Tidur Kok Sambil Jalan-jalan

 



Pernahkah Anda mendapati balita Anda jalan-jalan beberapa jam setelah tidur? Membawa bantalnya keluar kamar sambil mondar mandir di ruang tamu, kemudian tidur di atas meja ruang tamu. Kalau Anda punya balita yang mengalami hal ini, Anda tidak sendiri. Tidur sambil jalan-jalan (somnambulism) memang lazim terjadi pada anak usia 3 sampai 5 tahun. Bisa berhenti, bisa juga berlanjut sampai usia 13 tahun.  

Meski namanya jalan-jalan di saat tidur, somnabulisme juga mencakup berbicara dan beraktivitas selagi tidur. Aktivitasnya bermacam-macam, mulai dari duduk, pipis di tempat yang tidak semestinya, berkeliling di ruang tamu, sampai yang berbahaya: Membuka kunci pintu dan keluar rumah. Apapun yang dilakukannya, anak Anda tak  pernah ingat apa yang dia lakukan. Jadi percuma Anda bertanya keesokan harinya, “Adik, tadi malam tahu nggak, duduk-duduk di ruang tamu, lalu pipis di pojokan situ?”
 
Yang terjadi saat tidur
Saat kita tidur, otak melewati 5 fase:

Fase 1: Tidur-tidur ayam yang masih mudah terbangun. Mata bergerak perlahan, dan otot tubuh mulai melemah. Pada fase inilah kerap terjadi sensasi kejut  terasa seperti akan jatuh.
Fase 2:  Mata berhenti bergerak, dan gelombang otak mulai melambat, hanya bila ada kondisi tertentu saja gelombang otak kembali cepat. Tubuh mulai mempersiapkan diri tidur lelap, suhu tubuh menurun dan detak jantung melambat.
Fase 3: Gelombang delta menjadi sangat lambat diselingi oleh gelombah yang lebih kecil dan cepat. Fase ini disebut deep sleep atau tidur lelap. Selama fase inilah terjadinya teror malam, mengigau, tidur sambil berjalan, dan ngompol. Aktivitas itu disebut parasomnia, peralihan dari tahap nonREM ke tahap REM (Rapid Eye Movement). Tiga fase itu berulang kembali, yang disebut siklus tidur yang terjadi selama 90 – 100 menit. Pada fase ini anak sulit dibangunkan.
Fase 4: Lanjutan tidur lelap, saat otak kembali menghasilkan gelombang delta.
Fase 5: Rapid Eye Movement, yaitu fase tidur lelap dengan gerakan mata dari satu sisi ke sisi lain. Fase ini disebut-sebut sebagai saatnya seseorang bermimpi. Gelombang otak meniru aktivitas saat bangun.
 
Penyebab  somnabulisme
Tidur sambil berjalan lebih sering dialami anak-anak ketimbang orang dewasa. Kondisi ini diturunkan dari salah satu orangtua. Bila salah satu dari Anda dulu mengalami ini, kemungkinan besar anak Anda pun akan mengalaminya. Faktor lainnya:


- Anak Anda kurang tidur
- Jadwal tidur yang tidak teratur
- Sedang sakit
- Sedang menjalani pengobatan
- Stres atau ada masalah emosi
 
Berjalan saat tidur terjadi pada fase tidur 3 dan 4, itu sebabnya anak sulit dibangungkan. Bila terbangun sesaat, ia mengalami disorientasi dan gugup selama beberapa menit. Terjadinya tidur sambil berjalan (Bahasa Jawa: ngelindur) ini dari bebrepa detik hingga 30 menit.  Ciri-ciri somnabulisme:


- Turun dari tempat tidur lalu berjalan dalam keadaan tidur
- Bicara tidak jelas/tidak nyambung
- Bingung
- Canggung
- Tidak merespon saat diajak bicara
- Duduk di atas tempat tidur dan melakukan gerakan berulang seperti menarik-narik piyama
- Mata terbuka tetapi pandangan mata kosong, mengira ia berada di ruangan lain di tempat yang lain.
- Kadang-kadang disertai sleep apnea (berhenti bernapas sejenak) dan enuresis (ngompol), dan terror malam.
 

 



Artikel Rekomendasi