Kalau Balita Bertanya Tentang Tuhan

 

shutterstock

Beri jawaban yang tepat agar balita Anda tidak bingung.

“Tuhan itu pasti sudah tua ya Bun?” Anda tergoda untuk bertanya mengapa. Lalu si kecil menjawab, “Soalnya tuhan itu suka marah-marahin anak nakal….”

Kalau Anda bertanya tentang tuhan pada balita, setiap anak pasti punya jawaban yang berbeda, karena gambaran mereka tentang tuhan sangat tergantung tingkat perkembangannya.

Usisa 2 – 3 tahun bertanya: Tuhan itu sayang sama aku? Tuhan itu seperti ayah, ya kan, bunda?

Anak mendengarkan apa yang orang dewasa katakan tentang tuhan, dan mereka menerima begitu saja tanpa bertanya. Mereka percaya pada kita dan meniru. Kalau kita berdoa, mereka juga meniru berdoa. Kalau kita berkata bahwa tuhan itu membuat semua yang ada; tanaman, binatang, air, langit, dan sebagainya mereka menerima itu dan mengaitkannya dengan perilaku kita. Kalau tuhan menciptakan binatang berarti kita tidak boleh menyakiti  binatang. 

Cara menanggapi: Betul tuhan sayang kita semua. Tuhan juga sayang kamu. Kaitkan dengan kejadian yang bisa dirasakan oleh anak. Misalnya dia haus lalu minum air, ceritakan bahwa tuhan menciptakan air supaya kita tidak kehausan. Itu tandanya tuhan sayang kita.

 Usia 4 – 5 tahun bertanya tentang tuhan: Tuhan ada di mana? Trus, yang membuat tuhan itu siapa? Kenapa tuhan nggak kelihatan? Gimana tuhan membuat gajah? Tuhan bisa lihat kita apa nggak? Bisa dengar omongan kita kalau kita bisik-bisik?

Ini pertanyaan filosofis dari seorang anak. Dia menanyakan pertanyaan – misteri tentang tuhan. Bila satu pertanyaan terjawab, akan muncul pertanyaan berikutnya yang terkadang membuat kita frustasi, yaitu “kenapa?” Mereka menginginkan jawaban sederhana. Mereka berpikir tentang tuhan dalam tataran fisik, dan yang membuat mereka frustrasi adalah jawaban abstrak atau spiritual.

Cara menanggapi: Berikan jawaban sederhana, kemudian tanyakan apakah jawaban Anda cukup memuaskan. Bila Anda kesulitan menjelaskan hingga anak betul-betul paham, katakan saja bahwa tuhan itu maha besar dan hebat, tidak ada orang yang bisa betul-betul memahami.

 Imma Rachmani
 

 

 



Artikel Rekomendasi