Berbagai Masalah Kuit Bayi dan Anak Serta Perawatannya

 

Foto: shutterstock


 
Inginnya bayi baru lahir itu kulitnya mulus, ternyata ada bintik-bintik merah, ada tanda lahirnya pula. 
 
Banyak macam kelainan pada kulit bayi yang terkadang bisa sembuh dengan sendirinya, tapi ada pula yang harus dirawat dengan benar agar tidak menimbulkan masalah lebih lanjut. Di sebuah acara Instagram Live “Kesehatan Kulit Bayi” di @ayahbunda_, dr. Arini Astasari Widodo, Sp.KK, Medical Consultant di Dermalogia Clinic menjelaskan berbagai masalah kulit bayi dan cara mengatasinya. 
 
1. Biang keringat. “Biang keringat terjadi ketika terdapat penyumbatan pada kelenjar keringat. Maka terjadilah bintil-bintil kecil berupa lenting-lenting berisi air jernih yang sering kali tidak gatal atau nyeri,” ujar Arini. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa biang keringat kebanyakan dapat hilang dengan sendirinya asalkan penanganannya tepat. Pada kebanyakan kasus tidak perlu ke dokter. Tatalaksananya antara lain dengan memperbaiki suhu kamar -  jangan terlalu panas, dan bajunya menyerap keringat. Lokasi biang keringat biasanya paling sering di punggung.
 
Tidak ada kaitan antara biang keringat dengan kandungan asam pada keringat. Biang keringat disebabkan oleh tersumbatnya kelenjar keringat. “Ubah juga posisi tidur bayi, jangan terlalu lama telentang,” imbuh Arini.
 
2. Impetigo. Yaitu infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri streptococcus pyogens atau staphylococcus aureus, biasa dialami oleh bayi dan anak-anak.. “Ada 2 jenis impetigo. Impetigo Bulosa berupa bula-bula atau lenting berisi nanah. Paling banyak terdapat di kaki karena di bagian itu sering terjadi trauma. Impetigo krustosa berupa cairan yang mengering seperti kerak berwarna kekuningan,” jelas Arini. 
 
Pengobatan impetigo umumnya dengan antibiotik, oleh karena itu anak sebaiknya dibawa ke dokter. 
 Pencegahannya antara lain dengan menjaga kebersiha, misalnya mandi begitu selesai bermain di luar.
 
3. Eksim. “Ada banyak bentuk eksim. Eksim ini sering kali disebut dengan dermatitis, yang ditandai dengan adanya peradangan pada kulit. Pada bayi, salahs atu bentuk dermatitis yang paling sering ditemui adalah dermatitis atopi. Ini sesuatu yang diturunkan dari ayah/ibu yang umumnya juga ada gejala atopi lain seperti asma, rinitis (hidung meler/mampet di pagi hari), konjungtivitis atau mata gatal-gatal,” papar Arini, ibu 2 anak. Lebih lanjut Arini mengatakan, pada bayi biasanya ruamnya terdapat di pipi, di siku bagian luar, dan di lutut. Pada anak yang lebih besar ruamnya umumnya di bagian lipatan seperti lipat lengan dan lipat lutut.  
 
Pemicunya dapat berasal dari udara seperti debu/tungau debu, makanan, bahan yang bersentuhan pada kulit. Cara  merawat eksim menurut Arini perlu dilihat derajat keparahannya. Untuk eksim derajat ringan stop pemicu dan gunakan pelembab secara rutin. Lakukan perawatan kulit dengan benar. Gunakan pelembap berbasis emolien secara rutin, sabun mandi yang lembut, keringkan kulit dengan ditepuk-tepuk supaya barriernya tidak rusak. 

Untuk eksim derajat sedang dan berat sebaiknya dikonsultasikan dulu dengan dokter untuk di evaluasi pemicu, derajat keparahan, dan diberikan pengobatan yang sesuai kondisi. Obat yang diresepkan harus digunakan dengan pengawasan dokter. 

- Gunakan produk bayi yang tidak iritatif dan hipoallergenic.
 
- Bilas cucian pakaian bayi sampai benar-benar bebas deterjen. Hindari penggunaan pengharum dan pelicin pakaiaan. “Produk khusus untuk anak atopi umumnya juga tidak menggunakan parfum,” kata Arini.

- Hindari sabun mandi dengan detergen tinggi, karena deterjen dapat menghilangkan lemak di kulit bayi/anak. Anak atopi secera genetik kulitnya lebih kering oleh sebab itu harus diberi pelembap di seluruh tubuh.
 
Apakah dermatitis atopik tidak bisa sembuh? Menjawab pertanyaan audiens, Arini mengatakan bahwa dermatitis atopik bersifat genetik, lesi kulit berupa ruam dapat hilang tapi bisa kambuh Kembali kalau terpicu. “Kalau terpicu, ya keluar lagi. Yang bisa disembuhkan adalah ruamnya,” jelas Arini. 
 
Untuk merawat, gunakan pelembap mengandung ceramide atau yg berbasis emollient, dan cegah anak untuk menggaruk dengan memberikan kompres dingin di tempat yang gatal. Hindari memandikan anak dengan air panas karena bisa membuat kulit semakin kering dan memperparah gatalnya.
 
 
4. Ruam popok
Pada bayi ruam popok, disarankan menggunakan popok kain. “Jangan salahkan popoknya, tapi durasi pemakaiannya. Begitu bayi pipis atau pup, ganti popoknya,” saran Arini. Intinya popok harus diganti secepat mungkin. Ruam popok juga dapat diperparah dengan adanya infeksi oportunistik jamur. 
 
 
5. Cradle cap
Cradle cap adalah bagian dari dermatitis seboroik. “Boleh gunakan minyak kelapa, tapi jangan dikelupas karena pengelupasan bisa membuat luka. Oleskan minyak kelapa kemudian cuci kepala bayi dengan sampo bayi dengan lembut untuk membantu supaya cepat lepas. Kalau belum lepas besok-besok diulang lagi, jangan dipaksakan,” saran Arini. Cradle cap terjadi akibat pengaruh hormon androgen ibu yang turun ke anak. Ketika hormon itu hilang, cradle cap akan berangsur membaik.
 
6. Jerawat. Bila terjadi pada bayi usia 2 - 6 minggu masih tergolong wajar. “Kalau setelah 6 minggu harus dibawa ke dokter. Infantil acne butuh perawatan khusus,” kata Arini. 
 
Jerawat dapat menghilang dengan sendirinya, jangan diberi baby oil di daerah yang berjerawat. Saat hormon androgen yang terbawa dari ibu mulai menurun, jerawat juga berangsur menghilang. (IR)
 

 Baca juga
Perawatan Kulit Bayi yang Benar
CaraTepat Menangani Kulit Bayi Sensitif
5 Hal Ini Wajib Ada di Produk Perawatan Kulit Bayi
Ruam Kulit Bayi, Gejala dan Mengatasinya

 



 

 



Artikel Rekomendasi