Cara Minum Susu untuk Cegah Anak Stunting

 

Foto ilustrasi (Freepik)

Stunting merupakan masalah yang kompleks. Dampaknya bukan hanya menghambat tumbuh kembang fisik anak tetapi juga kecerdasan otak dan mentalnya. 

Tak heran sejak beberapa tahun terakhir pemerintah telah melakukan kampanye untuk menekan dan mencegah angka stunting di Indonesia. Hal ini karena kasus stunting dapat menghambat cita-cita Indonesia memiliki generasi unggul. 

Stunting adalah kondisi di mana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan standar untuk usianya. Secara sederhana, stunting juga dapat disebut sebagai masalah kurang gizi kronis pada anak yang dimulai sejak dalam kandungan. Anak yang stunting memiliki ciri fisik yang pendek, namun anak yang pendek belum tentu stunting. 

Ahli Gizi Prof. Dr. Sandra Fikawati, MPH., menjelaskan bahwa stunting bisa mengakibatkan dampak jangka pendek maupun jangka panjang. Dampak jangka pendek, di antaranya pertumbuhan fisik dan otak tidak optimal, kekebalan tubuh menurun, dan kemampuan kognitif serta prestasi belajar menurun. 

Adapun dampak jangka panjangnya, risiko tinggi munculnya penyakit tidak menular atau PTM (diabetes, penyakit jantung dan pembuluh darah), produktivitas ekonomi rendah, dan kualitas kerja yang tidak kompetitif. 

Meski stunting dimulai sejak bayi dalam kandungan, pemberian gizi yang tepat di 1000 Hari Pertama Kelahiran dapat membantu tumbuh kembang anak. 1000 HPK adalah periode emas pertumbuhan dan perkembangan anak. Masa ini menentukan perkembangan dan kecerdasan jangka panjang. 

"Stunting memang dimulai sejak dalam kandungan. Ibu hamil yang kurang gizi akan melahirkan bayi yang BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) yang akan berisiko menjadi stunting. Tapi setelah lahir, bayi dan anak memerlukan makanan bergizi terutama protein hewani agar bisa tumbuh dan berkembang dengan optimal," kata Sandra di acara virtual Media Gathering Kolaborasi untuk Generasi Unggul yang digelar oleh JAPFA, 22 Desember 2020. 

Sandra menambahkan, protein adalah salah satu zat gizi yang paling diperlukan untuk pertumbuhan. Protein hewani lebih baik daripada protein nabati karena memiliki kandungan asam amino esensial yang lebih lengkap. 

 
Foto ilustrasi (Freepik)


"Susu merupakan salah satu bentuk protein hewani yang paling disukai anak, mudah didapatkan, mudah disiapkan, praktis dan mengandung IGF-1 yang penting untuk pertumbuhan tulang," kata Sandra. 

Dalam studi yang dilakukan oleh Sandra kepada kelompok sosial menengah ke bawah di Bogor, ditemukan bahwa asupan susu pada anak berperan penting dalam pencegahan stunting. Namun metode pemberian susunya juga harus diperhatikan. Jadi bukan sekadar minum susu.

"Di situ ditemukan, pada anak-anak yang (minum susu) kurang dari 1 tahun, dia tidak stunting. Tapi kalau dia mulai minum susu setelah 1 tahun, dia risiko stunting," katanya. 

"Frekuensi minum susunya juga minimal 2 kali sehari. Jadi ada jumlah yang harus dicukupi. Enggak hanya sekadar minum susu setengah gelas. Itu nanti enggak ada manfaatnya. Kemudian jumlah konsumsi hariannya juga sekitar 2-3 gelas sehari," tambahnya.  

Zat Gizi yang Dibutuhkan untuk Mencegah Anak Stunting
Sandra menjelaskan beberapa zat gizi lain yang perlu dikonsumsi oleh anak agar tidak stunting. 

- Protein (Hewani)
Diperlukan untuk pertumbuhan, pembentukan massa otot, dan meningkatkan daya tahan tubuh.

- Zat besi
Kekurangan zat besi dapat menghambat pertumbuhan dan menyebabkan anemia, menghambat perkembangan mental.    

- Zinc
Mineral esensial yang berperan dalam aktifasi dan sintesis hormon pertumbuhan (GH), menjaga kekebalan tubuh, sebagai antioksidan, fungsi pengecapan serta stabilisasi membran sel.

- Kalsium dan vitamin D
Kalsium adalah komponen utama tulang, sementara vitamin D membantu proses metabolisme kalsium. Selain itu, kalsium juga dibutuhkan untuk sistem saraf, otot, dan jantung. 

Kolaborasi JAPFA Cegah Stunting
Persoalan stunting atau kondisi gagal tumbuh pada anak balita masih menjadi tantangan besar bangsa ini. United Nations Children’s Fund (UNICEF) menyebutkan lebih dari dua juta anak menderita gizi buruk dan lebih dari tujuh juta anak di bawah usia 5 tahun mengalami stunting. 

Sebagai perusahaan agribisnis lokal berstandar internasional, PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JAPFA) berkomitmen dan telah membuktikan kepeduliannya melalui berbagai program sosial sebagai inspirasi untuk menciptakan generasi unggul. 

Rachmat Indrajaya, Direktur Corporate Affairs JAPFA di acara virtual media gathering menegaskan, "JAPFA selalu konsisten dalam menjalankan program edukatif dan perubahan perilaku hidup bersih dan sehat, termasuk menjaga keseimbangan asupan gizi, demi terwujudnya generasi Indonesia unggul. Hal ini juga sejalan dengan program yang dicanangkan oleh pemerintah."

Salah satu program andalan JAPFA untuk mendukung generasi unggul ialah JAPFA for Kids. Program yang telah dilaksanakan sejak tahun 2008 tersebut telah berhasil menjangkau 142.563 murid, 9.410 guru dan 830 sekolah di seluruh Indonesia. Serta dilanjutkan dengan pengembangan program Posyandu Sehat dan Berdaya yang berfokus dengan pertumbuhan dan kesehatan ibu dan balita, yang saat ini sudah berhasil dilaksanakan di Pulau Sumatera, Jawa, dan Sulawesi.


ALI




 

 



Artikel Rekomendasi