Tiga Ketakutan Terbesar Ayah

 


Menjadi ayah baru memang mendatangkan berbagai perasaan yang sebelumnya tak pernah Anda rasakan. Selain rasa bahagia, terselip pula beberapa kekhawatiran terhadap “jabatan” baru Anda sebagai seorang ayah baru. Berikut 3 ketakutan terbesar yang biasa dirasakan oleh laki-laki saat pertama kali menyambut sang buah hati ke dunia.

1. Takut tidak mampu menjadi contoh yang baik bagi anak.
•    Cara bicara
Meski sering tidak disadari, orangtua sesungguhnya merupakan tokoh panutan bagi anak. Celoteh, gerak tubuh, bahkan mimik muka Anda pun bisa ditiru oleh anak. Untuk perilaku positif tentu tak menjadi masalah, namun jika yang ditiru anak adalah yang buruk, tentu para ayah tak ingin menularkan pada anak. Dalam bersikap dan bertingkah laku, setiap anak memang banyak meniru dari lingkungan terdekatnya. Bila orangtua terbiasa menggunakan kata-kata kasar atau caci maki saat kesal dengan orang lain, anak juga akan memelajarinya dan berpikir jika ia sedang kesal dengan orang lain maka ia boleh memaki dan mengeluarkan kata-kata kasar.
Sikap Anda: Jaga ucapan dan perilaku Anda, terlebih jika sedang bersama dengan anak. Belajarlah mengendalikan diri dan mengolah emosi dengan lebih baik. Jangan ragu meminta pasangan untuk mengingatkan agar Anda tak keceplosan berkata-kata kasar.

•    Gaya hidup
Tak hanya ucapan, gaya hidup Anda pun dapat ditiru anak. misalnya, Anda kerap menunjukkan gaya hidup hedonis di hadapan anak, maka otomatis ia akan meniru gaya hidup tersebut. Ia akan tumbuh menjadi anak yang penuntut, banyak maunya dan enggan berjuang untuk mewujudkan keinginannya. Sebaliknya jika Anda hidup secara sederhana, disiplin, dan bekerja keras, maka ia akan tumbuh menjadi anak yang tangguh dan disiplin.
Sikap Anda: Pilih dan jalani gaya hidup yang positif, sehingga saat anak meniru, ia akan meniru gaya hidup yang positif dari Anda. Hindari gaya hidup yang negatif sekalipun Anda akan terkucil dalam lingkungan pergaulan. Tetap utamakan kepentingan anak di atas kepentingan pribadi, karena kini Anda telah menjadi seorang ayah.

•    Nilai-nilai kehidupan
Nilai atau value adalah ukuran (pada diri seseorang) tentang sesuatu (sikap, kata, situasi, dan lain lain) yang dapat (dan selalu atau sering kali) memengaruhi perilakunya. Nilai selalu berkaitan dengan norma atau petunjuk-petunjuk agar memiliki hidup serta perilaku yang baik. Norma biasanya tidak tertulis namun berlaku dan disetujui secara umum. Jadi, nilai-nilai hidup dan kehidupan merupakan keseluruhan tampilan diri, sikap, kata, perbuatan manusia sesuai situasi dan kondisi.  Nilai-nilai hidup dan kehidupan biasanya dipengaruhi oleh masukan-masukan dari luar diri seseorang sejak kecil; antara lain agama atau ajaran-ajaran agama, norma, kebiasan yang berlaku dalam komunitas, pendidikan formal dan informal, disiplin, latihan, bimbingan orangtua maupun guru, dan interaksi sosial.
Sikap Anda: Turunkan nilai-nilai kehidupan yang positif yang telah Anda anut sepanjang hidup. Misalnya, semangat membantu orang lain tanpa pamrih. Dengan demikian, anak akan tumbuh dan berkembang dengan menganut nilai yang sama. Ia akan tumbuh menjadi anak yang berjiwa sosial dan menyayangi sesama.


