Perlukah Bayi Sekolah?

 

Sejak berusia 6 bulan, Emma (8 bulan) sudah masuk sekolah untuk bayi. Catherine, ibu Emma merasakan manfaatnya. Di sekolah bayi itu, Emma mengalami perkembangan motorik yang pesat,  banyak mengoceh dan bisa tepuk tangan.
   
Tak hanya Catherine, bunda-bunda lain juga antusias memasukkan bayi mereka ke sekolah bayi. Kebutuhan ini semakin meningkat karena meningkatnya jumlah bunda yang bekerja di luar rumah. Tak sempat memberikan stimulasi yang efektif kepada bayinya, menjadi alasan utama mereka memilih menyekolahkan bayi.

Kesadaran para bunda akan pentingnya stimulasi untuk bayi, tak diimbangi dengan waktu yang cukup.  Membaca buku, majalah atau browsing internet untuk belanja ilmu tentang stimulasi, tak sempat mereka lakukan. Sekolah bayi yang dinilai sebagai tempat yang tepat untuk meninggalkan bayi mereka selama bekerja, menjadi pilihan. Mengapa tidak? Anak ditangani oleh orang yang tepat di tempat yang aman. Orang tua  tak perlu merasa bersalah karena merasa mengabaikan bayi dan tidak memberikan pendidikan sejak usia dini. Di lain pihak, anak pun tumbuh sehat, cerdas dan bahagia.  
 
Apa itu sekolah bayi? Tempat  para bayi melakukan kegiatan untuk merangsang kemampuan motorik (kasar dan halus), seperti berguling, merangkak, berdiri, berjalan dan sebagainya. Bayi dilatih selama  50-60 menit, satu kali seminggu. Ada juga sekolah yang menambahkan latihan-latihan atau kegiatan yang ditujukan untuk menstimulasi aspek kecerdasan otak  seperti membacakan cerita dan menyanyi.     

Perlukah bayi sekolah? Merangsang kepandaian motorik bayi bisa dilakukan di rumah. Namun Bunda yang bekerja di luar rumah mungkin merasa khawatir pengasuh anak di rumah tidak dapat memberikan stimulasi yang tepat. Tapi jika Anda hanya menyerahkan bayi ke sekolah bayi dan semua aktivitas  tidak diulang lagi di rumah, maka latihan yang diberikan di sekolah tidak bermanfaat.

Bayi cukup dilatih di rumah  dengan stimulasi yang merangsang perkembangan motoriknya. Banyak yang bisa dilakukan di rumah, misalnya: bermain terowongan dengan menggunakan kain panjang untuk latihan motorik kasar, memegang kain perca untuk melatih motorik halus dan memberinya berbagai mainan yang sesuai usianya.

 



Artikel Rekomendasi

post4

Cara Tepat Bergawai pada Anak

Data riset brand smartphone Huawei tahun ini, 87% orang tua Indonesia memberi gawai ke anak. Dan anak-anak usia 5 hingga 8 tahun di negeri ini, sudah memakai gawai. ... read more