Anak Sekolah Dari Rumah, Awas Sedentari!

 



Salah satu aspek yang perlu diperhatikan oleh orang tua, terkait anak yang sekolah dari rumah, yaitu gaya hidup sedentari. 

Di masa pandemi Covid-19 saat ini, murid-murid di seluruh negeri menjalankan aktivitas sekolah dari rumah. Aktivitas belajar hingga mengirimkan tugas dari guru, semuanya dilakukan secara daring tanpa harus datang ke sekolah. 

Tak hanya sekolah, aktivitas bermain anak pun disarankan tidak sampai keluar rumah. Hal ini demi menjaga keamanan anak dari potensi paparan virus Covid-19 yang angka kejadiannya masih tinggi di Indonesia. 

Di satu sisi, membuat anak tetap tinggal di rumah adalah upaya untuk membuatnya tetap aman. Namun di sisi lain, jika anak di rumah saja, ruang gerak anak menjadi terbatas. Padahal sejak usia dini, anak perlu aktif bergerak agar tumbuh kembangnya berlangsung optimal. 

Dokter tumbuh kembang anak dari RSUD Dr. Soetomo Surabaya, Dr. dr. Ahmad Suryawan, SpA(K) mengingatkan kepada para orang tua agar selalu menjaga kesehatan fisik, mental dan sosial anak. Salah satunya yang dapat dilakukan adalah memerhatikan asupan yang dikonsumsi agar sistem imun tubuhnya terjaga. 

 


"Kondisi kesehatan, psikis dan sosial anak sangat rentan di tengah situasi saat ini. Menjadi sangat penting bagi orang tua untuk menjaga kesehatan semua anggota keluarga dengan menjaga kesehatan dan membangun sistem imun tubuh yang kuat dengan mengonsumsi gizi seimbang termasuk beragam makanan sesuai dengan pedoman 'Isi Piringku', termasuk susu yang merupakan salah satu sumber protein hewani terbaik yang mudah diserap tubuh, demi membantu terpenuhinya kebutuhan gizi harian sang buah hati,” kata dokter yang akrab dipanggil Wawan, dalam acara diskusi daring Frisian Flag Indonesia, Selasa 29 Juli 2020.  

Dr.Wawan menjelaskan, imun tubuh tidak hanya dibangun oleh asupan makanan, tetapi juga aktivitas fisik. Orang tua harus berperan kreatif dan eksploratif membuat kegiatan-kegiatan di seputar rumah yang merangsang motorik anak agar terhindar dari gaya hidup sedentari.

Salah satu faktor risiko yang membuat anak melakukan gaya hidup sedentari adalah penggunaan gagdet. Namun karena anak sekolah dari rumah dengan memanfaatkan gadget, piranti ini tentu menjadi kebutuhan. 

Selanjutnya, peran orang tualah yang perlu mengingatkan anak mengenai durasi screen time yang dilakukan dengan duduk maupun berbaring. Tujuannya adalah jangan sampai anak terlalu lama menatap layar gadget baik untuk belajar maupun bermain sehingga membuat tubuhnya kurang gerak alias sedentari. 

Berikut ini panduan yang diberikan oleh Dr. Wawan mengenai screen time, aktivitas fisik, dan waktu tidur anak berdasarkan tahapan usia.

Usia kurang dari 1 tahun
Aktivitas fisik: minimal 30 menit per hari.
Perilaku sedentari screen time: 0 menit. 
Waktu tidur berkualitas: 14-17 jam (usia 0-3 bulan), 12-16 jam (usia 4-11 bulan)

Usia 1-3 tahun
Aktivitas fisik: 180 menit atau 3 jam per hari. 
Perilaku sedentari screen time:  0 menit (usia 1 tahun)
Maksimal 60 menit (usia 2-3 tahun)
Waktu tidur berkualitas: 11-14 jam. 

Usia 3-6 tahun (prasekolah)
Aktivitas fisik: 180 menit per hari atau minimal 60 menit untuk aktivitas sedang hingga berat.
Waktu tidur berkualitas: 10-13 jam per hari. 

Usia Sekolah Dasar (6-12 tahun)
- Screen time tidak lebih dari 1,5 jam (90 menit). Diskusikan dengan sekolah, sebaiknya Pembelajaran Jarak Jauh tidak lebih dari 90 menit dalam sehari.
- Pastikan screen time tidak menjadi sebuah kebiasaan sebelum mengerjakan tugas sekolah. 
- Cobalah untuk menemukan keseimbangan antara waktu untuk berkreativitas dengan waktu bersantai. 
- Orang tua dapat secara bertahap memberi kesempatan kepada anak untuk mengatur sendiri waktu screen time-nya. 
- Pastikan bahwa penggunaan media tidak menggantikan waktu untuk tidur, aktivitas fisik dan kegiatan-kegiatan harian penting lainnya.
- Waktu tidur berkualitas: 9-11 jam per hari.  

ALI

    

 



Artikel Rekomendasi