Ayah dan Pegawai Domestik Rumah Tangga

 

Fotosearch


Sehari-hari kita kerap berhubungan dengan orang-orang yang membantu urusan domestik seperti asisten rumah tangga (ART), tukang bangunan, satpam, tukang kebun dan sebagainya. Meskipun kerap membutuhkan bantuan mereka, beberapa ayah kadang-kadang menghindari berbicara dengan ART, tukang kebun atau tukang sampah, alasannya karena ayah percaya bunda bisa menyelesaikan semuanya dengan baik. Sementara ada bunda  yang mengadu, “Mengapa aku terus yang harus bicara kepada mereka? Padahal kalau ayah bicara, hasilnya  tak kalah efektif.”

Yuk, Ayah, ikut terlibat dalam berinteraksi dengan pegawai-pegawai urusan domestik!
 
1. Asisten Rumah Tangga
Coba perhatikan wajah istri ketika Anda mengatakan, “Bunda, tolong dong, bilangin  mbak,  kalau menyetrika bajuku musti lebih rapi…” Anda mungkin akan melihat dahi dan bibirnya berkerut pertanda jemu Apalagi jika ini bukan untuk pertama kalinya Anda meminta kepadanya. Ditambah Anda mengatakannya di pagi hari, saat ia sedang siap-siap bekerja atau menyiapkan sarapan.
Mengapa ayah tidak menyampaikan langsung permintaan tersebut kepada ART? Khawatir ia tersinggung atau minta pulang -padahal mencari ART jujur saat ini tidak mudah? Atau merasa enggan berbicara dengan mbak karena dia perempuan sedangkan Anda laki-laki sehingga takut “tidak nyambung”?  Sebaiknya,  ubah persepsi tersebut dan  mulai sampaikan keinginan maupun protes Anda yang berhubungan dengan pekerjaan kepada ART secara langsung -tidak melalui isteri- agar:
1. Pesan yang disampaikan lebih akurat sebab berasal dari orang pertama.
2. Menunjukan Anda juga  peduli pada tercapainya standar pekerjaan (kerapihan, kebersihan, keamanan dan sebagainya) di rumah.
3. Membantu Anda mengenal tugas-tugas ART sehingga saat isteri tidak di rumah Anda paham manajemen tugas rumahtangga.
4. Memberi pengalaman lain buat anak ketika dia melihat cara ayah berbicara kepada ART berbeda dengan gaya bunda.    

2. Supir
Pernahkah supir berbicara kepada Anda tentang keinginannya meminjam uang karena ada kebutuhan mendadak, atau mengabarkan tidak masuk karena sakit? Bisa dihitung dengan jari, kan! Jika pun ia bicara, segera Anda memotong dengan mengatakan, “Kamu bicara dengan Ibu saja, deh.” Alasan Anda bisa saja karena isteri bertanggung jawab soal keuangan, atau karena Anda menganggap isteri lebih tegas bernegosiasi dengan pegawai di rumah.  Apa pun alasan Anda,  jangan sampai akhirnya kesan yang menempel pada isteri adalah ia  bad cop  dan Anda good cop karena itu tidak adil.    Agar kelihatan kompak, sebaiknya  Anda pun sesekali perlu berbicara dengan supir untuk hal-hal  yang kurang enak misalnya menegur kesalahan atau menolak permintaan meminjam uang, paling tidak untuk ‘menyelamatkan’ istri dari julukan “polisi jahat”.
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                     
3. Tukang Kebun
Setiap 3 bulan sekali, sindang atau tukan kebun keliling langganan akan datang ke rumah untuk merawat halaman atau kebun Anda. Anda pun menyampaikan permintaan Anda kepada… isteri: “Bu, tolong bilang ke tukang kebun, pagar tanaman sebelah utara dipotong lebih pendek, pohon kaktus dikurangi jumlahnya, dahan-dahan pohon di tepi jalan kompleks yang mengganggu mobil lewat dibabat saja, bla bla bla.”

Padahal, Anda bisa langsung menyampaikan request Anda dan berinteraksi dengan tukang kebun, lho. Ini alasannya:
1. Tak menyita waktu. Berinteraksi dengan tukang kebun tak akan menyita waktu Anda yang penuh kesibukan, kok. Sebab tak setiap hari, melainkan 1 kali dalam 2 minggu atau sebulan.

2. Belajar hal baru. Berinteraksi dengan tukang kebun membuat Anda  bisa belajar tentang perawatan kebun (memotong rumput, mengenali dan menyiangi rumput liar, memupuk tanaman dan membasmi hama), belajar landscaping atau seni pertamanan, bahkan mungkin bisa memetik ilmu cara memasang pagar tanaman, menyusun batu hias, membangun decking dan patio.

