Problem Orangtua Masa Kini dan Solusi Jitunya

 

fotosearch



Sepertinya dunia tak seindah dulu lagi, ya. Masalah jalanan yang macet, musim yang tidak teratur, berita yang macam-macam hingga hingar bingar di media sosial membuat Anda kerap merengut kesal. Akibatnya, Anda sulit berpikir jernih. Orang rumah pun jadi kena sasaran amarah Anda. Yuk, usir pikiran negatif Anda!

1. “Pusing, saya nggak pernah berhasil nabung!”
Sebagai keluarga muda, yang baru menikah dan baru memiliki anak, wajar saja kalau masih memiliki pikiran negatif seperti ini. Perubahan dari kehidupan lajang menuju kehidupan berkeluarga jelas akan memengaruhi finansial keduanya. Belum lagi kalau sudah ada anggota tambahan, anak Anda. Kebutuhan anak tentu akan mengambil budjet yang besar.

LAKUKAN!
Buat pos pengeluaran setiap bulan, termasuk pos tabungan. Segera pisahkan uang gaji Anda setiap kali gajian sesuai pos –bila perlu dalam rekening terpisah--, menggunakan auto debet. 
 
2. “Anak saya kok tambah kurus, ya?”
Membandingkan anak sendiri dengan anak orang lain yang sebaya, kerap dilakukan oleh para orangtua. Jika terdapat kelebihan pada anak Anda, bangga sekali! Tapi, kalau tiba-tiba pertumbuhan anak Anda tak sama dengan anak lain, pikiran Anda langsung kemana-mana, “Kok anak saya tambah kurus, ya? Apa dia sakit, ya? Apa makanan saya tidak benar, ya?” Tahukah Anda jika setiap bayi yang lahir memiliki berat dan panjang lahir yang berbeda, hal ini akan menjadi dasar pertumbuhan selanjutnya. Sebagai patokan kasar, usia 6 bulan beratnya 2 kali berat lahir, 1 tahun sekitar 3 kali berat lahir. 

LAKUKAN!
Anak kurus belum tentu kurang gizi karena semua tergantung pola pertumbuhan individual anak. Anda bisa cek lewat growth chart, atau bisa juga lewat gerak geriknnya, warna kulitnya, cahaya matanya, rambutnya yang cemerlang, dan mulut yang sehat. 

3. “Kenapa sih rumah berantakan terus?!”
Namanya juga rumah dengan beranggotakan balita, wajar kalau tidak bisa rapi sesuai dengan harapan Anda. Kalau ada makanan atau minuman yang tumpah di lantai, tak juga benar jika langsung menyalahkan anak. Pasalnya, koordinasi antara mata dan tangan anak belum sempurna sehingga ia kerap menumpahkan makanan atau minumannya. 

LAKUKAN!
Minta tolong pada Asisten Rumah Tangga (ART) Anda untuk membereskan rumah sebelum Anda pulang kerja atau kembali ke rumah untuk meminimalisir keluhan Anda. Namun, ada cara-cara sederhana untuk mengubah pola pikir dan mendapatkan sudut pandang yang lebih positif, termasuk self-talk (berbicara pada diri sendiri), visualisasi, dan mengalihkan perhatian Anda dari rumah yang Anda anggap berantakan. 

4. “Punya anak kok susah sekali diatur, ya.”
Selalu berkata ‘TIDAK’ biasa terlontar dari mulut anak usia 3-4 tahun. Dan secepat itu juga orangtua memberikan cap anak susah diatur. Kasian sekali anak Anda, padahal apa yang ia lakukan itu bisa jadi merupakan aksi coba-coba. Ia sedang belajar sebab-akibat, serta belajar mengembangkan kesadaran diri dan ego. Percayalah, tidak ada sedikitpun niat balita Anda untuk membuat orangtuanya kesal atau sedih. 

