Hindari Anak Jadi Korban Perceraian

 

Perceraian antara Anda dan pasangan pasti memunculkan reaksi pada anak. Bagaimana agar anak tak menyimpan kemarahan terhadap orang tuanya, sehingga ia dapat bahagia menjalankan hidupnya sebagai anak keluarga bercerai?

Kasihan anak-anak, mereka yang jadi korban,demikian kata-kata yang sering kita dengar dan, rasanya kita sepakati, bila mendengar ada pasangan yang bercerai. Proses perceraian selalu menyakitkan bagi anak. Apa sih dampak perceraian ibu dan ayah pada anak-anaknya? Dan, bagaimana cara meminimalkan dampak negatifnya?

Proses yang panjang. Idealnya, seorang anak tumbuh dalam sebuah keluarga dengan kehadiran ayah-ibu. Saat perceraian terjadi, keadaan memaksa anak tinggal dengan salah satu orang tua, atau bahkan tidak dengan keduanya. Padahal, kehadiran ayah dan ibu penting dalam tumbuh-kembang anak. Tak heran jika perceraian dapat mengakibatkan pincangnya proses tumbuh kembang anak.

Sebenarnya, perceraian hanya "gong". Sebelum perceraian ada peristiwa-peristiwa yang mendahului, yang prosesnya lebih panjang. Peristiwa-peristiwa yang menyesakkan dada seperti orang tua yang bertengkar terus-menerus, serumah tapi tidak teguran, tak lagi pergi bersama-sama, pisah ranjang hingga pisah rumah, mau tak mau turut dirasakan anak.

Dampak pada balita. Selain peristiwa-peristiwa sebelum perceraian, apa yang terjadi setelah orang tua resmi bercerai juga mempengaruhi anak. Meski anak-anak balita belum batul-betul memahami arti perceraian, mereka dapat merasakan bagaimana ayah-ibunya yang bertengkar terus kini tinggal terpisah. Ketidak- hadiran ayah atau ibu, kini dirasakan anak.
Dampaknya memang bervariatif pada balita. Anak usia 5 - 6 tahun dapat mengerti, meski belum sepenuhnya memahami perceraian itu. Anak laki-laki cenderung lebih agresif, sementara anak perempuan tampak minder. Usia anak merupakan faktor penting bagaimana pemahaman dan perasaan anak menghadapi perceraian orang tua, selain peristiwa-peristiwa yang mendahului dan mengikuti perceraian.

Pada anak-anak balita, umumnya, mereka jadi lebih agresif, nakal, tidak tahu aturan, cepat marah, atau sensitif. Namun,semuanya tergantung hubungan orang tua setelah perceraian. Bagaimana keterlibatan dan kesepakatan orang tua dalam membesarkan anak, juga karakteristik anak. Ada balita yang bisa cuek saja saat ayahnya tidak lagi tinggal bersamanya. Tapi, ada pula yang bersikap sebaliknya.

Penuhi kesejahteraan anak. Jika perceraian menjadi keputusan Anda karena kemelut dalam rumah tangga Anda dan pasangan, apa yang dapat Anda lakukan agar anak tetap dapat terpenuhi kesejahteraannya? Perlu pula menekankan pentingnya memberi anak pemahaman situasi yang terjadi disesuaikan dengan usia anak.

Bila memungkinkan, bersama mantan pasangan bersama-sama mendidik anak. Beri kesempatan pada anak tetap bertemu kedua orang tua. Berbesar hatilah bahwa mantan pasangan dibutuhkan secara emosional oleh anak.

Jika ada keinginan membina hubungan dengan orang lain, secara bertahap perkenalkan anak pada calon ibu atau ayah barunya. Namun, jangan paksa anak memanggilnya dengan sebutan yang sama dengan orang tua biologisnya. Anda perlu menghargai keinginan anak.

Apa pun kondisinya, anak dapat melaluinya dengan baik berkat dukungan Anda. Jika kondisi Anda tidak memungkinkan memberi yang terbaik untuk anak karena masalah Anda sendiri, kunjungi ahli untuk meminta bantuan sehingga dapat memberi jalan keluar yang tepat.

 



Artikel Rekomendasi