3. Ikut mengamankan rumah dan anak. Bersama tukang kebun Anda dapat mengidentifikasi ancaman yang datang dari pekarangan seperti hama ulat bulu,   sarang nyamuk, sarang tawon, lubang tikus dan sebagainya, yang musti segera diatasi.  
    
4. Tukang bangunan dan servis
Genting bocor, dinding berjamur, bohlam mati dan air conditioning rusak terjadi berhari-hari sebab suami kurang peduli dan menyerahkan masalah ini pada isteri! Aduh, jangan, deh. Dalam situasi tertentu, memang tugas-tugas ini pun bisa diatasi seorang perempuan. Tetapi bila isteri Anda sedang hamil, sedang menyusui atau tengah kerepotan merawat bayi, ayah, be  a man!  Anda toh tak perlu melakukannya sendirian, namun bisa menghubungi tukang bangunan atau tukang servis untuk melakukan perbaikan rumah di bawah komando Anda.

BOKS Ayah Musti Punya…
•    Nomor kotak tukang sampah, jadwal angkut sampah dan iuran kebersihan.
•    Nomor kontak satpam komplek dan koordinatornya, jadwal iuran keamanan.
•    Nomor kontak RT/RW, jadwal kerja bakti, jadwal fogging, jadwal siskamling (jika ada).
•    Nomor kontak ART, dan alamat rumah ART yang pulang hari.
•    Nomor kontak dan alamat rumah supir.
•    Nomor kontak tukang bangunan, tukang listrik, servis AC dan sebagainya.

5. Tukang sampah
Sampah berceceran di jalan karena jatuh saat diangkut?
Tukang sampah tidak muncul berhari-hari?
Selokan rumah Anda tersumbat sampah dan meluap saat banjir?
Ayah, mungkin sudah saatnya Anda terlibat dalam manajemen sampah di rumah, paling tidak dengan ikut berinteraksi dengan tukang pengakut sampah yang datang setiap hari atau 2 hari sekali. Dengan ikut mengenal tukang sampah yang bertugas –biasanya dikoordinir ketua lingkungan setempat– baik Anda maupun isteri lebih mudah untuk
•    Menegur jika tugas-tugas tukang sampah belum dilaksanakan dengan baik.
•    Melibatkan tukang sampah jika keluarga Anda memiliki program pemisahan sampah basah-kering.
•    Menyalurkan barang-barang tak terpakai yang hendak Anda keluarkan dari rumah untuk diangkut.

6.    Satpam
Sistim pengamanan lingkungan di suatu kawasan berbeda-beda, ada warga yang mengusahakan pengamanan lingkungan dengan menerapkan jadwal siskamling warga, ada pula yang bersama-sama mempekerjakan beberapa orang satpam untuk menjaga keamanan lingkungan. Nah, untuk kedua sistem ini, usahakan ayah harus “gaul” atau terlibat.

•    Kenali nama-nama satpam dan berinteraksilah dengan baik dengan penjaga cluster atau kompleks tersebut.  Seperti membuka jendela kaca mobil setiap lewat gardu, mampir ke gardu untuk berbincang-bincang atau mengirim makanan, dan membayar iuran satpam tepat waktu. Membina hubungan baik dengan pengaman lingkungan akan membantu Anda bila sewaktu-waktu memerlukan: pengamanan ekstra saat rumah kosong, bantuan bila terjadi peristiwa gawat darurat di rumah, atau bantuan pengawasan ketika Anda mempekerjakan pengasuh anak/ART baru.
•    Penuhi jadwal siskamling Anda dengan menyiapkan stamina agar tidak ambruk keesokan harinya.
•    Up date dan ikut peduli pada isu keamanan lingkungan, misalnya melaporkan sesuatu yang mencurigakan di lingkungan/rumah, ikut mengawasi dan menegakkan keamanan lingkungan.

(SAN/IAH/ERN)

Baca Juga:
Tips Jitu Menidurkan Bayi, Buat Ayah
Balita Laki-laki Ingin Seperti Ayah

 



Artikel Rekomendasi

post4

Intuisi Ibu: Natural atau Bisa Diasah?

Calon ibu terkadang dihinggapi rasa ketakutan akan kemampuan dirinya sendiri dalam merawat anak. Beberapa ibu pun meragukan dirinya memiliki intuisi. Benarkah intuisi terjadi alami atau harus diasah?... read more