Jika Ibu Hamil Terkena Rubella

 


Nama Rubella menjadi isu sangat penting pada kampanye vaksin MR yang diadakan setiap tahunnya oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Rubella atau campak Jerman kian naik daun saat parenting blogger Grace Melia membeberkan pengalamannya mengasuh Ubii –anaknya yang mengalami Congenital Rubella Syndrome akibat Grace terkena rubella saat hamil- di blog pribadinya.

Grace Melia tak hanya menulis soal Rubella di blog. Tahun 2013, ia mendirikan supporting group Rumah Ramah Rubella untuk saling mendukung orang tua yang memiliki kondisi sama seperti Ubii. Rumah Ramah Rubella juga terbuka untuk anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) lainnya seperti Down Syndrome dan Cerebral Palsy. Melalui Rumah Ramah Rubella, Grace dan para orang tua berkebutuhan khusus dapat berbagi info seputar pengasuhan ABK, vaksinasi, hingga pencarian donasi bagi orang tua yang membutuhkan.


Berbahayakah rubella bagi anak dan orang dewasa?

Jika Anda terkena virus rubella, Anda akan mengalami gejala-gejala antara lain demam, radang tenggorokan, sakit kepala, mata kemerahan, dan ruam merah yang terdapat pada wajah, lengan dan kaki. Sebagian ada yang wajahnya merah dan membengkak. Selama 2 atau 7 hari, gejala ini menetap dan bisa sembuh setelah ada pengobatan.

Rubella sangat mudah menular melalui sentuhan dan melalui lendir atau cairan dari yang sudah terinfeksi. Selain itu, jika Anda pernah berbagi makanan atau minuman dengan yang terinfeksi pun berisiko tinggi tertular rubella.

Yang patut diwaspadai jika Ibu hamil tertular rubella dari orang lain, janin yang dikandung berpotensi mengalami Congenital Rubella Syndrome, karena virus rubella masuk ke dalam plasenta.

Pada kasus Grace Melia, saat hamil trimester pertama ia tertular  muridnya yang terkena rubella. Dokter kandungan berulangkali mengatakan Grace hanya flu dan demam biasa. Setelah anaknya lahir pada 2012, Grace menyadari Ubii menunjukkan gejala yang tidak biasa. Misalnya, saat baru lahir Ubii tidak menangis, tubuhnya kaku, dan ia tidak merespon suara.


Biaya perawatan tinggi

Saat usia Ubii genap 6 bulan, Grace baru menyadari putri sulungnya terkena Congenital Rubella Syndrome. Dampaknya, Ubii mengalami kebocoran jantung, retardasi psikomotorik, pengapuran otak, dan tuli. Sejak saat itu, Ubii harus menjalani berbagai pengobatan dan terapi di rumah sakit. Biaya yang dikeluarkan tidak sedikit. Grace menuliskan di blog pribadinya:

 
- Biaya rutin bulanan yaitu > 1,5 juta.
- Biaya tes kesehatan seperti USG otak, USG jantung, Tes Torch, MRI, dan lain-lain sebesar 15 juta.
- Biaya sepasang alat bantu pendengaran, sepatu AFO, standing frame, dan backslab mencapai 28 juta.

Meski keluarga Grace tergolong mampu dan ia  banyak dibantu oleh keluarga besarnya, biaya tersebut tetap terasa berat. Apalagi selama 6 tahun terakhir, ia harus bolak-balik ke rumah sakit untuk menemani Ubii menjalani berbagai pengobatan dan terapi.

Bagaimana jika yang tertular rubella berasal dari keluarga tidak mampu? Tentu perjuangannya akan lebih berat.

Karena itu sangat penting bagi setiap orang tua untuk melakukan vaksin MR untuk anaknya yang berlangsung selama bulan Agustus-September.

Vaksin MR dibagi dalam 2 tahap. Bulan Agustus diadakan di sekolah. Kemudian, bulan September diadakan di Puskesmas, Posyandu, dan Rumah Sakit. Jika Bunda memiliki anak usia 9 bulan hingga 15 tahun, lakukan vaksin MR sesuai jadwal.

Efek dari vaksin MR berbeda tergantung kondisi anak. Bisa demam selama 3 hari, nyeri/bengkak, dan ruam di area bekas suntik. Terkait info anak akan mengalami autis setelah vaksin MR itu sama sekali tidak benar.

Jika saat ini Bunda sedang hamil dan belum pernah melakukan vaksin rubella, jangan khawatir, ya, Bunda. Tindakan pencegahan yang perlu dilakukan adalah menghindari kontak dengan anak/orang dewasa yang terinfeksi rubella, gunakan masker saat Bunda harus berhadapan langsung dengan anak/orang dewasa yang terkena rubella, dan selalu cuci tangan  menggunakan sabun.

Maria Soraya Az Zahra
Sumber: www.gracemelia.com

 
 

 



Artikel Rekomendasi