•    Tata Krama
Sopan-santun anak dipelajari melalui lingkungan terdekatnya, yaitu orangtua. Meski Anda dan ia hidup di era modern, namun alangkah baiknya jika sopan-santun dan tata krama tetap dijunjung tinggi. Terlebih saat anak berada di ruang publik.
Sikap Anda: Hal yang paling sederhana adalah mengajari anak 3 “kata ajaib” yaitu terimakasih, maaf, dan tolong. Ajak anak menerapkannya kepada siapapun yang ditemuinya, terlebih kepada orang yang usianya lebih tua. Selain itu Anda pun perlu memberi contoh kepada anak, misalnya dengan mengucapkan tolong dan terimakasih saat meminta bantuan asisten rumah tangga di rumah.
•    Cara memperlakukan pasangan
Cara Anda bersikap dan memperlakukan istri, sudah pasti memengaruhi anak dalam memperlakukan pasangan hidupnya kelak. Anak perempuan yang kerap melihat ibunya dikasari oleh sang ayah, akan merasa bahwa perempuan memang “pantas” dikasari. Kelak ia berisiko tinggi mendapat pasangan yang juga melakukan KDRT padanya, ia tidak memiliki harga diri yang tinggi bahwa sebagai perempuan ia seharusnya diperlakukan dengan baik. Sebaliknya, jika anak laki-laki yang melihat ayahnya melakukan KDRT terhadap sang bunda, maka ia akan menganggap bahwa hal tersebut wajar dilakukan oleh laki-laki terhadap perempuan yang menjasi pasangan hidupnya.
Sikap Anda: Perlakukan pasangan Anda dengan baik dan sepantasnya. Berbicaralah dengan lembut dan jangan sungkan mengekspresikan kasih sayang atau berlaku romantis padanya di depan anak. Jika Anda dan pasangan tengah berkonflik, usahakan untuk tidak bertengkar di depan anak.
•    Pencapaian
Salah satu pencapaian yang menjadi target laki-laki biasanya adalah memiliki karir yang cemerlang. Hal tersebut tak selalu berkaitan dengan tercukupinya kebutuhan finansial keluarga. Namun juga erat kaitannya dengan rasa percaya diri, kepuasan serta harga diri seorang laki-laki atau perannya sebagai suami dan ayah. Saat mencapai karir yang tinggi, ada sesuatu yang bisa ia ceritakan atau banggakan di hadapan anak dan istrinya. Dengan kepercayaan diri yang tinggi, ayah merasa dapat berfungsi sebagai kepala keluarga yang baik.
Sikap Anda: Pastikan bahwa Anda memiliki rasa percaya diri yang tinggi dalam mengemban tugas sebagai ayah dan suami dengan atau tanpa karir yang cemerlang. Meskipun kini Anda masih berada di level staff, namun dengan bekerja keras, lambat-laun Anda juga dapat berada di puncak karir. Justeru perjuangan dan kerja keras Anda itu yang dapat Anda ceritakan kelak kepada anak untuk menjadi motivasi dan inspirasi bagi anak dalam menjalani hidupnya.

 
 

2. Takut tidak mampu mencukupi kebutuhan finansial keluarga
Masalah keuangan adalah hal yang umum dialami keluarga muda, apalagi di tahun-tahun pertama menjalani kehidupan berumahtangga. Belum lagi dia tak lama kemudian hadir di tengah Anda dan pasangan. Seringkali masalahnya bukan terletak pada penghasilan yang kurang, tapi kebiasaan yang salah dalam mengelola uang.
Sikap Anda:
•    Pahami portfolio keuangan keluarga Anda. Jangan sampai Anda tak tahu isi tabungan, jumlah tagihan listrik, telepon, servis mobil, belanja, biaya periksa dokter dan lainnya. Anda harus tahu berapa hutang kartu kredit, pinjaman bank atau cicilan rumah dan mobil.
•    Susun rencana keuangan atau anggaran. Rencana keuangan yang realistis membantu Anda bersikap obyektif soal pengeluaran yang berlebihan. Tak perlu terlalu ideal, sehingga lupa kebutuhan diri sendiri. Tak ada salahnya memasukkan kebutuhan untuk kesenangan pribadi. Yang penting, anggarkan jumlah yang realistis dan Anda pun harus patuh dengan anggaran tersebut.
•    Pikirkan lebih seksama pengertian antara “butuh” dan “ingin”. Buatlah daftar berupa tabel yang terdiri dari kolom untuk item belanja, kebutuhan dan keinginan. Setelah mengisi kolom item “belanja”, isilah kolom “kebutuhan” dan “keinginan” dengan tanda ceklist (V). Dari sini pertimbangkan dengan lebih matang, benda atau hal yang perlu Anda penuhi atau tidak.


•    Hindari hutang. Godaan untuk hidup konsumtif semakin besar. Tapi bukan berarti dengan mudah Anda membeli berbagai benda secara kredit. Tumbuhkan kebiasaan keuangan yang sehat dimulai dari yang sederhana, seperti tak memiliki hutang konsumtif.
•    Tetapkan tujuan atau cita-cita finansial. Susun target keuangan yang ingin Anda raih secara berkala, bersama pasangan. Tetapkan tujuan spesifik, realistis, terukur dan dalam kurun waktu tertentu. Tujuan ini membantu Anda lebih fokus merancang keuangan. Misalnya, bercita-cita punya dana pendidikan prasekolah berstandar internasional dan sebagainya.
•    Sisihkan pendapatan untuk ditabung. Segera setelah menerima gaji, sisihkan untuk tabungan dalam jumlah yang telah Anda rencanakan sesuai tujuan atau cita-cita finansial keluarga Anda. Sebaiknya, Anda memiliki rekening terpisah untuk tabungan dan kebutuhan sehari-hari.
•    Berinvestasilah! Tentu Anda tak akan puas dengan hanya menunggu tabungan menumpuk. Padahal cita-cita Anda untuk keluarga “selangit”. Inilah saat yang tepat untuk juga memikirkan investasi yang kini beragam jenisnya. Tak perlu khawatir, Anda hanya perlu belajar pada ahlinya. Konsultasikan keuangan Anda dengan ahli keuangan yang andal dan terpercaya.
•    Proteksi diri. Sebagai penafkah utama keluarga, sebaiknya para ayah mengikutsertakan diri dalam program asuransi jiwa. Hal ini berkaitan dengan kemanan dan kenyamanan masa depan anak jika sesuatu hal yang buruk menimpa Anda.

