3 Fakta Pil Kontrasepsi Khusus Pria

 


Foto: Pixabay


Saat ini perempuan masih bertanggung jawab sepenuhnya untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Pasalnya, lebih banyak alat kontrasepsi yang sudah ditemukan untuk kaum Hawa. Mulai dari pil KB, suntik KB, spiral, IUD, hingga implan. Kabar baiknya, tim peneliti di Los Angeles Biomedical Research Institute—disingkat LA BioMed—bekerja sama dengan University of Washington sedang mengembangkan pil kontrasepsi khusus laki-laki. Simak tiga fakta penemuan pil kontrasepsi yang dapat menggantikan kondom dan vasektomi berikut ini.

1. Mirip pil KB
Dilansir dari Time.com, pil kontrasepsi pria yang sedang diajukan kepada Food and Drug Administration (FDA) oleh tim LA BioMed tampaknya mulai menunjukkan titik terang. Dr. Christina Wang selaku peneliti utamanya menyebutkan bahwa pil ini bekerja menyerupai alat kontrasepsi perempuan. “Pada laki-laki belum ada kontrasepsi yang mengontrol hormon sehingga standarnya tidak sama pada kedua gender. Kami mengujicobakan pil ini kepada 30 laki-laki sehat berumur 18-50 tahun. Mereka harus meminumnya selama 28 hari berturut-turut untuk menurunkan produksi sprema sekaligus hormon testosteron yang seharusnya cukup untuk mencegah kehamilan,” jelas Dr. Christina.

2. Tidak menurunkan gairah seksual
Pada percobaan sebelumnya di tahun 2016, muncul sejumlah efek samping penggunaan pil kontrasepsi pada laki-laki di antaranya sakit kepala, jerawat, serta penurunan gairah seksual—hal umum yang sebenarnya dialami oleh para perempuan pengonsumsi pil KB. Penelitian kemudian harus dipikirkan ulang karena ada dua responden laki-laki yang mengalami disfungsi ereksi ringan. Untunglah percobaan tersebut hanya pendahuluan untuk melihat tingkat keamanan dan respons hormon pada para lelaki.

Pil hormonal khusus laki-laki kali ini menggunakan formulasi dari perpaduan testosteron dan progestin (versi sintetis dari hormon progesteron pada perempuan) di dalamnya. Bertujuan mengontrol hormon testosteron sehingga testikel menekan produksi sperma tanpa mengganggu fungsi seksual maupun menurunkan gairah seksual. Namun, dilansir dari Nhsinform.scot, pengunaan testosteron sintetis ini hasilnya akan berbeda pada setiap laki-laki yang ditentukan oleh latar bekalang etnis, genetik, maupun faktor lingkungan.

3. Butuh waktu sebelum dipasarkan
Penelitian untuk pil kontrasepsi laki-laki sudah dilakukan selama 50 tahun terakhir, tapi belum ada yang akhirnya dijual secara resmi. Mungkin butuh satu dekade lagi agar para laki-laki punya pilihan lain untuk mencegah kehamilan secara efektif. “Pil ini masih butuh waktu sebelum dipasarkan karena faktanya banyak hal yang harus kami lakukan. Uji coba masih harus terus dilakukan karena ‘menentang’ sifat alami manusia. Pil akan memblok sinyal dari otak ke testikel sehingga testikel stop memproduksi testosteron. Dengan berkurangnya testosteron maka sperma tidak matang,” ungkap Dr. Stephanie Page, profesor di sekolah kedokteran University of Washington, seperti dilansir oleh Healthline.com.

Jika pada akhirnya pil ini diluncurkan maka pasutri bisa berbagi tanggung jawab untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Semoga, ya...


ALICE LARASATI


Baca juga:
Pilih Alat Kontrasepsi
Hamil di Luar Rencana


 

 



Artikel Rekomendasi