Kematian RA Kartini, Kematian Ibu Setelah Bersalin

 

foto: shutterstock

Angka kematian ibu pascabersalin di Indonesia masih tergolong tinggi. Indonesia menempati urutan ke 4 setelah Laos, Myanmar, dan Kamboja. Yaitu 177 per 100.000 kelahiran pada 2017.
 
Jurnal kesehatan reproduksi menyebut, penyebab tingginya angka kematian ibu di Indonesia adalah faktor sosial ekonomi dan budaya.
 
Definisi kematian ibu menurut Badan Pusat Statistik adalah kematian ibu pada saat hamil atau pada kurun 42 hari sejak melahirkan tanpa memandang lamanya kehamilan dan tempat melahirkan. Kematian ibu di sini tidak termasuk kematian akibat kecelakaan.
 
Lebih 100 tahun lalu, RA Kartini meninggal dalam usia 25 tahun, 4 hari setelah melahirkan. Banyak versi tentang penyebab kematiannya. Ada yang menyebut diracun oleh Belanda, ada pula yang menyebut, tokoh emansipasi ini meninggal akibat preeklamsia.
 
Preeklamsia, penyebab tertinggi kematian ibu
 
Preeklamsia adalah suatu kondisi meningkatnya tekanan darah disertai adanya peningkatan kadar protein dalam urin. Ibu yang berisiko mengalami preeklamsia adalah ibu hamil di bawah usia 20 tahun dan di atas 40 tahun. Biasa terjadi pada usia kehamilan di atas 20 minggu.
 
Penyebab preeklamsia yang paling sering disebut adalah berat badan berlebihan yang mengakibatkan kenaikan tekanan darah. Tapi ada dugaan bahwa preeklamsia disebabkan oleh kelainan perkembangan dan fungsi plasenta. Yaitu organ yang berfungsi untuk menyalurkan darah dan nutrisi untuk janin.
 
Kelainan itu mengakibatkan penyempitan pembuluh darah dan timbulnya reaksi yang berbeda dari tubuh ibu hamil terhadap perubahan hormon.
 
Apa saja yang menyebabkan kelainan pada plasenta? Ibu hamil pernah menderita diabetes, hipertensi, penyakit autoimun, dan gangguan darah.
 
Gejalanya:
  • Pusing dan tidak enak badan
  • Mual dan muntah
  • Sakit kepala
  • Tekanan darah tinggi (130/90 mmHg)
  • Proteinuria (ditemukan protein dalam urin)
  • Frekuensi buang air kecil dan volumenya menurun
  • Bengkak pada tungkai, tangan, wajah dan bagian tubuh lain
  • Berat badan naik secara mendadak
 
 
Komplikasi masa nifas
Satu hal lain yang membahayakan ibu pascabersalin adalah terjadinya komplikasi masa nifas.
 
Masa nifas juga menimbulkan rasa tidak nyaman pada sebagian ibu. Jahitan di perineum, keluar darah nifas atau lokia, hingga beberapa kondisi berbahaya yang harus diwaspadai. Yaitu:

 
  • Perdarahan tidak normal, yaitu bila ibu harus mengganti pembalut lebih dari 1 kali setiap 1 jam. Kondisi ini bisa disertai dengan pusing dan detak jantung yang tidak teratur. Ini bisa terjadi karena ada plasenta yang masih tertinggal.
  • Demam di atas 38 derajat Celsius. Ini pertanda ada infeksi.
  • Sakit kepala hebat. Bila terjadi pada satu minggu pertama masa nifas, disertai pandangan kabur, muntah, nyeri di ulu hati atau bengkak pada pergelangan kaki, ini bisa jadi gejala komplikasi seperti preeklamsia pascamelahirkan.
  • Gangguan berkemih. Buang air kecil sulit dikendalikan, warna urin gelap, ingin buang air kecil terus menerus, bisa merupakan tanda dehidrasi, masalah usus dan otot panggul.
  • Nyeri dada dan sulit bernapas. Ini bisa merupakan gejala emboli paru, yaitu tersumbatnya aliran darah di paru-paru karena ada gumpalan darah. Kondisi ini mengancam nyawa ibu bila disertai muntah darah dan penurunan kesadaran.
 
 
Kabar dari kalangan dokter, RA Kartini meninggal karena preeklamsia. Disebut-sebut, sebelum meninggal ia mengalami kejang-kejang. Meski begitu, penyebab meninggalnya tokoh feminis ini masih misteri karena tidak ada catatan sejarah yang menyebutnya.
 
Apapun penyebab kematian RA Kartini, tingginya angka kematian ibu (AKI) di Indonesa harus diturunkan. Edukasi bagi anak perempuan sangatlah penting. Terutama menjaga kesehatan fisik dengan pola hidup sehat, termasuk menjaga kesehatan organ reproduksinya. Menjaga berat badan normal tanpa terjebak cara sesat dengan mengembangkan gangguan perilaku makan.
 
Imma Rachmani
 

 

 


Topic

#9bulanmenakjubkan #harikartini #harikartini2021



Artikel Rekomendasi