14 Kontroversi Seputar Pengasuhan Bayi

 

 
Fotosearch



 
Berbagai hal mengenai pengasuhan bayi masih menjadi perdebatan oleh beberapa orang tua. Bagaimana yang sebenarnya mengasuh bayi itu? Simak artikel di bawah ini.

1. MPASI sebelum bayi berusia 6 bulan
Memberikan MPASI bayi di bawah usia 6 bulan masih menjadi kontroversi. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dalam laman www.idai.co.id menjelaskan, pada enam bulan pertama kehidupan bayi, ASI saja cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi buah hati. Setelah berusia di atas 6 bulan, bayi boleh dikenalkan pada MPASI karena ASI saja sudah tidak mencukupi kebutuhan energi dan nutrisinya. Sementara jika Anda memberikan MPASI di bawah usia 6 bulan, antara lain bisa berakibat menurunkan frekuensi dan intensitas isap, karena hingga usia 6 bulan, aktivitas mulut bayi adalah mengisap bukan mengunyah. Ini juga bisa memicu diare karena perut bayi di bawah usia itu baru bisa mencerna ASI. Pemberian MPASI terlalu dini juga bisa menimbulkan defluk atau kolik usus pada bayi.

2. Mengayun-ayun bayi untuk menidurkannya
Mengayun-ayunkan bayi dianggap efektif menidurkan bayi, tapi menguras energi Anda. Prinsipnya, bayi berusia 6-8 minggu sudah dapat diajarkan untuk kembali tertidur tanpa digendong, namun temani ia hingga tertidur. Saat ia terbangun di tengah malam, hindari segera menggendongnya. Biarkan beberapa menit agar ia kembali tidur sendiri. Jika tak berhasil, sentuh dan peluk bayi di ranjang hingga tertidur.

3. Memberi madu
Madu yang terkenal memiliki khasiat, ternyata berbahaya untuk bayi di bawah usia 1 tahun. The American Academy of Pediatrics menyarankan agar madu tidak diberikan pada anak di bawah usia 1 tahun. Sebab madu dapat menyebabkan penyakit botulisme, yakni keracunan makanan yang sangat serius. Mengapa? Penelitian menyebutkan, madu mengandung bakteri clostridium botulinum. Bayi di bawah 1 tahun belum cukup kuat untuk menoleransi bakteri tersebut. Karena itulah, madu untuk bayi tidak dianjurkan.

4. Memberi puyer
Salah satu alasan puyer dibuat adalah karena tidak semua jenis obat untuk bayi tersedia berbentuk sirup. Namun, orang keberatan karena khawatir takaran obat kurang atau lebih juga khawatir alat digunakan untuk menggerus tidak steril. Menurut www.idai.co.id, tak ada salahnya memberikan puyer pada bayi, selama memerhatikan rasionalisasi pemberian obat. Selain itu juga proses pembuatan puyer harus mengikuti standar karena tak semua obat bisa dibuat puyer dan tak semua obat bisa digabungkan menjadi puyer. Bila Anda masih ragu memberikan puyer untuk bayi, diskuiskan dengan dokter anak.

5. Vaksin MMR menyebabkan autisme
Vaksin MMR menyebabkan gangguan sistem percernaan dan penyerapan nutrisi sehingga mengganggu perkembangan otak anak dan mencetus autisme. Pernyataan oleh Dr. Andrew Wakefield dari The Royal Free Hospital and School of Medicine, London, tersebut ditentang banyak pihak, sebab sampel yang digunakan sangat sedikit (12 anak) dan tidak mewakili populasi. Di Indonesia, vaksin MMR yang dipasarkan telah dievaluasi dari segi efektivitas, keamanan dan mutu oleh Komite Nasional Penilai Obat Jadi dan mendapat izin edar. Keamanan vaksin MMR sudah dibuktikan lewat berbagai penelitian di luar negeri, berdasarkan pengamatan 30 tahun terhadap 250 juta dosis vaksin MMR di lebih dari 40 negara. Beri anak vaksinasi MMR, bila masih ragu, diskusikan dengan dokter apa yang menjadi keraguan Anda. Vaksin MMR penting untuk mencegah penyakit campak, gondongan, dan rubella. Ketiganya adalah penyakit berbahaya yang mudah menyerang anak.

6. Baby walker
Banyak yang menganggap baby walker bagus untuk melatih anak berjalan. Faktanya, The American Academy of Pediatrics sejak 2005 telah melarang penggunaan baby walker karena banyak bayi yang sering mengalami jatuh. Selain itu, baby walker hanya memperkuat otot kaki bagian bawah, namun tidak pada kaki bagian atas. Padahal, untuk bisa berjalan dengan baik, seluruh bagian kaki harus berkembang dengan baik. Cara terbaik mengajarkan anak berjalan adalah dengan memegang kedua tangannya saat ia belajar melangkah.

7. Memangku bayi di mobil
Banyak orang tua yang memangku bayi mereka saat berkendara di mobil karena dianggap lebih aman dan nyaman untuk anak. Padahal, benturan saat mobil direm mendadak atau bertabrakan, dapat mencelakakan anak. Sebaiknya, saat berkendara dengan bayi, dudukkan ia di car seat. Pilih car seat sesuai berat badannya. Pastikan car seat dan sabuk pengaman bayi terpasang dengan benar. Jangan lupa, taruh car seat di jok belakang dan letakkan bayi menghadap ke belakang hingga ia setidaknya berusia 1 tahun atau berat badannya 9 kg.

