3 Ciri Balita 1-3 Tahun Alami Gangguan Tidur

 


Bunda pernah mendapati si kecil tiba-tiba terbangun saat tidur malam? Atau justru sering begitu? Mungkin awalnya bunda tidak sampai berpikir bahwa kebiasaan seperti itu termasuk gangguan tidur. Sebab, di usia satu hingga hampir dua tahun, beberapa anak memang masih beberapa kali terbangun untuk menyusu atau buang air. Di masa ini mereka masih berada pada fase belajar untuk tidur lelap dari malam hingga pagi.
 
Akan tetapi, Prof. Dr. dr. Rini Sekartini Sp.A(K), Konsultan Tumbuh Kembang -  justru mengatakan bahwa ada kondisi yang harus diwaspadai ketika anak masih sering tiba-tiba terjaga di malam hari. “Anak sering terbangun di malam hari sampai usia sembilan bulan itu tidak masalah,” ujarnya.
 
Banyak Orang Tua Tidak Sadar
Prof. Rini mengatakan bahwa masih banyak orang tua yang tidak memiliki kesadaran mengenai gangguan tidur pada anaknya. “Orang tua banyak yang kurang aware kalau tidur anaknya bermasalah. Jam tidurnya kurang saja itu masalah. Beda dengan kalau anak kurang makan, mereka khawatir,” ujarnya.
 
Sehingga, tidak banyak orang tua yang punya inisiatif untuk melakukan pemeriksaan lebih jauh mengenai pola tidur anaknya. Ia menyebut, “Biasanya orang tua akan membawa anak dengan gangguan tidur ke dokter kalau orang tuanya terganggu.” Padahal, gangguan tidur pada anak punya banyak efek samping seperti pertumbuhan yang terganggu, masalah perilaku, hingga masalah fokus.
 
Anak dengan Gangguan Tidur: 3-30-9
Prof. Rini menyebut bahwa ada tiga parameter untuk menyebut bahwa anak usia 1-3 tahun mengalami gangguan tidur, yakni:


- Terbangun lebih dari 3x

- Durasi setiap terbangun tersebut lebih dari 30 menit

- Jumlah jam tidurnya kurang dari 9 jam
 
Dampak Gangguan Tidur
Gangguan tidur apa pun bentuknya, baik itu sleep apnea, mimpi buruk, atau teror punya berbagai dampak negatif, antara lain:


- Pertumbuhan Terganggu
“Biasanya berat badan tidak naik-naik. Penambahan berat badannya susah. Pertambahan tinggi badannya juga tidak optimal,” ujar Prof. Rini. Sebab, pukul 23.00-24.00 adalah puncak keluarnya hormon pertumbuhan. Ketika di waktu itu anak-anak tidak berada pada fase deep sleep karena tidurnya terlalu larut atau justru sedang terbangun, maka perolehan hormon pertumbuhannya tidak akan optimal.

Selain itu, ketika tidur terlalu larut atau sering terjaga di malam hari, anak-anak akan bangun siang. Kondisi itu juga berpengaruh pada rutinitas makan mereka, yang juga punya dampak pada asupan gizi dan pertumbuhan.
 

- Gangguan Konsentrasi
Anak-anak dengan gangguan tidur rentan mengalami gangguan konsentrasi atau kurang bisa fokus.
 


- Sistem Imun Tidak Optimal
Tidur cukup adalah salah satu syarat untuk meningkatkan kekebalan tubuh atau imun sehingga anak tidak mudah jatuh sakit.
 


- Metabolisme Terganggu
Gangguan tidur yang menyebabkan kurangnya waktu tidur berdampak pada kemampuan metabolisme tubuh terutama untuk memproses glukosa.
 
Ajarkan Self Soothing
Prof. Rini berpesan agar orang tua mengajarkan anak-anak untuk menenangkan diri mereka sampai kembali tidur ketika terbangun atau self soothing. “Jadi, jangan begitu anaknya kresek-kresek (bergerak) orang tua langsung mengangkatnya untuk ditenangkan,” ujarnya. Sebab, ketika diangkat atau langsung direspons, dikhawatirkan anak-anak malah jadi aktif.
 
 Lela Latifa

Baca juga:
 

 

 
 
 
 
 
 
 
 

 


Topic

#corona #coronavirus #viruscorona #covid19 #dirumahsaja #dirumahaja #belajardirumah #workfromhome



Artikel Rekomendasi