Kemarahan Anda, Merusak Otak Anak

 


Selalu Merasa Terancam
Bila terus menerus terjadi, pada akhirnya amigdala sendiri menjadi kebal dengan efek hormon stres sehingga ia akan selalu mendapatkan pesan bahwa situasi selalu dalam kondisi mengancam atau berbahaya.
 
Amigdala inilah yang akan selalu melakukan peng-kode-an, penyimpanan, dan menumbuhkan  berbagai kejadian yang membangkitkan emosi yang membuat seseorang jadi lebih mudah untuk mengingat  peristiwa yang mengancam.
 
Selain itu, hormon stres itu sendiri akan memengaruhi hippocampus  - yaitu bagian dari sistem limbik juga yang berfungsi untuk memproses informasi, kemampuan belajar spasial, dan kemampuan memori.
 
Ketika hormon stres maupun hormon-hormon yang dilepaskan akibat alarm dari amigdala mencapai tingkat yang tinggi, maka hormon itu akan menekan aktivitas hippocampus bahkan dapat berisiko kehilangan kemampuannya untuk berfungsi.
 
Akhirnya proses informasi yang ditangkap oleh seseorang adalah situasi yang selalu ditafsirkan atau diartikan sebagai ancaman yang membuat seseorang menjadi stres.
 
Namun, Evi juga menjelaskan bahwa dampak abuse pada setiap anak tidak sama. Hal itu bukan soal intensitas abuse itu sendiri. Kalau ada anak yang berhasil mengatasi stresnya, itu karena setiap anak punya resilience - daya tahan.
 
“Mengenai temperamen juga, memang ada anak yang sejak lahir memiliki faktor risiko banyak sekali, bawaan dari ibu dan dari ayahnya. Ada anak yang kesulitan, ada anak yang punya ketahanan yang bagus sehingga ia dapat keluar dari situasi itu.”
 
Faktor lain yang bisa membuat seseorang bertahan karena ia juga punya faktor pelindung yang baik. Misalnya, ia punya dukungan dari orang lain, misalnya ayah, nenek, atau keluarga lainnya.
 
Ini yang membedakan orang yang satu dengan yang lain punya kemampuan mengatasi yang berbeda. Semakin tinggi ketahanan seseorang, ia semakin mudah mengatasi situasi stres. Ada yang stuck pada  trauma, sehingga ia hanya terpaku pada fight or flight - tidak bisa keluar. Padahal otak manusia itu memiliki fungsi luhur.

Banyak kasus orang tidak bisa melakukan apa pun. Karena isinya perkara survive atau tidak survive. Bagaimana pun tubuh itu punya memori. Apa yang terjadi pada saat itu terekam oleh tubuh dan otak.
 
Ada orang yang tidak mau mengingat, menekan memorinya sehingga muncul gejala fisiknya.  Inilah yang disebut sejak awal, bahwa abuse dapat memengaruhi kesehatan fisik dan mental anak di usia dewasa.
 
Imma Rachmani
Konsultan:  Evi Sukmaningrum, M.Si, Ph.D Kepala Pusat Penelitian HIV/AIDS dan Pengajar di Fakultas Psikologi UNIKA Atma Jaya Jakarta.

 

 


Topic

#corona #coronavirus #viruscorona #covid19 #dirumahsaja #dirumahaja #belajardirumah #workfromhome



Artikel Rekomendasi