 

3.  Takut sesuatu yang buruk menimpa anak
•    Anak sakit
Berpatokan data, berbagai jenis wabah penyakit baru bukan ancaman terbesar bagi anak. Justru penyakit lama yang harus diwaspadai, seperti DBD. Menurut data WHO, setiap 20 menit satu anak meninggal akibat DBD. Obesitas atau kelebihan berat badan juga ancaman kesehatan serius karena menurunkan kecerdasan dan mencetus berbagai penyakit mematikan seperti jantung dan diabetes.
Sikap Anda: Bentengi anak dengan memberi imunisasi lengkap, memerhatikan asupan nutrisi dan jenis aktivitas fisiknya. Perhatikan pula kebersihan rumah, sekolah, dan perangi nyamuk. Untuk mengatasi obesitas, ajari anak gaya hidup sehat. Sediakan makanan sehat dan biasakan anak aktif secara fisik. Perhatikan juga kondisi psikologisnya, sebab sebagian besar masalah pola makan timbul akibat stres.

•    Terlibat penyalahgunaan narkoba
Semakin meluasnya peredaran narkoba di dunia membuat para orangtua baru merasakan kekhawatiran yang besar jika suatu saat sang buah hati terlibat penyalahgunaan narkoba. Terlebih, jika seseorang sudah terkena narkoba maka akan merusak kesehatan tubuh, kejiwaan, dan fungsi sosial di dalam masyarakat. Pengaruh narkoba pada remaja bahkan dapat berakibat lebih fatal, karena menghambat perkembangan kepribadianya. Narkoba dapat merusak potensi diri, sebab dianggap sebagai cara yang “wajar” bagi seseorang dalam menghadapi dan menyelesaikan permasalahan hidup sehari-hari.
Sikap Anda: Keluarga perlu memiliki keterampilan agar dapat mencegah dan membentengi anak dari kemungkinan melakukan penyalahgunaan narkoba. Hubungan orangtua dan anak yang dekat, serta kepedulian orangtua terhadap anak, menjadi faktor yang dapat membentengi anak dalam tumbuh kembangnya. Untuk membangun faktor protektif di dalam keluarga, orangtua juga perlu memberi contoh dalam menjalani pola hidup sehat, berupaya untuk selalu dekat dengan anak, menyiptakan suasana kehangatan dan saling percaya di antara anggota keluarga, melakukan supervisi terhadap kegiatan setiap anggota keluarga, dan menerapkan disiplin di dalam keluarga secara konsisten dan efektif. Bekal ilmu agama juga dibutuhkan sebagai tameng pelindung saat anak dewasa.

 

•    Disorientasi seksual
Kekhawatiran Anda wajar dan manusiawi, pasalnya saat ini kian banyak individu yang secara terbuka mengakui orientasi seksualnya yang menyimpang. Bahkan beberapa di antaranya tak segan mempertontonkan kemesraaan dengan sesama jenisnya di ruang publik. Sesungguhnya terdapat beberapa faktor penyebab yang memungkinkan seseorang memiliki orientasi seksual yang menyimpang, yaitu akibat memiliki pengalaman buruk dengan pengasuhan keluarga seperti memiliki ibu yang dominan sehingga anak tidak memperoleh gambaran yang tepat mengenai sososk ayah atau laki-laki. Atau sebaliknya, seorang anak perempuan memiliki ayah yang kasar terhadap sang bunda atau ayah yang tidak terlibat dalam pengasuhan anak sehari-hari. Faktor-faktor kecenderungan tersebut akan semakin buruk apabila anak dikelilingi atau kerap berinteraksi dengan orang-orang dewasa yang homoseksual.

Sikap Anda: Libatkan diri Anda dalam pengasuhan anak sehari-hari dan jangan takut untuk mengekspresikan kasih sayang. Kebersamaan dengan anak dapat menghasilkan ikatan emosi yang kuat antara ayah dan anak. Hal tersebut dapat memperkecil kemungkinan terjadinya disorientasi seksual ataupun gangguan identitas gender pada anak.

Cara yang paling sederhana adalah ajak anak mengenali anggota tubuh, termasuk alat kelaminnya. Ia harus tahu, bahwa penis hanya dimiliki  oleh laki-laki, sementara vagina hanya dimiliki oleh perempuan, dan keduanya tidak dapat ditukar atau diganti. Beritahu juga padanya bahwa saat dewasa nanti laki-laki harus berpasangan dengan perempuan, bukan laki-laki dengan sesama laki-laki atau perempuan dengan sesama perempuan.

(CA/ERN)


 

 



Artikel Rekomendasi