Hindari Beri Contoh Buruk ke Anak

 

Baik atau buruk, tindakan Anda diikuti anak. Karenanya, pikirkan dengan cermat yang akan Anda lakukan.

Sepanjang perjalanan mendidik anak, langkah kita tak luput dari kesalahan-kesalahan 'kecil'. Kecil-kecil kalau dibiarkan bisa menjadi besar. Maka lebih baik cepat disadari, sebelum “merusak” perilaku anak.

Siap berpikir.  Siap menjadi orang tua berarti siap berpikir setiap detik. Perilaku dan ucapan perlu dipikirkan betul. Beberapa kesalahan berikut ini bisa jadi pernah Anda lakukan, sadar atau pun tidak. Cermati agar tak berdampak negatif pada anak di kemudian hari
  • Sibuk SMS-an saat anak minta ditemani bermain, mengajak bicara atau merindukan kehadiran Anda. Anak jadi rewel dan mengganggu, ingin merebut ponsel. Anda jengkel, memanggil pengasuh dan minta pengasuh mengajak membawa anak menjauh dari Anda. Anak belajar memahami bahwa kehadirannya tidak penting dan mengembangkan perilaku masa bodoh. Di usia selanjutnya, saat Anda membutuhkannya, bisa-bisa ia tak peduli.
  • Minta anak berbohong ketika di kejauhan terlihat tetangga hendak mampir mengobrol. Anda cepat-cepat berbisik di telinga anak, “Bilang Tante Irma, ibu lagi di kamar mandi, ya.” Anak paham bahwa berbohong itu boleh. Sedikit demi sedikit ia belajar berbohong, hingga kelak mahir mengelabuhi Anda.
  • Ngedumel. Berpura-pura manis saat tetangga datang meminjam majalah. Begitu sang tetangga balik badan, Anda kontan ngedumel. “Minjam melulu. Beli sendiri kenapa!”. Akibatnya, anak belajar bersikap munafik, pura-pura baik supaya dianggap baik.
  • Tidak sportif. Menyaksikan kemenangan anak dalam suatu lomba memang senang dan bangga. Tapi ketika anak kalah dalam lomba fashion show? Sakit hati dan berusaha menghibur diri Anda: “Duh sayang, kok kamu kalah ya. Padahal kamu tadi  oke banget lho!  Pasti jurinya salah pilih.”  Anak belajar menyalahkan orang lain, tidak menerima kekalahan dan tidak punya cara lebih baik untuk menghibur diri selain menyalahkan.
  • Melanggar lampu lalu lintas. “Tanggung”, begitu biasanya alasan ketika menerobos lampu kuning yang siap jadi merah. Menambah kecepatan untuk mendapat kesempatan, memang lebih enak ketimbang memperlambat laju kendaraan dan antre menunggu lampu merah. Kalau anak sudah paham rambu, ia belajar bahwa aturan boleh dilanggar. Kalau anak masih kecil dan belum paham rambu, ia akan belajar bahwa lampu kuning artinya boleh jalan. Padahal ini membahayakan diri sendiri dan orang lain.
Mengembangkan peran. Orang tua yang baik mendorong anak untuk dapat beradaptasi secara psikologis. Elemen-elemennya adalah: kejujuran, empati, percaya diri, bekerja sama, kebaikan hati, pengendalian diri dan menyenangkan.

Menjadi orang tua berarti bertumbuh dalam peran itu, dan punya kemauan untuk terus belajar dari berbagai sumber. Menjadi orang tua yang baik berarti siap menjadi contoh perilaku yang positif. Sadari selalu bahwa Anda adalah contoh model bagi anak, apapun yang Anda lakukan. Sebagai orang tua, yang penting adalah menunjukkan perilaku baik.  

 



Artikel Rekomendasi

post4

Intuisi Ibu: Natural atau Bisa Diasah?

Calon ibu terkadang dihinggapi rasa ketakutan akan kemampuan dirinya sendiri dalam merawat anak. Beberapa ibu pun meragukan dirinya memiliki intuisi. Benarkah intuisi terjadi alami atau harus diasah?... read more