Kenali Alat Musik Tradisional

 

 

Saat liburan bersama balita, Anda tentu akan mengunjungi tempat wisata yang  direkomendasikan. Entah itu pantai, gunung, atau taman. Juga menikmati kuliner lokal dengan lahapnya. Namun, agar liburan lebih lengkap, selingi dengan petualangan baru, ‘menjelajahi’  instrumen musik tradisional. Entah itu dengan cara memainkannya, melihat di museum, atau membelinya di toko-toko suvenir karena ada juga yang menjual dalam bentuk sederhana atau miniatur yang bisa dijadikan oleh-oleh.

Selain mengenalkan kekayaan alat musik lokal, banyak hal yang bisa dipetik dengan mengajak balita mengenal instrumen musik yang dimainkan  secara berbeda: digoyang, ditiup, dipetik, dan ditabuh. Beda dengan alat musik modern seperti gitar, piano, dan drum.  Nada yang dihasilkan pun bermacam-macam. Begitu pun lagu yang menyertainya yang umumnya dibawakan dalam bahasa daerah setempat. Dengan itu, pengetahuannya tentang negerinya  akan semakin kaya.
Dengan memainkannya, motorik kasar, motorik halus, pendengaran, dan  kemampuan bahasa anak akan terasah. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa irama musik bisa  mengontrol emosi, bisa menenangkan. Tentu saja suara musik pun akan menghibur yang membuat anak  gembira! Peralatan musik di bawah ini  akan membuatnya asyik memegang dan memainkannya.

Yang digoyang

Jika Anda sedang berjalan-jalan di Bandung,  cobalah ajak balita mengenal angklung.   Alat musik tradisional Sunda ini terbuat dari bambu secara lebih dekat. Alat ini akan mengeluarkan nada-nada tertentu  jika digoyang-goyang dengan kedua tangan. Permainan angklung biasanya dilakukan dengan berkelompok. Salah satu tempat populer untuk mengenal angklung adalah Saung Mang Udjo, yang terletak di  Jl Sukajadi, Bandung Timur. Di situ Anda bisa menyaksikan cara pembuatan angklung, melihat pertunjukkan angklung, dan dengan petunjuk dari Saung Udjo, wisatawan akan diajak bermain angklung bersama sambil menggoyang-goyangkan tubuh. Anak pun akan senang mendengarkan lagu Twinkle-twinkle Littler Star, misalnya diiringi dengan angklung.


Selain itu, Anda pun  bisa  membeli oleh-oleh angklung dari Saung Udjo yang bisa dimainkan di rumah.  Seru, kan! Ia tentu akan bangga bisa menghasilkan bunyi dari alat musik yang baru dikenalnya. Tak perlu ditegur jika suara yang ia hasilkan dari angklung  belum terdengar enak di telinga. Yang penting ia gembira, motoril kasarnya semakin terasah dengan alat tersebut.
 
 
Dipukul – pukul
 
Disuruh memukul sesuatu, anak pasti senang. Apalagi jika pukulannya mengeluarkan bunyi tertentu.  Kesempatan ini bisa Anda manfaatkan untuk mengajaknya mengenal intsrumen tradisional seperti demung, bonang, gong yang menjadi perlengkapan musik dalam pertunjukan gamelan.  Demung terbuat dari lembaran logam yang ditabuh dengan penabuh berbentuk palu. Bonang dan gong pun terbuat dari logam juga dan ditabuh. Ada teknik tertentu untuk menabus ketiga alat tersebut agar menghadirkan suara pelan, lembut atau cepat. Tapi bagi anak Anda, teknik tersebut belum dibutuhkan. Ia menabuh dengan tangannya dengan wajah gembira saja sudah memberinya kesenangan. Jika sedang berjalan-jalan di Yogyakarta, coba lihat jadwal pertunjukkan gamelan yang biasa diadakan di Kraton.

