Mempersiapkan Anak Masuk Preschool

 

Foto: 123RF

Ada tren yang merebak di kalangan orang tua saat ini: menyekolahkan anak di usia dini. Kalau dulu anak baru diperkenalkan sekolah TK di usia 4-5 tahun, sekarang bahkan sejak anak baru berusia 6 bulan anak sudah ‘sekolah’!

Apa, sih, alasannya? Katanya, agar anak lebih cepat pintar. Tidak sedikit orang tua yang sudah kasak-kusuk mencari prasekolah saat anak berusia 2 tahun. Ada yang mencari prasekolah yang isinya bermain-main saja dengan alasan ‘supaya anak belajar bersosialisasi’, tetapi ada juga yang memburu prasekolah ‘serius’ yang mengajarkan calistung (baca, tulis, hitung) dan bahasa asing pada anak.

Menurut Alzena Masykouri, MPsi., psikolog anak dan pendidikan yang juga pembina di sekolah Bestariku, secara umum, usia bisa dijadikan indikator kesiapan anak masuk sekolah. Dengan asumsi, pada tahap perkembangan secara normal, sebagian besar anak dengan usia tertentu diharapkan sudah menguasai kemampuan tertentu pula.

Bila berpatokan pada usia, sebenarnya si kecil sudah bisa mulai masuk prasekolah ketika usianya mencapai 3 tahun. Di usia ini, anak sesungguhnya sudah siap untuk dilatih melakukan kegiatan secara mandiri, dan ia bisa pula dipersiapkan untuk menerima atau menyerap informasi/pelajaran dari orang lain maupun lingkungan di sekitarnya.

Pendidikan di prasekolah dimaksudkan untuk mempersiapkan anak sebelum masuk TK. Jadi, kegiatan macam calistung tidak menjadi prioritas utama di sini. Prasekolah lebih mementingkan bagaimana si kecil bersosialisasi serta bergaul dengan lingkungan lain di luar lingkungan rumahnya. Nah, agar bisa menguasai keterampilan sosial dengan baik, si kecil diharapkan sudah memiliki kemampuan-kemampuan berikut saat masuk prasekolah:
 
Mampu berkomunikasi.
Ini bukan berarti ia harus sudah mampu berbicara dengan jelas. Yang penting, si kecil sudah bisa mengutarakan keinginan atau pendapatnya dan mampu memahami pembicaraan orang lain. Jika si kecil masuk dalam kategori anak yang terlambat berbicara, menurut Alzena, selama mampu memahami instruksi dan perintah, ia boleh saja dimasukkan ke prasekolah. Kadang kala, seiring dengan semakin seringnya si kecil berinteraksi di sekolah, ia akan semakin pandai berkomunikasi.
 
Mampu mengikuti kegiatan rutin secara mandiri.
Di sekolah, si kecil akan diajak melakukan berbagai aktivitas rutin pada waktu yang telah ditetapkan. Misalnya, ia akan masuk sekolah pukul 08.00, belajar di dalam kelas, bermain di luar ruangan, serta makan siang bersama teman-temannya. Ini berarti ia harus mampu mengarahkan dirinya sendiri untuk mengikuti berbagai rutinitas di sekolah.
 
Mampu melakukan aktivitas sederhana secara mandiri, seperti membuka dan menutup tasnya dan tempat bekal atau botol minum, mengenakan atau melepas pakaian, memakai sepatu yang berperekat velcro, dll.

(Sumber: www.parenting.co.id)

Baca juga:
Strategi Memilih Preschool
5 Tips Jitu, Supaya Anak Siap Masuk Preschool

 



Artikel Rekomendasi