Ada Batik di Botol Susu Pigeon

 


Foto: Dok. Pigeon


Memperingati Hari Batik Nasional yang jatuh setiap tanggal 2 Oktober, Pigeon tidak mau ketinggalan berpartisipasi dengan meluncurkan botol hingga peralatan makan (feeding set) bermotif batik. Pigeon sebagai brand perlengkapan bayi tepercaya turut melestarikan budaya batik sejak tahun 2014 yang diwujudkan melalui desain motif batik pada produk botolnya. Pada tahun 2016 Pigeon memiliki kain batik cap bermotif kupu-kupu dan bangau, sementara batik tulis bermotif parang diluncurkan pada tahun 2017.

Tahun ini merupakan tahun ke-6 bagi Pigeon berkolaborasi dengan Designer Batik berbakat, Iwet Ramadhan untuk memperkenalkan seri botol motif batik terbaru Pigeon dengan karakter Phoenix (Lok Can) dan Sulur (Rumput). Motif Phoenix (Lok Can) memiliki filosofi sebagai simbol keabadian, kekuatan perempuan dan keanggunan. Motif Sulur (Rumput) merupakan simbol bakal tumbuhan yang bermakna agar dapat berkembang dengan baik. Kolaborasi ini didasarkan atas kesamaan prinsip antara Pigeon dan Iwet Ramadhan dalam mengembangkan produk yang berkualitas serta dalam melestarikan batik sebagai warisan budaya bangsa. Tidak ketinggalan turut digelar Pameran Batik Pigeon yang menampilkan kain batik tulis bermotif Phoenix yang merupakan hasil membatik dari ibu-ibu Rusunawa Pulo Gebang Timur binaan dari Iwet Ramadhan dan kain gendongan batik tulis bermotif Phoenix.

Pigeon selama lebih dari 60 tahun telah menemani dan mengerti kebutuhan Ibu dan buah hati, berkomitmen terus melakukan inovasi dalam mempersembahkan produk yang berkualitas. Mengusung prinsip dukungan terhadap pemberian ASI eksklusif maka produk dot dan botol susu pun dikembangkan berdasarkan hasil penelitian tentang Proses Bayi Menyusu ASI secara alami agar bayi seperti layaknya meminum secara alami. Terutama untuk membantu ibu yang dalam kondisi tertentu tidak dapat memberikan ASI secara langsung kepada bayinya, misalnya ketika ibu harus kembali bekerja di luar rumah, ibu sedang sakit, atau pada kondisi bayi berkebutuhan khusus seperti bayi lahir prematur dan bayi bibir sumbing. Produk-produk Pigeon semakin merekatkan cinta Ibu kepada sang buah hati. Dan untuk semua botol Pigeon diproduksi dengan menggunakan tinta Food Contact Grade begitu juga dengan seri botol motif batik.

 

Selain itu, untuk mengedukasi para generasi muda mengenai batik, tahun ini Pigeon mengadakan Workshop Membatik bersama Iwet Ramadhan di Rumah Batik Winotosastro, Yogyakarta yang telah berlangsung pada tanggal 31 Agustus 2019 dengan para peserta dari generasi muda berusia 16 – 25 tahun sebanyak 30 orang. Pada kegiatan workshop membatik ini, para peserta diajarkan proses membatik secara langsung yang bertujuan agar budaya batik dapat diteruskan kepada generasi muda sebagai penerus bangsa.

“Dengan memperkenalkan botol motif batik kembali di tahun ke-6 ini, merupakan bentuk kontribusi dan komitmen kami dalam melestarikan salah satu budaya lokal kebanggaan bangsa yaitu batik. Sementara feeding set motif batik dan kain gendongan dengan batik tulis tahun ini merupakan pertama kalinya kami hadirkan. Batik tulis merupakan karya seni sesungguhnya dari batik, sehingga dengan memperkenalkan koleksi terbatas kain batik tulis ini, kami ingin mempersembahkan karya terbaik kami kepada masyarakat luas,” ungkap Anis Dwinastiti, General Manager Marketing Division, Pigeon.
 
Dalam kegiatan ‘Pigeon Batik Exhibition’, selain menampilkan seluruh koleksi botol Pigeon dengan motif batik dan koleksi kain batik Pigeon, juga ditampilkan foto motif-motif kain batik dari daerah Cirebon, Pekalongan, Yogyakarta, Solo, Madura, Lasem, dan Bengkulu. Peralatan yang digunakan dalam proses membatik yang merupakan koleksi Museum Batik Yogyakarta dan koleksi kain batik karya Iwet Ramadhan juga turut dipamerkan di The Pacific Placa, Jakarta.

Sebagai bentuk peduli Pigeon terhadap anak-anak yang kurang beruntung, Pigeon akan mendonasikan sebagian penjualan botol motif Batik terbaru kepada dua (2) Yayasan yaitu Yayasan Sekar Mlati senilai Rp 50 juta dan Yayasan Pembina Penderita Celah Bibir dan Langit-Langit (YPPCBL) senilai Rp 100 juta.

 
ALICE LARASATI


Baca juga:
Doa dalam Botol
4 Penyebab Celah Bibir dan Lelangit Sumbing
Breastfeeding 911 Surabaya: Sukses Memberi ASI Dimulai dari Posisi

 

 



Artikel Rekomendasi