6 Alasan Bayi Harus Masuk NICU

 

Fotosearch

Beberapa bayi yang baru lahir terpaksa harus masuk ke ruang Neonatal Intensive Care Unit atau NICU. Hal ini tentu tidak mudah bagi Anda para orangtua, tetapi demi kesehatan bayi kedepannya tentu Anda melakukan usaha yang maksimal. Nah, beberapa penyakit ini diketahui menjadi penyebab paling umum mengapa bayi harus dirawat di NICU: 

1. Anemia.
Anemia adalah jumlah sel darah merah di bawah normal. Gejalanya berupa napas terhenti, tekanan darah rendah, frekuensi denyut jantung meningkat, dan tidur terus-menerus.
Penanganan: Pengawasan secara intensif diterapkan paa bayi dengan anemia ringan. Dalam kasus yang berat, akan dilakukan transfusi darah untuk menstabilkan kondisi bayi. 

2. Apnea (napas terhenti).
adalah terhentinya napas bayi baru lahir selama 20 detik atau lebih. Denyut jantung menurun dan kulit pucat atau keunguan akibat kekurangan oksigen. Umumnya disebabkan belum matangnya area otak yang mengatur fungsi pernapasan atau akibat penyakit.
Penanganan: Stimulasi dengan usapan punggung atau tepukan pada telapak kaki bayi. Bila apnea sering muncul, akan diberikan tambahan obat dan alat bantu pernapasan. 

3. Perdarahan Intraventrikular (perdarahan di otak).
Gejalanya adalah menghisapnya lemah, tangis melengking, napas terhenti, denyut jantung kurang dari normal, dan anemia. Pada kasus berat bisa menyebabkan kejang dan penurunan tekanan darah. Terjadi pada bayi prematur, karena masih rapuhnya pembuluh darah di otak.
Penanganan: Mengontrol tekanan darah bayi secara intensif dan melakukan pemeriksaan USG. 

4. Gangguan pembuluh darah/ Patent Ductus Arteriosus (PDA).
Saat lahir, duktus arteriosus (pembuluh darah yang menghubungkan pembuluh darah aorta dengan pembuluh darah arteri ke paru-paru seharusnya tertutup, sehingga darah mengalir normal ke seluruh tubuh. Pada beberapa bayi, terutama bayi prematur, pembuluh ini tetap terbuka. Akibatnya, darah yang mengalir ke pembuluh darah paru-paru bisa berlebih dan mengakibatkan gangguan pernapasan. Gangguan pernapasan dan bising jantung adalah indikasi PDA.
Penanganan: Pemberian obat untuk menutup PDA. Jika tidak berhasil, duktus arteriosus akan ditutup melalui pembedahan.

5. Sindrom Gawat Napas/ Respiratory Distress Syndrome (RDS).
Penyebab paling umum terjadinya gangguan napas pada bayi prematur. Paru-paru pada bayi prematur belum mampu menghasilkan surfaktan—zat pelapis bagian dalam paru-paru agar tetap terbuka saat bayi bernapas, dalam jumlah cukup.
Penanganan: Pemberian surfaktan buatan melalui selang pernapasan atau penggunaan alat bantu pernapasan (ventilator). 

6. Retinopathy of Prematurity (ROP).
ROP adalah gangguan pertumbuhan pada pembuluh darah retina mata bayi. Sekitar 7% bayi dengan berat badan 1,25 gram atau kurang mengalami ROP. Kondisi ini bisa berakibat gangguan mata ringan sampai kebutaan.
Penanganan: Untuk kerusakan ringan, dokter akan melakukan pemantauan berkala. Pada kerusakan berat, pembedahan dengan laser akan diperlukan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut. 

(TIM PARENTING INDONESIA/ ERN)

Baca Juga
SEPUTAR KONSTIPASI PADA BAYI YANG WAJIB ANDA TAHU
KENALI GEJALA DAN CARA MENGATASI ALERGI BAYI

 

 



Artikel Rekomendasi