Gadget Bikin FOMO

 

Foto Freepik


Anak merasa cemas atau takut saat tak berada dekat dengan gadget-nya. Apakah ini tanda ia mengalami gangguan mental?

Bila dimanfaatkan dengan baik, ada banyak keuntungan yang bisa didapatkan anak dari teknologi. Mulai dari merangsang keterampilan motorik, mencari bahan untuk tugas, ‘jendela dunia’ dalam menambah wawasan, hingga menjalin hubungan dengan orang tua atau keluarga yang jauh. Namun sebaliknya, jika tidak bijak, penggunaan teknologi bisa berdampak negatif bagi anak.
 
Ketika tingkat depresi pada anak dan remaja meningkat, banyak yang bertanya-tanya apakah penyebabnya adalah gadget dan media sosial. Nicholas J. Westers, Psy.D., ABPP, psikolog klinis di Children's Health dan profesor di UT Southwestern, menjawab mungkin saja. Meski, "Penyebabnya (tingkat depresi) bisa banyak hal,” katanya.

 
DEPRESI KARENA KESEPIAN

Dengan adanya gadget, mudah bagi semua orang tetap terhubung dengan orang lain. "Dan saat koneksi (jaringan internet) terputus, mereka merasa kesepian hingga kemudian merasa tertekan, lalu depresi yang menyebabkan risiko kematian dini (bunuh diri)."
 
Untuk membantu menghindari atau meminimalkan perasaan kesepian, stres, atau kecemasan, Dr. Westers menyarankan agar Anda mengajarkan anak 3 aspek penting dari kesehatan digital. Yaitu:

 
  1. Kebersihan digital. Anak yang menggunakan gadget lebih dari 1-2 jam sehari lebih mungkin merasa tertekan, kesepian, atau cemas. Jadi, tetapkan batasan berapa lama anak bisa menggunakan gadget.
  2. Pahami perasaannya. Buat jadwal kencan bersama anak, tanyakan kabar dan apa saja yang dilakukan di sekolah saat makan malam, tanya apakah ia membutuhkan sesuatu. Ini menunjukkan bahwa Anda bersedia meluangkan waktu ketika mereka membutuhkan Anda.
  3. No judgement. Jika anak bercerita kepada Anda tentang apa saja, respons dengan mendengarkan dan berikan saran ringan (tidak menggurui atau memarahi). "Kesendirian adalah emosi, dan Anda masih bisa merasa kesepian meski dikelilingi oleh orang-orang. Jadi, ketika anak berbagi perasaannya, bantulah ia dengan membuatnya merasa lebih baik," terang dr. Westers.
 
Anak kemungkinan didiagnosis depresi atau mengalami kecemasan tinggi jika menggunakan gadget 7 jam atau lebih.
(Studi dalam jurnal Preventive Medicine Reports)

 
KECEMASAN
 
Penulis buku The Anxiety Solution Chloe Brotheridge mengatakan, gadget bisa membuat anak kecanduan. Meski anak tidak menggunakan gadget untuk sesuatu yang penting, memeriksa atau sekadar melihat smartphone-nya sudah menjadi candu dan kebiasaan yang terkadang sulit untuk ditinggalkan. ''Ada semacam dopamin yang dilepaskan tubuh saat mendapatkan informasi baru, berita, ataupuan sekadar ada yang menyukai unggahannya di internet,'' ujar Chloe. Kondisi ini biasa disebut FOMO (Fear Of Missing Out).
 
Anxiety.org menuliskan, anak-anak yang menggunakan gadget untuk bermain games online juga sering memeriksa aplikasi games untuk mengecek notifikasi yang masuk (perilaku kompulsif). Mereka juga akan merasa tidak tenang jika gadget-nya ketinggalan atau kehabisan baterai. Dan saat anak tidak memegang gadgetnya mereka tidak merasa percaya diri, mereka merasa ‘sendirian’ meski berada di antara banyak orang.
 
Penelitian juga menemukan anak yang terlalu akrab dengan gadget-nya tumbuh menjadi anak yang mudah marah, kurang stabil secara emosional, dan bermasalah dalam menyelesaikan tugas, sulit berteman. Jean Twenge, penulis dan profesor psikologi di San Diego State University, meneliti efek teknologi digital pada kesehatan dan kesejahteraan anak-anak (didokumentasikan dalam bukunya, iGen). Ia menemukan, anak yang menghabiskan lebih banyak waktu di layar cenderung kurang bahagia daripada anak-anak yang terlibat dalam kegiatan nonlayar, misalnya mengobrol atau bermain bersama teman, berolahraga, membantu bunda di dapur.

ESTER SONDANG

 



Artikel Rekomendasi

post4

Alihkan Balita dari Gadget

Orang tua Anda baru saja membelikan tablet untuk balita Anda. Dalam sekejap si kecil handal memainkan segala jenis permainan pada gadget. ... read more