2 Alasan Utama Seseorang Jadi Pelaku Mom Shaming

 

foto: shutterstock


“Wah sekarang gendut banget, ya”
“Duh, kamu kok masih bisa rapi, cantik gini walau sudah punya anak. Kayaknya sih, karena kamu kerja dan nggak urus anak sendiri. Kalau orang udah urus anak kayak aku ini, pasti gak sempat dandan gitu.”
“Ohh, jadi anaknya suka pilih-pilih makanan, ya? Kayaknya karena gak suka masakan ibunya, deh. Ibunya gak jago masak kali.”
“Ya ampun, udah nambah anak lagi. Emang bisa ngurusnya? Anak satu aja gak bener gini ngurusnya.”
“Kok, anak kamu berantakan banget, sih. Gimana sih, ibunya ngurusnya?”
 
Sering mendengar kalimat-kalimat tadi? Berarti Anda pernah mengalami mom shaming! Atau, justru Anda sendirilah yang melontarkan kata-kata tersebut? Coba diingat-ingat! Bila iya, maka Anda pernah menjadi pelaku mom shaming­-dengan atau tanpa disadari.
 
Menurut Psikolog Anak & Keluarga, Anna Surti Ariani, S.Psi, M.Si., mom shaming bisa sangat variatif. Mom shaming bisa dilakukan oleh orang terdekat  seperti suami, orang tua kandung, mertua, saudara kandung atau ipar, keluarga besar, bahkan sahabat. Mom shaming juga bisa dilakukan oleh orang yang tidak dikenal lewat virtual.
 
Menurut psikolog yang kerap disapa Nina ini, ada dua hal utama yang membuat seseorang bisa menjadi pelaku mom shaming, yakni:
 
1. Merasa Lebih Baik
Banyak orang yang merasa lebih baik dari ibu lain menjadikan kelebihannya sebagai bahan mom shaming. Dia tak segan mengkritik orang lain yang tidak sesuai dengan standarnya. “Saya lebih baik. Kamu itu jelek banget,” ujar Nina memberi contoh. Tipikal pelaku seperti ini tidak memiliki empati terhadap kesulitan atau perjuangan ibu lain.
 
2. Minder
Berbeda dengan karakteristik pelaku sebelumnya, Nina juga menyebut bahwa salah satu penyebab orang melakukan mom shaming adalah mereka yang sesungguhnya merasa minder atau tidak percaya diri. Sehingga, saat melihat ada orang yang bisa lebih baik darinya, ia akan memberikan tuduhan dan kritik tajam untuk menjatuhkan orang tersebut sebagai salah satu cara untuk membuat dirinya merasa lebih baik.
 
Apa pun alasan dan tujuanya, tentu tak ada manfaat baiknya untuk melakukan mom shaming pada sesama ibu. Justru yang kita butuhkan adalah saling mendukung dan memberikan empati. Mom supports mom, mom empower mom.
 
Lela Latifa
 
 

 

 



Artikel Rekomendasi