Bermain Kreatif Mendukung Perkembangan Otak Anak

 


Foto: dok.Shutterstock

Saat bermain bebas dengan mainan apa pun yang dimilikinya, anak juga belajar mengasah kreativitas dan memecahkan masalah. Terutama pada anak yang masih berusia balita. Di mana dalam masa ini perkembangan otak anak akan mencapai 90-95% kapasitas otaknya.

Dikatakan Amanda Abel, Paediatric Psychologist dari TotallyAwesome, anggota Singapore Psychological Society juga Australian Psychological Society, saat menjadi narasumber dalam acara Virtual LEGO® DUPLO® Academy beberapa waktu lalu, “Orang tua harus mengingat, anak usia nol hingga lima tahun memang sedang dalam masa perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan anak usia ini, sangat menentukan bagaimana perkembangan otak dan kemampuan yang dimilikinya di masa depan.”
 
Pentingnya Pengalaman Melakukan Kesalahan Pada Anak
Perkembangan otak anak memang pesat dalam periode pertumbuhan usia 0 hingga 5 tahun, namun kemampuan kompleks otaknya akan terjadi hingga menjelang masa awal kedewasaan. Walaupun perkembangan otak tetap akan berlangsung dan mencapai kemampuan penuh saat dewasa nanti, pengalaman yang didapatkan anak saat masa balita sangat berdampak pada masa depannya.

Menurut Amanda, yang orang tua bisa lakukan dalam masa 5 tahun pertama anak adalah memberikan kesempatan, lingkungan, dukungan, dan rasa aman terutama ketika beraktivitas bersama orang tuanya.

“Anak-anak perlu merasakan bagaimana mereka ketika melakukan kesalahan, bertanya apa saja, mendapatkan perhatian juga dukungan emosi, juga mendapatkan pengalaman terlibat serta bereksplorasi dengan permainan yang disukai. Ini adalah hal-hal yang mendukung perkembangan anak balita dan ia dapatkan melalui permainan bebas,” ujar Amanda.
 
Keuntungan Bermain Kreatif
Kemampuan problem solving adalah hal utama yang didapatkan anak dari bermain kreatif. Walaupun terkesan anak sekadar bermain bebas dan tanpa konsep terlihat seperti membuang-buang waktu, sebenarnya banyak sekali manfaat yang ia dapatkan. Bahkan bermain kreatif mendatangkan manfaat yang jauh lebih besar dari sekadar duduk diam dan membaca buku.

“Anak balita yang bermain kreatif akan belajar banyak hal soal skill termasuk life skill. Bahkan perkembangan bahasa anak juga termasuk area yang berkembang pesat saat anak bermain kreatif,” tegas Amanda.

Selain manfaat yang didapat pada area keterampilan dan kecerdasan, anak juga belajar soal ketekunan dari pengalaman mencoba, trial and error ketika bermain kreatif. “Ini juga termasuk skill dasar yang dipelajari anak dari bermain kreatif,” tambah Amanda.


Kiri ke Kanan: Bich-Hanh Mélanie LÊ - Brand Manager the LEGO Group South East Asia, dan Amanda Abel - Paediatric Psychologist TotallyAwesome. Foto: dok.LEGO 

Bagaimana Menyisihkan Waktu untuk Bermain?
Di masa seperti sekarang, para orang tua baru kerap sibuk dan memiliki hanya sedikit waktu. Belum lagi, anak-anak zaman now juga sangat sibuk. Orang tua perlu mengubah sedikit prespektif di sini.

“Bermain sudah bukan lagi sesuatu yang berkonsep, harus duduk bersama dan menghabiskan waktu yang cukup lama dengan melibatkan banyak permainan. Bermain adalah soal menciptakan situasi dan kesempatan dari kita, bahkan yang sifatnya insidental, untuk bermain dan mengajari anak dari keseharian,” ujar Amanda memperjelaskan konsep waktu bermain untuk para orang tua zaman sekarang.

Bermain bisa dilakukan dengan mengambil waktu bersamaan dengan aktivitas anak, seperti jam makan anak, sambil menggosok gigi, saat akan tidur, dan seterusnya.

“Kuncinya, orang tualah yang perlu kreatif untuk memanfaatkan momen-momen keseharian. Jadi, bermain sudah bukan lagi soal bagaimana melakukannya, tapi seberapa efektif dan bisa melakukannya bersama anak,” ujar Amanda.
 
Bermain Kreatif dan Belajar dari Kesalahan
Orang dewasa menjadi orang yang mudah menemukan pemecahan masalah dengan belajar banyak dari melakukan kesalahan. Satu bagian penting dari pengalaman hidup anak adalah merangkul dan merayakan kesalahan.

Apa maksudnya? Artinya, anak-anak perlu merasakan pengalaman bahwa tidak apa melakukan kesalahan dan menyadari telah melakukan kesalahan. Kesalahan bukanlah sebuah hal yang buruk, dengan begitu anak akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih kreatif, berani berinisiatif, memperhitungkan risiko, dan tidak mati akal ketika menemui permasalahan.

Bagaimana anak bisa belajar dari kesalahan. “Jangan lupa selalu perhatikan nada suara orang tua ketika anak melakukan kesalahan. Perhatikan juga apa yang kita utarakan. Saat berbicara kesalahan dalam bermain, tidak perlu menganggapnya sebagai benar-benar sebuah kesalahan,” pesan Amanda.

Sebaiknya orang tua berpikir bahwa kesalahan dalam bermain bisa jadi peluang terbukanya cara bermain baru atau inovasi dalam bermain. 

“Seperti permainan LEGO® DUPLO®  yang bisa dimainkan dengan berbagai cara bermain yang berbeda. Tidak ada salah atau benar, hanya soal bagaimana menciptakan kreasi masing-masing. Kami juga menyertakan instruksi untuk membantu anak memulai menciptakan kreasi uniknya,” ujar Elisabeth Kahl-Backes, Creative Lead LEGO® DUPLO®. (LAI)

 

 



Artikel Rekomendasi