LAKUKAN!
Ketika anak mulai berulah, coba alihkan perhatian Anda darinya, lalu atur cara Anda bernapas. Ambil napas dalam-dalam hingga hitungan 20. Ini membuat Anda lebih tenang. Dalam kondisi tenang, ajak dan ajarkan si kecil yang benar. Dan, lebih baik jika Anda melakukan afirmasi positif, misalnya, “Anak saya sedang belajar berdebat dengan saya,” untuk menghilangkan pikiran negatif Anda.  

5. “Punya pengasuh, kok nggak pernah ada yang benar!”
Bagaimana mengetahui pengasuh melakukan pekerjaannya dengan benar atau tidak? Jika Anda pulang kerja, Anda mendapati kondisi anak dekil –pakaian kusut dan sedikit kotor--. Hal ini belum tentu pengasuhnya tidak benar dalam menjaga kebersihan anak. Yang namanya anak-anak, pasti suka sekali bermain dan eksplorasi, sehingga hal yang wajar kalau pakaiannya atau tangannya lantas kotor. Kecuali, jika Anda selalu mendapati anak belum makan di luar jam makannya, mendapati banyak memar-memar biru di tubuhnya, atau bolak-balik izin mudik tanpa alasan yang jelas, segera lakukan pengecekan detail terhadap pengasuh Anda. 

LAKUKAN!
Cari bukti-bukti yang jelas terkait dengan pikiran negatif Anda. Pastikan komplain Anda sesuai dengan kinerjanya sebagai seorang pengasuh anak. Diskusikan dengan pasangan Anda tentang perpanjangan kerja pengasuh Anda. Setelah itu Anda bisa memaparkan keluhan dan bukti-bukti pada pengasuh. 

6. “Duh, suamiku tidak pernah mau membantu pekerjaan rumah lagi!”
Beberapa kali meminta bantuan pada suami Anda, semuanya ditolak. Anda merasa ‘bekerja’ sendiri di rumah. Pikiran pun mulai melayang-layang, salah satunya adalah pikiran,“Duh, suamiku tidak pernah mau membantu pekerjaan rumah lagi! Saya ditinggalkan. Apakah suami tidak sayang saya lagi?” Wah, makin meluas kemana-mana ya, pikiran Anda. 

LAKUKAN!
Buat komunikasi dua arah antara Anda dengan suami. Luapkan apa yang ada dalam benak Anda agar suami mengerti. Dan tanyakan alasannya menolak membantu Anda mengurus anak dan rumah. Bila perlu ingatkan kembali janji Anda berdua tentang membangun rumah tangga. 

7. Macet banget jalanan, kapan ketemu keluarga kalau begini terus?!
Pikiran negatif ini bisa memengaruhi emosional Anda, bahkan keselamatan Anda –bagi Anda yang menyetir sendiri--. Tak jarang pengendara mobil mengalami kecelakaan lantaran tidak sabar mau sampai tempat tujuan. Atau ketika Anda sedang naik kendaraan umum, orang-orang di samping Anda bisa kena omelan Anda.
 
LAKUKAN!
Macetnya jalanan ibukota jelas tidak bisa diprediksi. Tak ada waktu macet atau tidak, adanya macet dan macet sekali. Solusinya, Anda berangkat lebih dini untuk bisa sampai di rumah atau membuat suasana macet menjadi tetap menyenangkan. Misalnya, video call dengan anak sambil bercerita banyaknya mobil yang ada di sekitar Anda atau mendengarkan musik favorit Anda. 

Pikiran negatif hanya membuat Anda berada dalam keadaan cemas sehingga selalu takut untuk melangkah atau mengambil keputusan –khususnya yang rasional-. Lebih baik tersenyum, maka Anda sedang dalam proses meredakan situasi negatif baik yang ada di dalam diri Anda atau lingkungan Anda.

(NAT)

Baca Juga:
Tips Terhindar Dari Stres Saat Hamil
Mengenal Emotional Eating
4 Cara Mengelola Emosi di Kantor

 



Artikel Rekomendasi