Risiko dan Efek Pasca Operasi Caesar

 

Fotosearch
 
Sekitar 30 tahunan lalu, operasi Caesar merupakan jalan kelahiran yang hanya dilakukan jika terjadi kegawatan pada bunda dan calon bayinya. Di Indonesia,   operasi caesar kini boleh menjadi pilihan meski tidak ada indikasi khusus. Beberapa alasan medis membuat operasi Caesar ini perlu dilakukan. Kendati pilihan melahirkan pada akhirnya diserahkan kepada calon bunda dan ayah, perlu disadari, bahwa meski kini terbilang aman, operasi ini termasuk kategori operasi besar yang perlu ditangani serius dengan tim khusus. 

Operasi Caesar atau Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding rahim. Penyayatan itu membawa risiko dan efek, yaitu:

Risiko akibat anestesi
Ada dua macam anastesi untuk operasi Caesar, yaitu anestesi umum dan analgesic block (anastesi lokal).
Pada anestesi umum, calon bunda dibuat ‘tidur’ secara keseluruhan. Anestesi umum dilakukan jika terjadi kegawatan yang perlu operasi cepat, atau calon ibu yang terlalu gemuk, atau calon ibu yang mengalami kelainan pada susunan tulang belakang sehingga analgesic block sulit dilakukan. 

Anestesi ini membawa risiko dan efek seperti:
- Tidak boleh langsung duduk dan berdiri, apalagi berjalan dalam 24 jam pascaoperasi. Obat anestesi membuat pembuluh darah melebar, sehingga dikhawatirkan Anda akan jatuh bahkan pingsan.
- Pada sekitar 2 jam pertama, Anda tidak langsung masuk ruang perawatan bersalin. Anda ditempatkan di ruang observasi pascaoperasi sampai kesadaran pulih. Sehingga, Anda tak bisa segera menggendong bayi Anda.
- Menyebabkan mulut dan bibir terasa kering. Beberapa bunda mengeluhkan rasa mual.

Pada anestesi lokal, rasa sakit dihilangkan hanya di sekitar lokasi yang akan dilakukan sayatan. 

Risiko akibat operasi
Pada operasi Caesar dilakukan penyayatan pada dinding rahim. Sayatan dilakukan di bagian bawah perut selapis demi selapis, mulai dari lapisan kulit, perut, otot hingga dinding rahim. Akibat penyayatan ini antara lain:
- Perdarahan lebih banyak daripada persalinan normal. Karena perdarahan dan luka bukan hanya dari runtuhnya dinding rahim akibat kelahiran anak, tetapi juga dari luka operasi. Karena itu, pada bunda yang terdiagnosis kekurangan sel darah merah (haemoglobin), pascaoperasi juga harus melakukan transfusi.
- Pemantauan intensif. Pada 24 jam pertama yang kebanyakan bunda melahirkan normal bisa beristirahat mengumpulkan tenaga setidaknya untuk 8 jam. Tapi, istirahat Anda dengan operasi Caesar agak terganggu karena pemantauan berkala untuk tekanan darah, suhu, jumlah urin yang tertampung, kondisi rahim, jumlah darah yang keluar pascaoperasi, dan pemeriksaan laboratorium bila diperlukan. Pemeriksaan ini penting untuk memantau seandainya ada tanda-tanda infeksi.
- Nyeri pasca operasi, dokter akan memberikan obat pereda rasa nyeri.

Risiko ‘cacat’ jangka panjang
Rahim yang sudah dioperasi itu ibarat balon atau ban yang bocor. Ketika ditambal, bocor ini tertutup, namun akan rentan jika terjadi tekanan kuat. Jadi ada ‘cacat’ untuk jangka panjang.
Walaupun luka operasi di permukaan kulit sembuh setelah 5-7 hari, luka di bagian dalam tidak secepat itu. Hingga 2 minggu bahkan lebih, nyeri tetap terasa. Untuk menjaga luka tidak rusak, Anda juga tidak disarankan segera hamil dan ada pembatasan kelahiran.
Pada beberapa wanita, luka di permukaan kulit akan menjadi keloid. Anda bisa menghubungi dokter untuk mengurangi atau menghilangkannya. Beberapa wanita merasakan kulit di seputar sayatan menjadi sangat sensitif, ada rasa seperti kulit tertarik atau terasa gatal-gatal padahal luka sudah sembuh. (SW)

Baca Juga:
- Waspada Hal Ini Setelah Operasi Caesar
- Bolehkah Bergerak Setelah Operasi Caesar?
- Apa Yang Harus Diperiksa Usai Operasi Caesar?

 



Artikel Rekomendasi