dengan sketsa pensil berwarna.

Kedua kelompok anak sama-sama diajak melakukan kegiatan “membaca” buku. Di akhir kegiatan “membaca”, anak-anak diminta memeragakan gerakan rattle dengan menggunakan alat-alat yang tersedia di hadapan mereka. Studi ini menemukan, para batita mampu meniru aksi yang dilukiskan dan dideskripsikan oleh buku bergambar. Namun, kemiripan antara objek nyata dengan foto yang melengkapi buku memiliki pengaruh paling besar bagi batita, sehingga memudahkan mereka untuk meniru dan memeragakan.

“Riset ini memperlihatkan bahwa anak-anak yang sangat kecil pun, dapat belajar memeragakan aksi kompleks menggunakan alat-alat yang disediakan, berdasarkan kegiatan ‘membaca’ buku cerita bergambar singkat. Bentuk interaksi umum yang dapat terjadi dalam kehidupan awal anak-anak ini dapat menjadi sumber informasi penting bagi batita tentang segala hal seputar dirinya,” jelas Simcock.     
   
Hanya terhadap foto
. Studi pertama ini juga memperlihatkan, batita berusia 18 bulan kurang mampu mengikuti arahan yang diberikan dari buku yang berisi ilustrasi berupa gambar yang diwarnai pensil berwarna, dibandingkan jika diberi buku cerita bergambar foto. Berkaitan dengan adanya perbedaan usia responden dalam perilaku meniru berdasarkan dua versi buku cerita bergambar tersebut, Simcock dan DeLoache menyeleksi sebuah kelompok baru yang terdiri dari batita berusia 24–30 bulan. Tujuannya, untuk melihat reaksi mereka terhadap gambar-gambar garis hitam putih dari buku yang sama yang digunakan pada studi sebelumnya.

Studi kedua menemukan, kelompok batita usia 24–30 bulan kurang memberikan respons (meniru dan memeragakan aksi) terhadap ilustrasi sketsa berwarna hitam-putih dibandingkan dengan batita dari kelompok pertama yang diberikan buku bergambar foto.  Ini membuktikan secara tegas bahwa anak-anak kecil lebih terpengaruh oleh gambar foto berwarna ketimbang ilustrasi gambar yang diwarnai.

“Hasil studi ini memperluas pemahaman terhadap perkembangan kemampuan piktoral (menangkap dan memahami gambar) anak di tahun kedua,” simpul Simcock. Jadi, sebagai alat bantu belajar, sediakan sebanyak mungkin gambar berupa foto nyata yang berwarna untuk si batita.

 



Artikel Rekomendasi