Perlengkapan musik lain yang ditabuh adalah tifa yang berasal dari Indonesia Timur, Maluku  dan Papua.  Alat musik ini terbuat dari kayu yang diukir dan diberi warna sementara lubangnya dilapisi oleh kulit hewan yang sudah dikeringkan.  Tifa akan menghasilkan suara jika dipukul dengan jari atau telapak tangan. Saat berada di Papua, Anda tentu akan dengan mudah menemukan tifa yang sering digunakan untuk mengiringi tarian setempat. Namun, Anda dan balita bisa melihat tifa di Museum Asmat Taman Mini Indonesia Indah, (TMII) Jakarta. 

Sedangkan dari Minahasa, Sulawesi Utara ada kolintang. Alat musik yang dibuat dari 14 – 12 kayu dengan panjang sekitar  30 – 100 cm ini jika dipukul akan menghasilkan nada-nada yang berbeda. Jika sedang berlibur di Minasaha jangan lewatkan untuk mengenalkan alat musik ini kepada anak. Kolintang juga bisa Anda lihat di anjungan Sulawesi Utara, TMII. Bahkan, tak jarang di anjungan ini diadakan pentas kolintang.
 

Ditiup-tiup    

Lengking, lengkung irama suling yang ditiup oleh ahlinya yang melantunkan kawih Sunda  akan membawa pikiran mengembara ke hamparan sawah subur, gemericik air mengalir dan jajaran pegunungan. Suling yang terbuat dari bambu dengan beberapa lubang ini bisa Anda temukan di toko suvenir di wilayah Jawa Barat seperti Bandung, Tasikmalaya atau Garut. Beri kesempatan pada balita Anda meniupnya dan lalu meniup dengan menutup beberapa lubangnya. Dengan itu,  ia akan tahu perbedaan nada yang lahir. Alat tiup serupa  dengan nama saluang, juga bisa ditemui saat Anda liburan di Padang, Sumatera Barat. Alat musik tiup yang berbeda adalah tahuri dari Maluku. Alat musik yang terbuat dari kulit  kerang ini biasa dimainkan oleh masyarakat yang tinggal di pesisir. Konon, semakin kecil ukuran kerangnya, semakin nyaring bunyinya. Kerang yang besar justru akan menghasilkan bunyi yang rendah. Alat dari kulit kerang dengan tonjolan dan lekukan di permukaannya  ini   akan membuat anak terpikat untuk mengeksplorasi dengan tangannya sebelum ia meniupnya. Sebuah temuan yang menyenangkan. Jadi, temukan tahuri jika Anda sedang jalan-jalan di Maluku.

Petikan

Di rumah, anak mungkin sudah biasa memetik gitar mainan dengan gayanya yang membuat Anda gemas. Saat liburan ini,  kenalkan ia pada alat petik tradisional selain gitar. Di Jawa Barat ada kacapi yang biasanya dimainkan untuk mengiringi tembang Sunda. Kacapi terbuat dari kayu kenanga yang diberi senar. Kecapi dimainkan sambil duduk. Sedangkan jika Anda sedang jalan-jalan di Kupang, Nusa Tenggara Timur, cari alat musik petik bernama sasando di toko souvenir. Alat musik ini terbut dari jalinan daun lontar kering yang dibentuk cembung yang di tengahnya diletakkan bambu berdawai yang jika dipetik akan memunculkan getar. Beda lagi dengan sampek, alat musik petik  suku Dayak dari Kalimantan Timur, yang menyerupai gitar. Namun cara memetiknya menggunakan jari dari kedua tangan. Sampek berbentuk seperti perahu dengan gagang untuk digenggam.  Sampek tampak menarik karena ujungnya biasanya dihiasi  ukiran khas Dayak.  Penampilan  sampek tentu akan memikat anak untuk meraba dan mulai menikmati ketika jari-jarinya mulai memetik. Miniatur sampek bisa dibeli saat Anda liburan di Samarinda.

(IAH/ERN)

Baca Juga:
DIY Alat Musik!
Mahir Musik dengan Miniatur Alat Musik
Indahnya Musik bagi Anak

 



Artikel Rekomendasi

post4

Ayo, Suwit!

Meski sederhana, tapi tak kalah seru dan bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja. ... read more