PELAJARAN HIDUP DARI AJANG ASIAN PARA GAMES 2018

 


Ada tiga kategori atlet dalam perhelatan APG 2018, yaitu Physical Impairment atau keterbatasan fisik (tunadaksa), Visual Impairment (tunanetra), dan Intelectual Impairment atau keterbatasan intelektual (tunagrahita). Atlet tunarungu (tuli) tidak ikut bertarung di APG, karena mereka punya perhelatan olahraga tersendiri.
 

Para atlet itu ada yg memiliki disabilitas sejak lahir, ada pula yang mengalaminya setelah besar akibat sakit atau kecelakaan. Jendi Pangabean, misalnya. Atlet renang peraih medali emas terpaksa diamputasi salah satu kakinya akibat kecelakaan motor di usia 12 tahun. Ia sempat patah semangat dan merasa hidupnya tak berarti lagi. Namun kecintaannya pada olahraga renang perlahan-lahan mengembalikan semangat hidupnya. Bukan saja ia berhasil mengalahkan keputusasaannya, tapi juga berhasil meraih beberapa medali sekaligus di ajang APG 2018.
 

Mungkin kita tidak melihat atlet-atlet cabang lari yang melesat bagai cahaya di nomor sprint 100 meter. Atau smash bagai geledeg di lapangan bulutangkis. Atau catatan-catatan waktu yang fantastis. Atau pameran perut six pack setelah berhasil memenangkan sebuah pertandingan.
 

Yang kita saksikan adalah atlet-atlet basket atau voli yang sampai terguling-guling dari kursi roda mereka saat berusaha menyambut smesh lawan di lapangan voli atau saat memasukkan bola ke ring basket. Atlet lari tunanetra yg berlari didampingi coach-nya di lintasan lari. Atlet renang tanpa kedua tangan yang dengan susah payah berpacu di lintasan renang nomor gaya punggung. Atlet renang tunanetra yang harus mendengarkan genta bergemerincing yang dibunyikan pelatihnya agar tetap berada di jalur yang benar.
 

Alhasil, banyak penonton yang berurai air mata saat menyaksikan kegigihan mereka di lapangan. Antara terharu dan bangga, juga malu terhadap diri sendiri yang dikaruniai fisik dan intelektual sempurna tapi kerap cengeng dan mengeluh setiap kali menghadapi cobaan hidup.
 

Seperti yang dikatakan oleh Presiden Joko Widodo dalam akun Facebook dan Instagramnya, para altlet disabel yang bertarung di APG 2018 adalah para pemenang sejati kehidupan, yang benar-benar mewakili motto APG 2018, yaitu The Inspiring Spirit and Energy of Asia. Mereka --yang menang maupun tidak menang--telah berhasil menginspirasi kit semua.
 

Oleh karena itu, dengan semangat kesetaraan, para atlet peraih medali APG 2018 juga mendapatkan bonus yang sama persis dengan atlet-atlet peraih medali di Asian Games 2018. Peraih medali emas mendapatkan bonus 1,5 miliar rupiah, peraih perak 500 juta rupiah, dan peraih perunggu 250 juta rupiah, tanpa potongan pajak. Bahkan atlet yang tak meraih medali pun semua mendapatkan bonus, masing-masing sebesar 20 juta rupiah. Selamat!
 

Tina Savitri
Foto: Denny Herliyanso

 



Artikel Rekomendasi