8. Mengempeng
Empeng dianggap bisa menjadi alat menenangkan bayi. Ada yang menentang penggunaannya dengan alasan antara lain, tidak higienis karena empeng sering jatuh ke lantai dan diberikan ke bayi tanpa disterilkan lagi, memengaruhi bentuk rahang dan gigi dan kekhawatiran kebiasaan mengempeng berlanjut hingga sulit dihentikan. Menyikapinya, jika tidak perlu, jangan kenalkan empeng pada anak. Selain menghindari risiko gangguan pertumbuhan gigi dan rahang, juga menghindari kesulitan melepaskannya nanti. Jika anak rewel, alih-alih diberi empeng, cari penyebabnya, apakah karena lapar atau ingin digendong. Beri ia teether yang disterilkan setiap hari.

9. Memakai gurita
Gurita sering digunakan orang tua untuk membebat perut bayi agar cepat rata. Padahal gurita yang terikat erat di sekeliling perut bayi justru dapat mengganggu pernapasan, karena bayi masih lebih banyak bernapas menggunakan pernapasan perut dan pusat aktivitas kehidupan bayi masih berlangsung di sekitar perutnya. Meskipun begitu, gurita ternyata tetap perlu. Gurita dapat melindungi tali pusat bayi agar tidak bergesekan dengan pakaian atau dari gerakan-gerakan tangan bayi yang bisa menyenggol tali pusatnya sendiri. Jadi, sampai tiba waktunya ia puput, gurita bisa bermanfaat. Tapi tentu saja, perhatikan agar pemasangan gurita tidak terlalu ketat.

10. Ubun-ubun tidak boleh disentuh
Bentuk ubun-ubun yang lunak dan berdenyut-denyut kerap membuat orang tua takut menyentuhnya. Meskipun lunak, ubun-ubun dilapisi membran atau selaput tipis yang kuat. Pada bayi, ubun-ubunnya masih tampak berdenyut-karena ada pembuluh darah besar. Ubun-ubun yang biasa kita raba adalah ubun-ubun besar. Ubun-ubun besar ini akan menutup pada usia 19-24 bulan. Dan jika menutup, maka bagian tersebut akan mengeras.

11. Menjemur
Menjemur bayi di bawah sinar matahari masih merupakan kontroversi karena kulit bayi masih sensitif, sehingga dikhawatirkan akan membahayakannya. Padahal bagi bayi baru lahir, berjemur di bawah sinar matahari pagi tetap bermanfaat karena mendukung pembentukan vitamin D di kulit bayi. Meskipun begitu, ada aturan yang mesti Anda perhatikan. Menurut Katherine Barber, direktur African American Breastfeeding Alliance, Baltimore, AS, dalam penelitiannya tahun 2011, jangan terlalu lama menjemur bayi, apalagi dengan kondisi lapisan ozon saat ini. Bayi cukup dijemur selama sekitar 5-10 menit dan lakukan sebelum pukul 8 pagi. Saat menjemur, letakkan bayi membelakangi matahari agar sinarnya tidak menyilaukan mata dan bayi dijemur dengan memakai baju, bukan dibiarkan telanjang. Setelah selesai dijemur, langsung berikan si kecil ASI, karena bisa jadi ia haus.

12. Bedong
Membedong bayi merupakan tradisi berbagai bangsa. Namun bedong dianggap membatasi gerak bayi. Bayi yang dibedong dalam posisi telentang memiliki efisiensi tidur lebih baik dan lebih sedikit terjaga dibandingkan bayi yang tidak dibedong. Namun, bila terlalu ketat, dapat menyebabkan suhu bayi menjadi tinggi dan meningkatkan risiko infeksi pernapasan. Saat membedong bayi, perhatikan posisi tidurnya. Jangan membedongnya dalam posisi tengkurap karena meningkatkan risiko sindroma meninggal mendadak (SIDS). Cara pembedongan juga harus benar, yakni kepala harus bebas dari bedongan dan jangan terlalu ketat terutama pada dada, panggul, dan lutut.

13. Bayi tidak perlu memakai perlak
Banyak orang tua beranggapan pemakaian perlak bisa menimbulkan bintik merah pada bayi. Penyebab timbulnya bintik merah pada kulit bayi ini sangat kompleks dan dipengaruhi banyak faktor, salah satunya adalah gigitan serangga. Karena itu, untuk menghindari bintik merah akibat gigitan serangga, alasi kasur menggunakan perlak atau kain pelindung yang bersih. Cuci sprei, sarung bantal, selimut dengan teratur dan sesekali jemur bantal, guling dan kasur agar kutu busuk dan larva di dalamnya terbunuh oleh panas matahari.

14. Pusar menonjol ditekan koin
Setelah puput, pusar bayi biasanya masih terlihat menonjol. Nah, banyak orang tua yang takut jika kondisi pusar menonjol akan menetap pada bayi. Akhirnya, ditemukan cara untuk menekannya dengan koin sebelum memakaikan gurita. Padahal, ini berisiko karena koin yang digunakan kemungkinan tidak steril dan jadi media perpindahan kuman ke kulit anak. Apalagi, koin tersebut diletakkan di atas pusar yang baru puput, yang mungkin saja masih ada bekas luka yang belum mengering. Sebenarnya, Anda tak perlu melakukan ini. Pada bayi, pusar menonjol adalah kondisi wajar. Apalagi, otot dinding perut pada bayi masih lemah sehingga bisa memengaruhi bentuk pusar. Seiring bertambah kuatnya dinding perut, bentuk pusar akan mengalami perubahan.

(SAN/FAR)

Baca Juga:
5 Alasan Kenapa Menggendong Bayi Itu Perlu

 



Artikel Rekomendasi